03.00

34.8K 2.6K 8
                                    

Setelah selesai memakan bubur masing-masing. Verro dkk, berencana mengantar Io pulang, mana tega mereka meninggalkan Io sendiri seperti ini.

"Io pulang" Ajak Verro.

Io merasa sedih, karena harus pulang cepat tanpa menukarkan barang bekas ke tempat Abang Ian.

"Ugh...tapi Aban" Io berharap ia bisa tetap mencari barang bekas untuk ditukarkan hari ini.

"Tidak ada tapi-tapian cil, kalau si verro udah bilang begitu, tandanya lu harus nurut, ngerti..!?" Jelas Chiko agar Io tidak membantah ucapan Verro takutnya, yang ada ngamuk nanti orangnya.

"Eum..iya Aban" Cicit Io.

Mendengar persetujuan itu, mereka segera berangkat mengantar Io pulang. Io masih tetap berada digedongan ala koala Verro. Mereka berangkat menggunakan mobil milik Chiko, sebab Verro dan Dev keduanya berangkat sekolah tadi menggunakan motor. Melihat keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengantarkan Io dengan motor, jadi Verro memutuskan untuk menggunakan mobil Chiko. Masalah motor keduanya, sudah diserahkan pada orang suruhan mereka masing-masing.

.

.

.

Tidak menunggu lama, mereka pun tiba didepan sebuah gubuk kayu. Melihat keadaan tempat tinggal Io, rasanya semakin miris saja. Bagaimana si kecil ini bisa tinggal di tempat seperti ini.

"Cil lu tinggal sama siapa..?" Tanya Chiko penasaran.

"Io inggal cendili Aban, tenapa..?" Jawabnya lalu bertanya balik.

"HAA...!! yang bener aja cil, kemana orang tua lu..?" Chiko Rasanya tidak percaya, jika seorang anak kecil seusia Io hanya tinggal seorang diri.

"Aban Kiko angan belicik ndak baik au, Io tu ndak tau ciapa olang tua Io, Io unya Nenek. Tapi Nenek pelgi cali bintan di angit...kelen tan Aban..!!" Ujarnya memperlihatkan senyum yang tak pudar dari wajah mungilnya itu.

"Dengar dari mana cil..?" Tanya Chiko masih penasaran dari mana kata-kata itu Io dapatkan. Walaupun itu bagus, karena anak sekecil Io masih belum seharusnya paham dengan masalah seperti itu.

Verro dan Dev sejak tadi hanya diam memperhatikan, mereka bukan tidak peduli pada Io, namun sebaiknya untuk saat ini lebih baik jadi pengamat saja. Chiko sudah cukup untuk mewakili pertanyaan mereka.

"Dali Aban Ian, Aban!" jawabnya

"Io..!" Panggil  Verro.

Semuanya langsung menoleh ke arah Verro.

"Eum Aban?".

"Io sekarang masuk ke dalam dan jangan keluar sembarang, besok Abang dan yang lainnya akan datang lagi ke sini. Dan ini hadiah untuk Io, karena udah nurut sama Abang hm" Jelas Verro panjang, dia juga memberikan beberapa lembar uang merah pada Io agar hari ini Io tidak mencari barang bekas.

"Uang na tuk Io Aban?" Tanya Io sambil menatap dengan kepala dimiringkan ke samping.

Melihat serangan keimutan yang datang mendadak, membuat ketiga pemuda itu segera memalingkan wajahnya kearah lain.

"Cil jangan imut-imut napah? Abang bisa kena serangan jantung mendadak kalau lihat lu gitu terus cil" Gemas Chiko.

"Gue juga belum terbiasa dengar si bos bicara panjang lebar gitu sama si bocil". Lanjut Chiko pada Dev, dan hanya diangguki saja oleh nya.

"Hm" Dehem Verro kemudian mengusap kepala Io, menyuruh agar Io segera masuk dan beristirahat.

