"Dicini dikit cekali balang na". Keluhan cadel mulai terdengar dari sosok kecil yang sedang mencari barang-barang bekas, dikumpulan sampah dekat sebuah warung makan.
"Io eum.. mau alan agi aja". Bergumam kecil.
Dilihat tidak ada lagi yang dapat diambil. Ia mulai meninggalkan tempat itu dan mulai berjalan sambil melihat lihat sekitar.Si kecil yang menyebut dirinya dengan panggilan Io itu, lebih tepatnya Yulio tidak memiliki nama belakang atau marga sekalipun. Ia ditemukan oleh seorang nenek disebuah kardus. Sepertinya saat itu Yulio baru saja dilahirkan terlihat dari bercak berwarna kemerahan yang belum mengering diseluruh tubuhnya.
Dengan segera Nenek Nia, orang yang menemukannya. Segera membukus Yulio dengan sebuah kain panjang yang dibawa Nenek saat itu. Untuk Nama Yulio sendiri, nama itu memang sudah ada pada surat kecil dalam kardus.
Nenek Nia tidak memiliki siapapun, Nenek hanya tinggal seorang diri. Gubuk kayu yang mulai reyot sebagai tempat tinggal nya dan Yulio, saat Nenek menemukan Yulio tidak ada satu pun warga yang peduli. Hanya hinaan yang akan diterima Nenek, bahkan kepala panti yang ada didesa tempat tinggal Nenek pun tidak ingin menerima Yulio, karena menurutnya Yulio adalah anak haram yang akan mencemar nama baik panti milik nya.
Dari hari itu Nenek lah yang merawat Yulio, namun sayang sekali tepat saat Yulio memasuki usia 3th. Nenek meninggal dunia, meninggalkan cucu kecilnya yang masih sangat membutuhkan bantuan orang dewasa. Namun mau bagaimana lagi tidak ada yang mau merawat Yulio.
Setelah ditinggal sang Nenek, Yulio memulai hidupnya dengan mencari barang-barang bekas yang kemudian ditukarkan pada penjual barang bekas.
Yulio sikecil manis, berkulit putih cerah namun tertutup oleh debu, hidung kecil yang akan timbul semburat kemerahan diujung nya saat hari panas maupun dingin, gigi kelinci kecil miliknya akan sangat terlihat manis saat senyumnya mengembang, pipi agak tirus akibat kurangnya makan tidak memudarkan keimutan sikecil Yulio, tubuh kecil yang hanya setara paha orang dewasa dan jangan lupakan suara cadel dalam pengucapan huruf R dan S akan mengalun candu saat didengarkan.
#kembali pada Yulio
"Hali ni dikit cekali Io dapat balang na". Sedih Io saat melihat ke dalam karung kecil miliknya, yang hanya terdapat sekitar 20 botol minuman bekas yang Io dapat.
"Eum...Io tukal cekalang aja ke Aban Ian". Segera Yulio berjalan dengan kaki kecilnya itu, menuju tempat orang yang Io panggil Abang Ian itu.
Setelah berjalan cukup jauh akhirnya Io sampai juga ke tempat tukar barang bekas. Melihat orang yang ia cari sejak tadi segera ia berlari kecil menuju orang itu.
"Aban..! Aban..! Io bawa botol anyak". Sorak Io memperlihatkan botol yang berhasil ia kumpulkan.
Sedangkan pemuda yang dipanggil tadi, mulai menunduk kan pandangan dan tersenyum kecil saat melihat si kecil manis yang sedang menunjukkan barang bekas miliknya.
"Eh adek Io udah sampai, dapat banyak barangnya dek?". Tanya pemuda itu sambil mengusap lembut rambut Io.
Mendengar pertanyaan itu segera Io menundukkan wajahnya.
"Ikit". Ucap Io yang bisa dibilang hanya sebuah gumaman kecil. Namun masih bisa didengar oleh pemuda itu.
Mendengar gumaman itu segera pemuda itu menyamakan tingginya dengan tinggi badan Io. Tangannya ia letakkan pada kedua sisi pipi Io, berusaha agar Io mau menatapnya.
"Adek..Lihat Abang, tidak papa barang milik Io sedikit yang penting itu Io sudah mau berusaha dan kerja keras hm". Ucap Ian sambil menatap mata indah yang penuh kepolosan itu.
"Aban ndak malah?". Tanya Io menatap dengan memiring kan kepalanya. Yang malah membuatnya terlihat semakin imut.
Tidak tahan dengan tingkah Io, pemuda itu dengan cepat mencium pipi tirus itu, membuat Io terpekik geli karena Abangnya itu tidak berhenti mencium pipinya.
"Hihi..uch enti Aban Io jeli hihi...angan ium-ium Aban". Ucap Io mencoba menghentikan aksi ciuman dipipinya.
"Adek buat Abang gemas, jangan imut-imut adek, Abang ndak kuat lihatnya". Gemas Ian karena Io hanya memperhatikan saja dan mengedipkan mata polos kearahnya.
"Mana barang Adek?, Abang timbang dulu ya".
"Ni balang na Aban". Tunjuk Io sambil menyerahkan barang bekas miliknya.
"Baik Abang timbang dulu, Adek tunggu dulu disini ya, sambil nunggu Abang nimbang Adek makan ini dulu". Ucapnya sembari menyerahkan roti isi coklat kepada Io dan diterima baik oleh Io.
"Acih Aban". Senyuman manis Io berikan sebagai ucapan terimakasih kepada Ian.
"Sama-sama Adek". Jawabnya kemudian mulai pergi menimbang barang bekas milik Io.
Melihat pemuda itu pergi, Yulio segera memasukkan roti itu kedalam tas punggung kecil yang selalu ia bawa kemana saja.
Biasa anak kecil selalu takut kalau Makanannya diminta lagi hihi..
"Ini uang untuk Adek dan yang ini uang untuk Adek nabung ya". Ian memberikan uang hasil jual barang bekas berwarna ungu dan uang berwarna hijau untuk si kecil tabungkan.
Melihat uang yang diberikan kepada nya, senyum lebar hingga mata bulat itu menyipit seperti bulan sabit membuat Io semakin terlihat imut.
"Acih Aban"
"Sama-sama, sekarang Adek pulang udah sore takutnya nanti kemalaman adek tiba dirumah".
Ian takut sebenarnya membiarkan Yulio tinggal sendiri, usia Io masih sangat kecil tapi harus merasakan hidup susah sendirian. Ian juga pernah menawarkan pada Io bahwa ia berniat merawat Yulio, namun Io menolak dan mengatakan bahwa ia tidak mau berpisah dari rumah milik sang Nenek. Oleh karena itu Ian akan sesekali mengecek keadaan Io.
"Um..acih Aban io na ulang dulu ya...paypay". Ucapnya sambil melambaikan tangan kearah Ian kemudian berlari kecil menuju arah pulang.
Ian masih melihat kearah Io hingga tubuh kecil itu mulai hilang diperempatan jalan. Setelah dirasa Io telah pergi, Ian pun melajutkan kerjanya membereskan barang-barang bekas yang telah disetor hari ini.
YOU ARE READING
Yulio
Short StoryYulio si kecil berusia 4th, tubuh kecil nya selalu ia bawah berkeliling ditengah terik panas matahari. Tidak ada kata lelah, yang ia tahu dirinya harus mengumpulkan barang bekas untuk dijadikan uang. Apa jadinya jika si kecil diangkat menjadi anggo...