RBB | 32

2.1K 132 44
                                    

"Kenapa, Bang?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kenapa, Bang?"

Aldian menaruh cangkir berisi teh hangat itu ke meja. Ia membasahi bibirnya sebelum menjawab pertanyaan itu.

"Acaranya belum selesai?"

"Udah Bang, dari tadi malah. Ini gue lagi nongkrong depan rumah."

Kening Aldian mengerut. Matanya bergerak-gerak pada arah yang tak tentu. "Udah selesai?" ulang Aldian.

"Iya, Bang. Kenapa?"

"Malika belum mau pulang?"

Lama ia menunggu jawaban dari seberang sana. Suara bising orang-orang yang terdengar dari ponselnya perlahan menghilang. Sepertinya orang yang Aldian telepon malam-malam begini sedang berjalan menuju tempat yang lebih sunyi.

"Saka?"

Aldian kembali bersuara.

"Ah! Iya, Bang?"

"Malika masih belum pengen pulang? Kalau belum, tolong bilang ke Malika kalau ini udah hampir jam satu malam, nggak baik kalau dia belum pulang di jam segini," ocehnya panjang.

Lagi-lagi, Saka tidak menjawab apapun. Hal itu membuat kening Aldian berlipat. Hatinya tak tenang.

"Kamu denger saya nggak, Sak?"

"Denger, Bang ... tapi Malika udah pulang dari dua jam yang lalu," jawab Saka. Suara cowok itu terdengar kebingungan.

"Kamu serius? Malika belum pulang ke rumah sampai saat ini, makanya saya telepon kamu. Lagipula kalau dia udah pulang, seharusnya diantar sama kamu, kan?"

"Dia pulang sama Gama, Bang. Tadi Gama yang maksa."

Panggilan diputus secara sepihak setelahnya.

Di sana, Saka menghela napas kuat-kuat diikuti oleh kumpulan asap yang mengudara. Tangannya mengepal kuat. Dalam hati, Saka sudah menyumpahi Gama dengan berbagai perkataan yang buruk.

Mengantar Malika saja tidak becus. Saka terus mengutuk adik tirinya itu sambil berjalan kembali menuju rumah.

Berbeda dengan Saka, Aldian sekarang sudah berdiri dari duduk santainya. Dia tak lagi menikmati teh hangat yang menemani Aldian sejak tadi. Pria itu sudah berjalan sambil mengambil kunci mobil miliknya.

Tidak ada air wajah yang tenang seperti biasanya. Wajah Aldian kali ini terlihat lebih menyeramkan. Garis rahang Aldian yang selalu mendapatkan pujian itu menegas. Mata cokelat terang itu menajam, seperti mata elang yang begitu mengerikan.

Tubuh berperawakan tinggi itu pun keluar rumah dan langsung memasuki mobil. Menyalakan mesin, lalu melesat keluar dari garasi rumah secepat angin.

Mungkin, Aldian salah telah mempercayakan Malika pada Saka.

••

2 jam sebelumnya.

Suara-suara air dari langit yang meluncur bebas ke aspal di sepanjang jalan mengiringi langkah Malika. Gadis itu sudah basah kuyup. Dress indah dan anggun yang ia kenakan sudah tidak terlihat indah lagi. Riasan wajah yang membuat Malika tampil cantik kini sudah berantakan. Malika sukses membuat penampilannya dari Cinderella menjadi upik abu yang mengenaskan.

Really BadboyWhere stories live. Discover now