02 || Penyerangan - Kematian Aney

65 8 0
                                    

"Welcome to the dark story!"

Perjalanan dilalui seperti biasa, menaiki mobil Fortuner milik Elias yang belum lama ia beli

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perjalanan dilalui seperti biasa, menaiki mobil Fortuner milik Elias yang belum lama ia beli. Namun, saat melewati sebuah jembatan yang menghubungkan jalan besar dengan hutan, sebuah peluru pistol melayang menembus kaca mobil belakang mereka.

DOR!

Seketika mereka bertiga panik dan memilih menepi ke pinggir. "Elias, apa yang terjadi?" tanya Aney, menggenggam erat tangan suaminya.

"Sepertinya ada yang mengikuti kita, kamu tunggu disini. Biar aku yang keluar," ucap Elias.

"Tapi—" wajah Aney terlihat khawatir saat Elias mulai keluar dari mobil.

"Sayang, percaya sama aku ya." Mendengar ucapan sang suami, Aney hanya bisa mengangguk pelan.

"Pa, hati-hati. Mereka ada lima orang," ungkap Edwin. Rahang Elias seketika mengeras saat mendengar ucapan Edwin.

"Hmm, kamu jaga mama. Papa akan urus mereka."

Elias pun keluar dari mobil dan menoleh kesana kemari. Perlahan tangannya mengambil pistol yang ada di balik jas.

Pistol SIG Sauer P226  yang bekerja menggunakan dua action yang berarti dalam satu tarikan tuas mampu melakukan tembakan dan kokangan sekaligus, dengan peluru 9 x 19 mm Parabellum. Jangan lupa, peluru sudah Elias berikan racun mematikan.

"Keluar! Beraninya kalian menyerang seperti ini, jika dalam hitungan tiga kalian tidak keluar ... maka, kalian akan saya tembak satu persatu!?" teriak Elias, memberi ancaman.

Dalam hitungan detik, lima orang dengan pakaian serba hitam keluar. Dada bagian kanan terdapat lambang sebuah sayap hitam dan bulan merah di tengahnya.

Salah satu dari mereka memberi kode untuk menyerang ke arah mobil. Elias yang mengetahuinya langsung menodongkan pistol.

"Berhenti! Berani menyentuh mereka, maka nyawamu yang jadi taruhan!" ucap Elias, berusaha menghentikan mereka.

"Sebelum kamu menembak anggotaku, aku akan terlebih dahulu menembakmu, Elias!" Orang yang ada di depan Elias pun ikut menodongkan pistol ke arah dirinya.

Kini pria itu bingung, ingin memanggil anggotanya tapi sudah terlambat. Ia tidak bisa mengambil ponsel, jika lengah, maka istri dan anaknya akan menjadi korban.

Elias terdiam sejenak, memikirkan cara untuk menghadapi lima orang sekaligus. Dia tidak lemah, hanya saja, dalam situasi ini, dia harus bisa membagi diri, mana yang harus dia prioritaskan mana yang tidak.

Setelah mendapat cara, Elias menenangkan diri. Perlahan dia maju sambil menyiapkan peluru yang akan dia tembak nanti.

PLAK!

Elias segera menangkis tangan pria di depannya, membuat pistol yang dibawa jatuh dan dalam beberapa detik empat buah peluru racun melesat menuju jantung lawan.

Mereka langsung terkapar begitu peluru itu menembus dada. Tersisa satu orang yang berada di dekat mobil.

Saat Elias berjalan mendekati mobil, pria itu melarikan diri. Elias ingin mengejarnya, namun, Aney dan Edwin adalah prioritas utama dirinya.

Mengetahui keadaan sudah aman, Aney langsung keluar dari mobil menemui Elias. Namun, baru saja keluar ....

DOR! DOR! DOR!

Tiga buah peluru Dum Dum berukuran 5,7 x 28 mm mengenai kepala belakang Aney, membuatnya ambruk ke depan.

Elias yang melihatnya syok dan segera menghampiri Aney. "Aney, Aney! Bangun Aney!" Pria dengan blazer hitam tersebut mengguncang pelan bahu istrinya.

Edwin, terdiam dengan tatapan kosong di dalam mobil saat melihat banyak darah yang mengalir di belakang kepala mamanya.

Bibirnya kelu untuk sekedar memanggil nama. Jantungnya berdekat tak karuan, mata Edwin mulai berkaca-kaca.

Edwin mulai meraba tempat duduk Aney dan mendapatkan ponsel milik perempuan itu. Edwin dengan cepat menelepon salah satu bawahan papanya, bernama Gara, yang kebetulan nomornya Aney simpan.

"Ha-halo," sapa Edwin dengan bibir bergetar.

"Halo Nyo— Edwin? Kamu Edwin? Ada apa? Kenapa menelepon menggunakan ponsel Nyonya?"

"Tolong Mama, Gara. Ma-mama di tembak."

"Apa!? Baik, kamu tenang. Beritahu saya, dimana posisi kalian?"

"Ada di jembatan antara pembatas jalan besar dan hutan."

"Saya segera kesana! Tunggu."

TUT! TUT!

Panggilan berakhir, Edwin meletakkan ponsel Aney dan keluar dari mobil menemui kedua orang tuanya.

Panggilan berakhir, Edwin meletakkan ponsel Aney dan keluar dari mobil menemui kedua orang tuanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Two Face About Me [Slow Up]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang