BAB 19 : Dry Clean

88 11 132
                                    


PERUSAHAAN memberikan Kanao libur selama tiga hari tanpa ada potongan gaji sepeserpun

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


PERUSAHAAN memberikan Kanao libur selama tiga hari tanpa ada potongan gaji sepeserpun. Sebagai bentuk keprihatinan atas kejadian yang menimpa gadis itu saat di kereta bawah tanah. Tidak saja libur untuk menenangkan diri. Melainkan juga diberikan sesi konsultasi gratis kepada Psikiater untuk bisa memangkas sedikit banyak trauma yang disebabkan oleh kejadian kriminal tersebut.

Kanao akui. Kerap kali ia dan teman-temannya sering disepelekan. Diremehkan keberadaannya oleh divisi maupun rekan kerja yang lain. Bahkan ia dan anggota divisinya tak jarang saling melempar keinginan untuk resign dan mencari pekerjaan yang baru akibat hal kelewat menyebalkan tersebut. Sebagai manusia biasa, tentu mereka semua tidak luput dari yang namanya rasa muak dan frustasi. Akan tetapi, selalu ada kebaikan perusahaan dan alasan masuk akal lainnya untuk tetep bertahan. Menjadi budak korporat dan menempa mental menjadi lebih tahan banting di tempat itu.

Waktu baru menunjukkan pukul sebelas pagi sewaktu Kanao mendudukkan diri di atas sofa ruang tengah. Dan ia sendirian di dalam apartemen. Sesi konsultasinya berakhir lebih cepat hari ini dari jadwal semula. Itu membuatnya merasa cukup lega. Sebab lebih banyak waktu untuk beristirahat di ruangan. Ketimbang harus berada di tengah keramaian, yang masih memberinya banyak rasa khawatir ketika harus berhadapan dengan orang banyak. Itu sungguh masih memberinya rasa trauma mendalam.

Baru saja memejamkan mata tanpa berniat tertidur. Suara bel pintu depan mengambil alih atensinya. Mengharuskan ia beranjak demi memastikan siapa yang datang bertamu.

Sekilas dari interkom. Kanao mampu menangkap presensi seorang wanita paruh baya yang berdiri sendirian. Wajahnya agak tertekuk.

Sewaktu membuka pintu apartemen ia dikejutkan oleh ekspresi wanita itu yang agak terperangah. Terlihat seperti terkejut. Lalu tak lama, ekspresinya berubah kebingungan dalam waktu sepersekian detik.

"Maafkan aku. Sepertinya aku salah unit. Kupikir ini milik Nak Kamado." Ujarnya menyesal.

Senyum ramah menghiasi wajah Kanao. Ia membenarkan bahwa sang wanita paruh baya tidak salah alamat.

Lantas, wanita itu kembali meloloskan kalimat yang lebih tepatnya merupakan sebuah pertanyaan bagi Kanao.

"Aku baru pertama kali melihat seorang wanita membuka pintu unit ini. Sejak kapan kau tinggal di sini? Apa kau seorang anak kuliahan?" Saat Kanao membukakan pintu untuk mempersilakan wanita itu masuk, dengan cepat pertanyaan lain menyusul untuk digelontorkan. "Astaga... jangan katakan bahwa kau masih seorang anak SMA? Atau disewa dari distrik merah?"
sekarang, ekspresi wanita itu agak cemas bercampur khawatir kentara.

Usai menguasai keterkejutan dengan rentetan pertanyaan dari wanita asing tersebut. Wajah Kanao yang awalnya biasa saja kini malah merengut dan tampak memasang tatapan curiga. Perempuan ini terlalu banyak tanya.

Wanita berumur ini sangat tidak sopan langsung membidik orang yang baru dilihatnya dengan serentetan tembakan pertanyaan. Apalagi sampai mengatai dirinya disewa dari distrik merah. Sungguh keterlaluan sebenarnya.

Iridescent  ||  TanjiKanaWhere stories live. Discover now