RBB | 05

4K 155 4
                                    

Tepat pukul delapan belas lewat tiga puluh menit, mereka tiba di kediaman keluarga Eswangga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tepat pukul delapan belas lewat tiga puluh menit, mereka tiba di kediaman keluarga Eswangga. Gama menghentikan mobil lalu menyuruh Malika untuk turun terlebih dulu, tak lupa ia memberikan jaketnya karena angin malam yang dingin, Gama tidak ingin Malika terkena flu besok. Setelah keluar dari mobil, mereka segera melangkah bersama menuju pintu besar berbahan kayu yang dihiasi ukiran.

Ini bukan pertama kalinya bagi Malika, ia sudah pernah beberapa kali mendatangi rumah megah ini. Masih teringat jelas di memorinya terakhir kali Malika ke sini, itu adalah saat ibu Gama-Nyonya Praya-meninggal. Satu tahun lalu, rumah itu terasa begitu payau.

"Lo duluan aja, gue mau ke atas," kata Gama melepas gandengan tangan mereka. Cowok itu berjalan cepat menuju tangga.

Kini Malika mengalihkan pandangan pada sosok wanita yang baru saja memunculkan diri. Ia tersenyum hangat seraya berjalan menghampiri.

"Tante!"

Mereka berpelukan dengan senyum yang menghiasi wajah keduanya. Setelah puas, Malika menyalami tangan wanita yang tak lain adalah Hera, ibu dari Saka.

"Tante kira Gama nggak bakal dateng, eh ternyata dia bawa anak gadis ke sini," ucap wanita itu.

Malika tersenyum menanggapinya. "Iya Tante, aku juga nggak bakal tau kalo Gama nggak bilang di tengah jalan."

"Em, Gamanya di mana?"

Hera menoleh ke sekitar, tidak menemukan sosok Gama. Ia mengerutkan kening bingung.

"Katanya dia mau ke atas dulu, Tan," jawab Malika.

Hera langsung menganggukkan kepala. Tidak heran, toh dia juga penghuni rumah ini. Tidak ingin berlama-lama, Hera menarik lengan Malika menuju ruang makan. Di sana sudah tersedia beberapa makanan. Sepertinya memang Hera sudah menyiapkan semuanya.

"Dari pada kamu diem-dieman, mending bantu Tante nyusun piring ya, sayang?"

"Iya Tante, sini Malika bantuin."

Hera kembali mengembangkan senyum. Entah bagaimana bisa Gama menemukan perempuan sebaik Malika. Dia cantik, baik hati, juga penyabar. Di zaman sekarang, apakah masih ada perempuan seperti itu? Hera rasa mungkin ada, hanya saja sudah sedikit sulit untuk menemukannya.

"Om Angga ke mana, Tan?" tanya Malika mencairkan suasana. Malika tahu sejak dari tadi Hera menatapnya, itu membuat Malika merasa sedikit risih.

"Dia masih di kantor, sebentar lagi pasti pulang."

"Tante mau tanya satu hal, boleh?"

Pertanyaan itu membuat pergerakan tangan Malika berhenti, ia menengadahkan pandangan, sambil mengerjapkan mata beberapa kali.

"Apa Tante?"

"Kamu-"

"Selamat malam."

Mereka menoleh pada sosok bertubuh tegak yang baru saja masuk. Pria dengan jas hitam yang melekat di tubuhnya, dia tersenyum sekilas.

Really BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang