BAB 16 : Seeing You in My Early Morning

84 13 164
                                    




Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.




ALARM tubuh Kanao menyala secara otomatis tanpa diminta dan selalu tepat waktu. Dia memang sudah bertahun-tahun terbiasa bangun pagi. Tipe anak rajin dan karena tuntutan pekerjaan yang harus ia lakoni setiap hari.
Rutinitas pertama yang tubuhnya lakukan, biasanya adalah peregangan kecil atau hanya sekadar pemanasan di dalam kamar.

Tetapi kali ini agak berbeda. Kegiatan yang ia lakukan adalah terbengong. Duduk sembari mengumpulkan kepingan nyawa yang berserakan. Berusaha mencerna situasi pagi hari di kamar yang sangat kontras dengan kamar Apato yang pernah ia tempati sebelumnya. Nyaris selama dua tahun terbangun dalam ruangan, hawa, dan pemandangan yang sama. Merupakan hal aneh kala mendapati pemandangan baru yang berbeda di sekitarmu.

Kamar luas ini adalah bagian dari apartemen milik Tanjirou-Senpai. Seniornya dulu semasa di bangku SMA.
Kedua mutiaranya menelisik sekitar. Masih dengan pemandangan yang terakhir kali. Di atas nakas terdapat obat dan segelas air mineral yang sudah tandas.
Masih basah dalam memorinya. Kemarin, sebenarnya ia berniat untuk membatalkan saja apapun persetujuannya dengan Mitsuri Kanroji dan Obanai Iguro, pacar senpainya itu.

Namun sialnya. Saat berniat kabur dari depan pintu apartemen Tanjirou. Kram perut akibat menstruasinya memaksa ia menjadi sangat kesakitan sampai rasanya mau pingsan. Sementara di luar sana sedang hujan deras dan ia tidak tahu harus menapak ke mana di tengah situasi seperti itu.
Saat cengkraman Tanjirou tak juga mengendur barang sejenak. Berpasrah diri ketika Tanjirou menariknya masuk adalah satu-satunya pilihan yang paling masuk akal.

Sejatinya ini adalah takdir. Selepas dua minggu seperti ucapan semua orang. Ia berjanji pada diri-sendiri untuk lekas pergi dari tempat ini.

Bukan apa-apa. Kanao seperti punya ribuan alasan kuat yang menempel di benaknya. Mengisyaratkan bahwa ia tidak boleh berada dalam lingkup yang sama dengan Tanjirou. Mentalnya tidak pernah siap harus dipertemukan kembali dengan Tanjirou, sebenarnya.
Terlalu banyak memori pahit dan manis yang pria itu ukir di salah satu ruang terdalam dan paling rahasia di hati Kanao. Bahkan semua kenangan itu mampu menyapu bersih eksistensi Tenma yang lebih dulu singgah pada hati sang gadis.

Rasa lapar menjadi pemicu terbesarnya untuk bangkit hari ini. Sejak kedatangannya menjelang petang kemarin, perut Kanao hanya diisi oleh air mineral dan obat yang diberikan oleh Tanjirou. Bisa dibilang, ia terlelap layaknya seorang putri tidur yang habis dimantrai oleh penyihir.
Sempat terbangun pada dini hari. Tujuannya pun demi pergi ke kamar mandi dan langsung bergelung kembali akibat kantuk yang masih merajai.

Suasana terasa sunyi sewaktu ia membuka daun pintu. Melongokkan kepalanya ke segala penjuru. Tanjirou sepertinya masih tertidur lelap di kamarnya. Bersebelahan dengan kamar tamu yang ditempati oleh Kanao.

Dibimbing rasa lapar melanda yang harus segara dituntaskan. Gegas nalurinya membawa kedua kakinya menuju ke arah dapur yang terletak tidak jauh dari ruang tengah.
Disertai kedua tangan putihnya tak luput membuka kain gorden yang menutupi jendela kaca apartemen yang lebar. Membiarkan selarik cahaya yang sekiranya bakal menjadi penerangan alami di saat Mentari pagi mulai meninggi.











Iridescent  ||  TanjiKanaWhere stories live. Discover now