BAB 21 : Mr & Mrs Kamado

97 11 91
                                    







Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



KEPALA Kanao berdenyut hebat. Hal itu lantas memaksanya menjambak rambut sendiri guna mengurangi intensitas rasa sakitnya. Berbanding terbalik dengan pemikiran spontannya, kedua kelopak matanya mau tidak mau akhirnya terbuka dengan usaha yang tidak mudah. Laksana terdampar di bawah naungan Matahari yang menyengat. Tenggorokannya terasa kering kerontang akibat kekurangan cairan. Pandangannya masih sepenuhnya memburam, sewaktu nayanika ametis menyapu pandangan ke sekitar demi menemukan sumber kegaduhan yang memekak.

Andai otaknya berada dalam tahap mampu berpikir jernih, tanpa menenggelamkan ingatannya secara utuh. Bisa jadi ia akan terheran mendengar dering ponsel di sekitarnya. Gadis itu terbiasa menganut mode getar, bukan suara.
Alih-alih mengabaikan. Lekas disambarnya benda yang menjadi alarm dadakan di ruangan remang yang ia tempati.

"Ha-lo," akibat dipaksa melantunkan sebait sapaan pada si penelepon di seberang, makin tersiksalah batang tenggorokannya yang seperti tanaman sedang sekarat.

"Halo? Tanjirou-kun? Kaukah itu?" balasan suara pelan agak mendesah memasuki gendang telinganya.

Mengernyit, Kanao jadi terheran dengan satu nama yang baru saja ia dengar. Memutuskan secara sepihak tanpa berkata apa-apa, ditelitinya benda persegi panjang yang menghuni telapak tangannya.

Ponsel ini bukan miliknya. Menajamkan kedua pupilnya, wallpaper yang terpampang pun bukan pilihannya. Melainkan foto tampak belakang, dari seorang gadis berambut panjang yang mencoba meraih kelopak Sakura yang jatuh berguguran layaknya konfeti.
Entah hanya asumsi belaka atau memang suatu realita, Kanao rasanya mengenal dekat gadis itu dan sering melihat ransel ungu yang disampirkan di bahunya.

Akan tetapi, bukan foto layar depan itu yang menjadi titik fokusnya.

"Bukankah ini ponselnya Senpai? Kok bisa ada kamarku?"

Kembali, netranya memindai setiap sudut ruangan yang ia yakini adalah kamar tidurnya.
Sampai saat pandangannya jatuh pada ranjang yang ia tempati, jantungnya seperti melompat keluar menembus rongga dada. Napasnya tercuri nyaris hilang terurai di langit-langit kamar.

Tepat di sebelahnya, tanpa tersekat oleh apapun. Seonggok tubuh tertelungkup menghadap samping pada dirinya, terbaring di atas ranjang empuknya. Menampakkan punggung telanjang yang lebar, sementara bagian pinggang ke bawah terbalut sempurna oleh selimut putih nan tebal.

Sontak gadis itu terbelalak hebat. Nyaris berteriak histeris, namun urung karena langsung membekap mulut sendiri.

"Tanjirou-senpai," lirihnya takut-takut. Yakin betul bahwa pria itu memanglah Tanjirou yang masih berada di alam mimpi.

Sambil berpaling pada tubuhnya yang tidak jauh beda keadaannya. Tidak berbusana dan hanya mengandalkan selembar selimut sebagai penutup tubuh. Kuku jarinya ia gigit demi meredam kegugupan yang perlahan datang mencekik.

Iridescent  ||  TanjiKanaWhere stories live. Discover now