14 || Samsak

24 4 0
                                    

"Welcome to the dark story!"

Keluar dari ruang pribadi papanya, Edwin berjalan dengan santai menuju teras markas untuk melihat data yang dikirim oleh temannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keluar dari ruang pribadi papanya, Edwin berjalan dengan santai menuju teras markas untuk melihat data yang dikirim oleh temannya.

Perlahan dia buka ponsel, masih biasa saja tak ada yang aneh. Namun, saat melihat data diri yang tertera, rahang Edwin mengeras.

Matanya terlihat memerah, genggaman tangan yang tadinya santai, kini mengerat. "Sialan! Berani-beraninya!?" seru Edwin kesal.

Edwin segera menelpon bawahannya untuk menangkap pengkhianat yang akan menjadi makanan Azriel malam ini.

Tanpa pikir panjang, Edwin melajukan motor yang dia pakai menuju rumah. Dia akan sedikit meredakan emosi dengan latihan menggunakan samsak kali ini.

Sampai di ruang pelatihan, Edwin segera melepas baju sekolahnya, tersisa celana abu yang membalut pinggang ke bawah.

Remaja tersebut segera menyerang samsak yang ada di depannya dengan brutal. Semua kata-kata serapah keluar dari mulutnya seakan samsak itu adalah korban yang akan ia eksekusi malam ini.

"Argh!"

"Kenapa lo harus berkhianat bangsatttt!"

"Dulu saat gue kehilangan mama, lo orang luar pertama yang dampingin gue!"

"Tapi sekarang maksud lo apa! Beraninya lo berkhianat di Sandra Mafia!"

"Gue benci lo! Gue bakal bikin lo nyesel berkhianat sama papa!"

Pukulan demi pukulan Edwin layangkan, benar-benar suatu hal yang membuatnya sedikit terkejut. Padahal papanya sudah menganggap sang pengkhianat sebagai orang kepercayaan selama ini.

Suara dering ponsel menghentikan gerakan Edwin, ruas tangan yang sudah memerah tak mengurungkan niat remaja tersebut untuk melihat siapa yang menghubunginya.

Tertera nama bawahan yang dia utus untuk menangkap sang pengkhianat. "Halo!" ucap Edwin. "hmm, bawa ke tempat biasa! bius dan buat dia pingsan beberapa jam kedepan, gue kesana sekitar jam tujuh malem," lanjut Edwin.

"Nggak usah dijaga, inget kunci aja. Kalau pun dia bangun, dia pasti tau lagi dimana, iket juga di tempat biasa." Setelah memberikan penjelasan, Edwin mematikan sambungan telepon secara sepihak.

Diliriknya ponsel, jam sudah menunjukkan pukul dua siang. Masih terlalu awal, dia akan memilih tidur untuk menyiapkan tenaga bermain bersama sang pengkhianat.

***
Jam enam sore pun tiba, Edwin terbangun dengan mata yang sedikit terpejam. Dengan lunglai, Edwin berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap melakukan eksekusi.

Setelah semua persiapan diri selesai, tepat di jam setengah tujuh malam ia berangkat dengan motor. Perjalan yang ditempuh hanya perlu beberapa puluh menit, sesampainya di rumah yang biasa Edwin gunakan, dia segera masuk untuk menemui mangsanya.

"Azriel, giliranmu kali ini," gumam Edwin. Seketika saat mengatakan hal tersebut, tawa kencang muncul dari diri Edwin.

Aneh, bisa dibilang seperti itu. Namun, saat hasrat membunuhnya mulai muncul maka saat itu bukanlah Edwin namun Azriel, sang alter ego haus darah.

Terlihat seorang laki-laki terduduk lemas, terikat di sebuah kursi usang yang tersedia disana. Edwin berjalan menuju lemari untuk mengambil pistol yang biasa dia gunakan.

Setelah memegang pistol di tangannya, dia segera berjalan menuju sang pengkhianat. "Bangun! Bangun lo!" Edwin memukul pelan pipi orang di depannya dengan pistol.

Tak ada respon, Edwin meletakkan ujung pistol di dahi laki-laki itu dan menekannya hingga kursinya terhuyung kebelakang.

Brak!

Akibat itu, laki-laki yang ada di kursi tersebut seketika terbangun. Saat membuka mata, pemandangan pertama yang dilihat adalah seorang remaja laki-laki, dengan wajah datar sambil membawa pistol di tangannya.

"E-edwin? Kenapa saya bisa disini? dan ini? apa maksudnya?"

"Oh, masih belum sadar sama kesalahan lo?" tanya Azriel.

Remaja itu, membenarkan posisi kursi yang semula jatuh kebelakang menjadi kembali ke posisi awal. Tanpa pikir panjang ....

 Tanpa pikir panjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Two Face About Me [Slow Up]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang