RBB | 27

1.9K 111 12
                                    

"Baru pulang?" Hera menghela napas saat melihat anaknya berdiri di depan pintu dengan penampilan acak-acakan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Baru pulang?" Hera menghela napas saat melihat anaknya berdiri di depan pintu dengan penampilan acak-acakan. Dan yang paling menyita perhatiannya adalah baju Saka yang sudah berganti, itu bukan lagi baju sekolah.

"Kamu dari mana, Nak?"

"Rumah Malika," jawab Saka seadanya. Dia mengecup pipi Hera cepat sebelum menerobos masuk. Di ruang keluarga, ada Angga yang sedang menonton televisi, Saka berhenti sejenak.

"Makasih, Pa."

Angga menoleh, menggelengkan kepala beberapa kali. "Papa bingung sama kalian berdua kenapa nggak pernah akur. Kalian sudah besar, tapi untuk berdamai saja tidak bisa."

Saka terkekeh kecil. Angga tidak akan berkata seperti itu jika tahu alasannya dengan Gama bertengkar. Berterima kasihlah Saka kepada asisten Angga yang selalu merahasiakan hal tersebut.

Saka memilih tidak menanggapi apa yang Angga ucapkan, dia lebih memilih lanjut berjalan menuju tangga agar cepat-cepat sampai di kamarnya.

Rasa lelah menggerogoti tubuh Saka. Tetapi walaupun begitu, hatinya terasa sedikit senang, mungkin?

Saka langsung masuk menuju kamar mandi setibanya di kamar. Butuh sepuluh menit sebelum cowok itu keluar dengan wangi segar yang menguar dari tubuh Saka. Tubuh cowok itu langsung ambruk begitu saja di kasur. Benda bertekstur empuk itu mampu membuat semua rasa lelah yang Saka rasakan sedikit berkurang.

Selagi memejamkan mata, pikiran Saka melalang buana. Dia mengingat bagaimana 'kencan' terakhir yang menurutnya sangat indah bersama Malika.

Masih ingat ketika Saka mengajak Malika ke toko buku sehabis menonton bioskop?

Saka selalu tersenyum seperti orang gila ketika mengingat betapa antusiasnya gadis itu memilih buku-buku untuk dia beli. Senyum manis hingga menampilkan lesung pipi yang Malika tunjukkan ketika membaca beberapa potongan cerita dari buku yang dia pilih. Senyum itu yang membuat Saka sadar akan satu hal.

Selama ini Saka selalu mencoba untuk menjadi seseorang yang dekat dengan Malika, namun dengan cara yang salah. Dulu Saka selalu memaksa, menggunakan segala cara bahkan cara yang sedikit licik sekalipun agar mendapat kesempatan berduaan dengan Malika.

Namun saat Malika menarik tangannya, menggenggam tangan Saka di sepanjang toko buku dengan wajah berseri, Saka menyadari jika dia tidak perlu memaksa bahkan menggunakan cara yang licik untuk bersama Malika. Saka hanya perlu memberikan apa yang gadis itu butuhkan. Maka dengan begitu, Malika akan menerimanya tanpa penolakan.

Lalu pikiran cowok itu melayang pada perkataan Malika beberapa saat yang lalu terus terngiang-ngiang di kepalanya.

"Sampai akhirnya gue sadar. Gue terlalu terobsesi untuk mengubah Gama. Ngga peduli sama fakta kalau semua yang gue lakuin nggak akan berhasil kalau di dalam dirinya sendiri nggak ada keinginan untuk berubah."

Really BadboyWhere stories live. Discover now