BAB 22 : Benefit

102 14 142
                                    



KEDUANYA masih betah berada di dalam mobil Tanjirou

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

KEDUANYA masih betah berada di dalam mobil Tanjirou. Meskipun, kendaraan itu sudah terparkir nyaman di basement apartment. Kesunyian yang tercipta menggambarkan kedua presensi yang tengah larut dalam pikiran masing-masing.

Dalam kekalutan yang menghinggapinya sesaat lalu. Kanao pun akhirnya tidak tahan untuk tidak menyuarakan jutaan pertanyaan yang harus ia lontarkan pada Tanjirou. Rasanya akan meledak jika ia harus menahan lebih lama lagi.

Dia butuh jawaban. Lebih tepatnya penjelasan lengkap mengenai makan malam yang baru saja mereka lalui. Segala obrolan yang tercipta bersama ibu Tanjirou dan keluarganya yang lain.
Acara yang seharusnya membuat Kanao kenyang dan senang, malah berakhir melahirkan pikiran baru yang bercabang ke mana-mana.

"Tanjirou-Senpai."

Bak sudah mendapatkan ilmu telepati dengan Kanao sejak lama. Seketika pria yang kini hanya mengenakan kemeja itu berpaling padanya.

"Kau ingin bertanya atau meminta penjelasanku?"

Agak tercengang tatkala Kanao mendengarkan perkataan Tanjirou. Seperti cenayang saja, padahal Kanao belum berkomentar apa-apa.

"Dari mana kau tahu aku butuh dua hal itu?"

Tatapan Tanjirou menjadi datar entah sejak kapan.

"Hanya dua hal itu yang seharusnya sedang memenuhi pikiranmu saat ini. Terlihat dari pandanganmu yang tidak fokus. Kau ini memang gampang ditebak, seperti sebuah buku yang terbuka di tengahnya."

Sontak gadis itu memberengut. Sebelum kembali menguraikan benang frasa, ada hal yang lebih dulu harus ia lakukan terhadap Tanjirou.
Sekarang.
Dia bisa mati tidak tenang jika belum melakukan itu pada Tanjirou.

"Izinkan aku melakukan sesuatu padamu sebelum aku bertanya banyak hal dan mendengar penjelasan masuk akal darimu."

Alis pria yang duduk di bangku kemudi di sebelahnya mengernyit. Kedua lensanya mengikuti pergerakan tangan Kanao yang meraih sebuah bantal leher, yang memang selalu dibawa Tanjirou di tempat duduk belakang.

"Aku belum lega kalau belum melakukan ini padamu, Tanjirou-Senpai."

Tanjirou yang tidak siap menerima pukulan dari Kanao menjadi sedikit terkejut. Bantal leher yang diraih Kanao ternyata dijadikan senjata darurat oleh gadis itu.
Tanjirou bisa merasakannya. Pukulan ringan bertubi-tubi yang dilayangkan Kanao pada tubuhnya menggunakan bantal leher yang tadi. Tidak sakit sama sekali. Ia malahan keheranan sembari tetap melindungi kepalanya dari benda empuk itu.

"Ow-wow, jadi ini yang kau maksud, menganiayaku, begitu?"

Dirasa pukulan ringan nan menggebu bercampur emosi itu kian menjadi. Mau tidak mau Tanjirou pun harus secepatnya bereaksi. Berbuat sesuatu untuk menghentikan tingkah ajaib Kanao.

Iridescent  ||  TanjiKanaOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz