BAB 14 : (not) My Dark Period

82 15 107
                                    




Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.








RAUT frustasi dan tidak semangat memenuhi wajah Ayu yang semula tampak antusias.
Pundaknya seperti dibebani puluhan kilo bebatuan cadas. Kedua tungkainya lunglai layaknya jelly lembek manis berwana-warni.

Gairah hidup yang semula berkobar menyala-nyala. Nyatanya harus dipadamkan secepat itu. Melalui cara yang tidak pernah terpikirkan bahkan dalam mimpi terburuknya sekalipun.
Memasuki ruangan divisinya bersama tiga orang lainnya. Perasaannya kian campur aduk didominasi kekesalan akut. Lantas memuncak hingga mampu menguasai seluruh emosinya. Rutukan yang semula tidak tidak pernah terlontar, kini malahan terdengar lirih keluar dari mulutnya yang biasanya selalu sopan bertutur.

Secara kasar ia mendudukkan diri di atas kursi hitam yang setiap hari menemaninya bekerja.

"I need such a breath of fresh air. Cause' being an adult it's terrible," gumamnya tak berniat terdengar oleh siapapun.
Desahan kecewa lantas mengalir lancar tanpa hambatan. Diiringi kepalanya yang ia letakkan begitu saja di atas meja kerjanya. Semacam kubikel kecil yang disekat kaca buram yang bersisian langsung, dengan rekan kerjanya yang menatapnya penuh prihatin.

Gadis yang lima tahun lebih besar dari usianya memundurkan kursi beroda yang ia duduki. Sembari mendaratkan telapak tangannya pada salah satu bahu kecil Kanao. Rasa bersalah yang tidak kalah besar menelusup di relungnya.
Bagaimanapun juga, teguran keras akibat gagalnya presentasi saat meeting tadi, tidak sepenuhnya salah Kanao. Mereka adalah tim 2. Satu divisi yang seharusnya baik dan buruk ditanggung bersama-sama. Ibarat satu makan nangka, semua kena getahnya.

Nahas. Kanao Tsuyuri adalah nama yang terseret dalam pusaran masalah paling dalam. Sosok paling menonjol yang dihujani berbagai perkataan sarkas tak mengenakkan serupa menelan duri sewaktu berada di ruang meeting beberapa saat yang lalu. Persekusi mental yang dilakukan oleh para atasan nyaris meruntuhkan pertahanannya. Andai saja tidak ada rekannya yang mati-matian menguatkan lewat gerakan mata yang hanya dipahami oleh mereka berdua.

Beruntunglah Mitsuri Kanroji, keadaan mentalnya tidak separah Kanao. Gadis itu masih mampu tersenyum ceria kendati kehilangan separuh semangatnya.

"Kanao? Jangan terlalu bersedih, itu bukan sepenuhnya salahmu," susah payah Mitsuri melayangkan penghiburan. Berniat menyingkirkan segumpal mendung yang menggantung di atas kepala Kanao.

"Maafkan aku, ini salahku karena tidak benar-benar memastikan kelengkapan data pada saat memindahkannya ke flashdisk. Kau yang malah menerima imbasnya. Paling parah dan-aww!"
Sebelah kaki Mitsuri berhasil mendarat mulus di atas kaki Gotou. Satu-satunya anggota lelaki di divisi mereka.
Tim dua yang seringkali nyaris dibubarkan akibat kinerjanya dianggap tidak pernah becus dan memuaskan. Kini malah berada di ambang kehancuran.

Tidak saja karena presentasi penting yang gagal dibawakan oleh Kanao akibat kecerobohan salah satu timnya. Kanao malah harus mendengar lagi, desas-desus yang mengatakan bahwa; tim 2 akan segera diaudit karena ditemukan adanya kecurigaan penyelewengan dana. Sebab laporan keuangan yang dikirim, dinilai tidak sesuai anggaran, yang tidak dirincikan secara spesifik serta transparan ke pihak perusahaan.

Iridescent  ||  TanjiKanaWhere stories live. Discover now