RBB | 31

1.8K 132 38
                                    

"Perjanjian apa?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Perjanjian apa?"

Keduanya mematung. Tidak pernah menyangka jika ada yang mendengarkan percakapan mereka sedari tadi. Terlebih itu adalah Malika. Objek pembicaraan mereka saat ini.

"Gue nanya, perjanjian apa?"

Segera Gama ambil tangan gadis itu. "Gue anter lo pulang."

Menepis cekalan tangan Gama, gadis itu kini dengan berani menatap sosok yang beberapa waktu lalu menjadi alasannya menangis.

"Nggak usah ngalihin pembicaraan! Lagipula aku nggak butuh tumpangan kamu untuk pulang. Aku cuma butuh jawaban kalian, maksud dari pembicaraan tadi itu apa?"

"Apa maksud dari perjanjian dua tahun lalu yang kalian sebut-sebut?" ulang Malika.

Malika tidak tahu jenis ekspresi macam apa yang dua cowok itu tunjukkan padanya saat ini. Yang dia pahami adalah keduanya sama-sama kehilangan bakat dalam berbicara. Mereka tidak berniat menggerakkan bibir mereka untuk menjelaskan apa yang Malika tanyakan.

Hingga terpaksa Malika melangkah maju, melewati Gama begitu saja. Perhatiannya kini tertuju pada Saka, cowok yang tadi berbicara tentang apa yang Malika tidak pahami.

"Jawab gue, Sak. Apa maksud dari semua ucapan lo?"

Namun cowok itu masih bungkam. Saka hanya menatap bola mata Malika secara bergantian. Seperti menjelaskan lewat tatapan matanya, tetapi Malika tidak bisa menangkap itu. Ia butuh penjelasan lisan, bukan tatapan mata yang seperti mengasihaninya.

"Jawab gue, Saka!" bentak Malika. Kedua tangannya sudah mencengkeram jas yang Saka kenakan.

Malika benci ini. Dia benci berada di satu situasi yang mana membuatnya seperti orang paling bodoh di dunia ini. Malika tidak tahu apa-apa dan harus melihat tatapan mata nelangsa dari kedua kakak beradik itu.

"Lo budek? Gue yakin engga. Jadi tolong, jawab pertanyaan gue, Saka! Lo cukup jelasin apa yang gue nggak tau! Entah itu tentang perjodohan Gama atau perjanjian dua tahun lalu yang lo sebutin, tolong jelasin ke gue!"

"Stop sampe di situ, Malika! Lo nggak perlu tau apa-apa."

Suara tegas yang keluar dari rongga mulut Gama membuat Malika mengerutkan keningnya lebih dalam. Kini cengkeraman di jas Saka ia lepaskan, beralih pada sosok Gama yang tadi Malika tak anggap ada.

"Maksud kamu?"

"Lo nggak perlu tau apa-apa. Sekarang ayo balik, gue yang anterin."

Gama sudah beranjak untuk melangkah meninggalkan ruangan itu, tetapi berhenti ketika telapak tangan kecil yang dingin menahannya.

"Aku berhak buat tau segala sesuatu yang berhubungan dengan diri aku sendiri, Gam. Dan kamu bukan siapa-siapa yang bisa membatasi itu," jawab Malika.

Seakan tertarik, Gama menyunggingkan seringai paling misterius yang Malika tak pernah lihat. Apalagi manakala cowok itu menaruh kedua tangannya di pundak Malika seraya menatap lekat dirinya. Perasaan Malika mendadak takut. Dadanya berdebar tidak terkontrol.

Really BadboyWhere stories live. Discover now