11 || Satia Derangga

31 5 0
                                    

"Welcome to the dark story!"

Satia Derangga, perempuan dengan usia hampir menuju sembilan belas tahun, memiliki warna mata dark brown, hidung yang tak terlalu mancung dan wajah yang imut

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Satia Derangga, perempuan dengan usia hampir menuju sembilan belas tahun, memiliki warna mata dark brown, hidung yang tak terlalu mancung dan wajah yang imut.

Seorang anak perempuan tunggal dari keluarga Derangga, yang sayangnya, dia adalah anak yatim piatu. Ekonomi yang sederhana, membuatnya harus kehilangan kedua orangtuanya akibat kecelakaan beberapa tahun lalu.

Kini dia hidup sebatang kara, tak ada yang mau memperdulikannya baik itu dari keluarga ayah atau pun ibunya, karena, masing-masing dari dua belah pihak tidaklah mendapat restu untuk menikah.

Satia hidup dari jerih payahnya sendiri, bekerja part time di sebuah cafe sebagai pelayan. Walau pun begitu, dia berhasil menghidupkan dirinya sendiri tanpa ada yang membantu.

"Satia!"

Perempuan yang masih mengelap meja makan, seketika terkejut saat mendengar ada yang memanggilnya dengan keras.

Satia segera menuju dapur untuk mengetahui siapa yang memanggilnya. Sesampainya di dapur, dia sudah melihat Gaira, kakak senior di New Star Cafe berdiri dengan wajah yang memerah.

"I-iya kak? Kakak manggil aku?" tanya Satia pelan.

Gaira hanya memutar bola mata malas. "Iya, kalau bukan lo siapa lagi! Tau alasan gue manggil lo kesini?"

Satia segera menggelengkan kepala, dia senantiasa menunduk karena takut menatap mata seniornya.

"Lo itu kalau kerja yang bener!"

Brak!

Satia terkejut, apalagi kesalahan yang ia lakukan tanpa ia sadari, Satia kembali bermain dengan isi pikirannya.

"Maaf kak, salah aku apa?"

"Salah? Lo nanya salah lo apa? Lo nggak tau, kalau satu customer komplain karena salah buat pesanan, dan yang kena siapa? Gue dan temen gue! Berani banget ya lo!" bentak Gaira.

Mendengar bentakan dari senior, Satia hanya bisa memejamkan mata. Sudah beberapa kali ia mendapat hal seperti ini, dia ingin resign, namun dia juga berpikir dimana dia akan mendapat pekerjaan untuk anak SMA yang belum lulus. Jaman sekarang, semua memerlukan ijasah kelulusan.

"Heh! Ada apa ini? Gaira, kenapa kamu bentak Satia kayak gitu?" tanya seorang laki-laki yang baru saja memasuki dapur karena mendengar bentakan Gaira terhadap Satia.

"Salah dia mas! Dia salah nyatet menu, yang kena gue sama temen gue!" adu Gaira.

"Bener apa kata Gaira, Satia?" tanya Mas Fana, manager cafe tersebut.

"Satia nggak tau mas, kalau emang bener yang dibilang sama Kak Gaira, aku minta maaf. Aku nggak tau, kalau aku udah buat salah," jawab Satia, perempuan dengan wajah imut itu masih setia menundukkan kepala dan menatap lantai.

Mas Fana menghembus napas pelan. "Satia, kamu udah lebih dari tiga kali buat kesalahan dan bikin kita kena komplain pelanggan, dan itu semua adalah kesalahan yang tidak kamu sadari. Gini, mas nggak bakal bentak dan marahin kamu, sekarang kamu minta maaf sama Gaira dan mas kasi peringatan sekali lagi! Kalau kamu masih buat kesalahan itu, kamu bisa keluar dari cafe ini. Mengerti?" ujar Mas Fana dengan nada lembut.

Mas Fana adalah tipe laki-laki yang jarang membentak perempuan. Tetapi, sekalinya dia marah, susah untuk membujuknya. Karena Mas Fana juga adalah anak yang malas mencari atau membesarkan masalah. Jadi, dia akan lebih memilih bersikap tegas tanpa harus membentak dan meninggikan suara secara tidak jelas.

"Ta-tapi ...."

"Satia ...." mendengar Mas Fana yang memanggilnya dengan begitu lembut, membuat Satia tak bisa mengelak dari apa yang dikatakan oleh Mas Fana, itulah salah satu kekuatan laki-laki di hadapan Satia yang membuat para perempuan menyukainya.

"Iya, Mas. Aku ngerti, aku permisi." Satia keluar dari dapur dan melanjutkan pekerjaannya.

"Mas, kenapa lo sabar banget ngadepin tuh cewek sih! Dia udah bikin kita beberapa kali dimarahin atasan gara-gara kesalahan dia. Gimana sih! Pecat aja daripada bikin masalah!" kata Gaira ketus di hadapan Mas Fana.

"Gaira, kan udah mas kasi tau dia tadi. Jadi kita lihat, nanti dia buat masalah apa engga. Kalau sampai buat, ya pecat, apa salahnya? Kamu yang sabar aja sama junior, masih belajar dari kesalahan juga dia. Oke?" Mas Fana tersenyum simpul, namun Gaira? Hanya memutar bola mata malas.

"Terserah!"

"Terserah!"

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.
Two Face About Me [Slow Up]Onde histórias criam vida. Descubra agora