22.00

15.4K 1.5K 48
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.


*****


Tak terasa sudah seminggu berlalu sejak kejadian itu, begitupun dengan masa hukuman Elfianz yang juga ikut berakhir. Sedangkan Alfiand sendiri masih dalam masa penyembuhan. Kondisi Al kala itu sempat drop, saat ia harus kembali menerima pukulan dan tamparan dari sang Opa yang baru mengetahui kejadian sebenarnya setelah dijelaskan oleh menantunya.

Rendah begitu marah dengan kedua cucunya itu, tapi untunglah kemarahan nya itu tidak berlangsung lama setelah dilerai oleh Frans dan kedua Abangnya. Karena jika dibiarkan mungkin kondisi Alfiand akan lebih parah lagi dari ini.

Selama seminggu itu mereka belum pernah bertemu ataupun berpapasan dengan Io, terakhir kali mereka bertemu saat kejadian buruk itu, setelahnya mereka tidak bertemu lagi.

Untuk Anak-anak Selina dan Dexter sendiri, mereka belum bisa hadir karena putra keduanya itu terus saja mengundur kepulangan mereka. Sisulung sebenarnya bisa saja pulang lebih dulu meninggalkan Adiknya itu, tapi sang Mama sudah berpesan agar pulang bersama saja nanti. Apalagi saat itu di kediaman Axsaver sedang ada masalah.

Selina tidak mau nanti kedua putranya hanya menambah masalah, dilihat dari sifat si sulung yang begitu emosian dan putranya itu merupakan tipe yang menyelesaikan masalah dengan menggunakan kekerasan. Sedangkan putra keduanya walau terlihat kalem dan ramah, namun jika sudah marah maka sifatnya akan langsung berubah sebelah dua belas hampir sama seperti Jevian.

---------------

Kini suasana Mansion mulai terasa damai kembali, Mereka pun kini sudah menjalankan aktifitas seperti biasa.

Dari taman belakang kini dipenuhi gelak tawa Io yang sudah kembali ceria seperti biasanya. Itu semua berkat para Abangnya dan sang Daddy yang terus ada disamping Io, membantu menghilangkan kenangan buruk itu dengan cara selalu mengajak sikecil bercerita dan bercanda.

Lihat saja kini Io sedang memperebutkan biskuit coklat bersama Abang Verro nya.

"Aban angan mam agi.. bicuit na unya Io..!"

"Mana ada.. ini punya Abang Baby.. !" Tak mau kalah Verro terus menggoda sang Adik.

"Ndak... Unya Io..!!" Kesalnya.

"Baiklah.. coba Baby tanya ke Daddy biskuitnya punya siapa hm..!"

"Hu'um" Angguk Io mulai berjalan menuju sang Daddy yang sedang bersantai di kursi santai dekat Gazebo.

" Diddy.. Eum.. Io beltanya boleh..?" Menatap penuh harap pada sang Daddy, tanpa sadar Io menggembungkan kedua pipinya yang membuat Frans gemas dengan putra kecilnya ini.

"Tentu boleh Baby.. Io mau tanya apa hm..?" Tanyanya sambil menunjukkan senyum tipis yang menambah kadar ketampanannya.

"Eum.. Diddy bicuit tu unya Io tan..?" Tanyanya penuh harap. Berharap Daddy nya ini mengangguk menyetujui perkataannya.

Frans langsung mengalihkan pandangannya pada Verro yang sedang duduk menatap mereka, menggelengkan kepalanya ribut isyarat agar sang Daddy menolak.

"Hmm.. tentu itu milik anak manis Daddy ini.." Ucapnya lembut sambil mengusap lembut pipi gembul itu.

Lalu kembali Frans menatap Verro tajam.

"Verro berikan biskuit itu.. jangan bertingkah seperti bocah.. awas sampai Daddy dengar kau membuat putraku menangis" Ucap Frans dengan nada datarnya itu, membuat Verro langsung cengo. Ia merasa seperti di anak tirikan oleh Ayah kadungnya sendiri.

Frans kembali menatap penuh kelembutan pada putra manisnya yang sedang menatap wajah cemberut sang Abang.

"Daddy akan ke kantor.. Jadi Io tidak boleh nakal.. okey sayang..?" Ucap Frans yang dibalas anggukan semangat oleh Io.

YulioKde žijí příběhy. Začni objevovat