32.00

14.1K 1.2K 17
                                    

.
.
.
.
.
.

*****

"Kenapa dia ada disini..?"

Pandangan semuanya langsung beralih pada asal suara seseorang yang kini berdiri berdiam diri pada anak tangga terakhir. Terlihat tatapan yang menyorot tajam kearah Io yang masih saja sibuk dengan makanannya tanpa memedulikan pertanyaan seseorang yang tertuju padanya.

"Zhil kemarilah..! Uncle Frans ingin bertemu dengan mu" Panggil Regar agar putranya menyapa Frans.

"Hm" Dehem Zhil yang kemudian melanjutkan langkahnya menuju sang Daddy berada.

"Hai Uncle.." Sapa Zhilfan saat telah berada didekat Frans.

"Hm.. bagaimana kabarmu...?" Tanya Frans.

"Baik Uncle" Jawab Zhil namun matanya tetap tertuju memandangi wajah Io.

"Apakah dia anak Uncle..?" Tanyanya.

"Ya.. Yulio adalah putraku... kau mengenal nya..?

"Hm.."

Mendengar namanya disebut Io langsung menatap kearah sang Daddy.

"Aban Jil..!!" Serunya antusias saat mengetahui siapa orang disamping sang Daddy.

"Tenapa Aban dicini..? Aban mau bicuit agi..? Anti Io kacih anyak-anyak ya.." Ucapnya

Sontak Zhilfan langsung memutar malas matanya, ada-ada saja pikiran bocil itu.

"Zhil ajak Io bermain dikamarmu..!" Suruh Regar.

"Apakah harus..?" Tanyanya.

"Haruskah Daddy jelaskan lagi padamu hm..?"

"Hm"

"Ikut denganku"

Tidak mau mendengar ocehan sang Daddy, Zhilfan langsung saja menarik pelan tangan kecil itu. Ia akan membawanya ke kamarnya, sesuai permintaan sang Daddy tadi.

Regar hanya bisa tersenyum tipis, melihat tingkah putranya itu.

"Dia seperti bukan putra mu" Celetuk Frans berhasil mengalihkan kembali pandangan Regar padanya.

"Hm.. jangankan kau, aku saja sempat tak percaya dia adalah putraku.. namun saat melihat duplikat wajahnya itu sama persis sepertiku.. fakta itu tak dapat ditolak bukan..?" Ujarnya.

"Kurasa juga begitu"

Frans juga merasa heran sifat ayah dan anak itu sangat bertolak belakang, namun siapa yang dapat menyangkal kedua wajah itu kalau mereka adalah ayah dan anak.

▪︎▪︎▪︎

"Aban inggal dicini..?"

"Hm"

"Mana kamal na..?"

"Itu"

"Aban..!"

"Hm..?"

"Eum.. ndak pa-pa Io anggil caja hihi.."

"Huft.."

Seseorang tolong sabarkan Zhil, agar tidak melukai bocil disampingnya ini.

Akhirnya mereka tiba juga didepan sebuah pintu bercat hitam.

Ceklek...

Pintu terbuka dan kamar bernuansa hitam putih pun menyambut mata mereka.

"Tenapa ndak ada walna walni na..? Ndak ada gambal-gambal na uga.. Kamal Io walna na ada eum.. catu.. dua.. iga.. empat.. anyak cekali Io pucing itung na"

YulioWhere stories live. Discover now