"Aban Io na macuk dulu, Aban mau itut Io?" Ajak Io, siapa tau aja kan mereka juga mau masuk.

"Nggak usah cil, Abang-abang semua mau pergi dulu ya, awas ya kalau keluar-keluar!" Ucap Chiko mencoba memberikan sedikit ancaman.

Melihat tiga pemuda itu mulai menjauh, Io pun melambai kearah mereka, hingga dirasa tak terlihat lagi Io pun segera masuk dan mengunci pintu nya dari dalam.

.

.

.

"Besok Gue kabari" Ucap Verro

"Oke bos, kalau gitu gue sama Dev jalan dulu, salam buat Om Frans" Pamit Chiko

"Hm" Setelah mendengar itu Chiko serta Dev pun, segera meninggalkan Mansion dengan mobil yang dikendarai oleh Chiko.

Mamasuki Mansion yang hanya ada keheningan seperti tak ada kehidupan didalamnya.

"Aden sudah pulang, mau Bibi siapkan makan atau minum den?" Tanya Bibi Mina.

Bibi Mina merupakan, asisten rumah tangga yang sudah bekerja lama di Mansion milik keluarga Verro. Bibi Mina pun mulai bekerja saat Orang tua Verro baru saja menikah dan pindah ke Mansion ini. Jadi bisa dikatakan bahwa Bibi juga merupakan salah satu orang kepercayaan keluarga Verro.

"Tidak Bi" Jawabnya.

Mendengar itu Bibi pun segera kembali kedapur, mengerjakan beberapa pekerjaan yang sempat tertunda tadi.

"Bolos lagi..?" Pertanyaan bernada tegas dan dingin itu berhasil menghentikan Verro.

"Hm.. bosan" jawabnya tak kalah dingin.

"Jangan terlalu sering Boy, kau tau bukan, musuh kita tidak akan diam saja jika ada sedikit saja celah hm" jelas orang itu.

"Iya Dad"

Ya yang sejak tadi berbicara dengan Verro adalah sang Daddy Frans Axsaver, memiliki banyak sekali perusahaan yang begitu berkembang pesat, siapa yang tidak mengenal keluarga Axsaver, keluarga yang berhasil menghasilkan keturunan berhati beku dengan tampang datar disetiap wajahnya.

Dan jangan salah, Frans merupakan ketua Mafia terbesar didunia. Bahkan dikeluarga mereka, setiap anak-anak mereka sudah diajarkan cara menembak saat usia mereka menginjak 5th. Jadi tidak salah kalau keturunan Axsaver begitu kejam dan bringas.

"Istirahat lah, Daddy akan menyelesaikan hama yang mengganggu hm" Perintah Frans.

"Hm"

"Dasar anak itu"

Melihat sang putra yang telah memasuki lift, Frans segera meninggalkan Ruang itu dan berjalan menuju mobil yang telah disiapkan untuk perjalanannya.

.

.

Jam menunjukan pukul 20.00.

Kruuuukk..kruuk...

"Io lapal hihi.., dacal Aban ni culuh Io janan pelgi-pelgi, telus Io mam na mam apa?" Io pun keluar berencana membeli nasi goreng dekat persimpangan rumahnya.

"Io mam naci goleng ah hihi...naci goleng tunggu Io na tiba eum.." Berjalan sambil sesekali melompat-lompat kecil dan kadang Io akan menyanyikan lagu yang teringat oleh nya, lihat sekarang saja Io sedang menyanyikan lagu cicak-cicak didinding.

"Icak icak di dindin..
Iam-iam melayap ....
Atang seekol amuk...ap...ap ....la..." Belum selesai Io menyayangikan lagu kesukaannya, Io berhenti karena mendengar teriakan kesakitan seseorang.

"Argh..aa..mpun ...Tuan..argh.."

"ARGHhhh..Uppppp.." Teriak orang itu, namun berhenti saat orang yang satu lagi menyumpal mulut orang itu dengan kain.

Tsuk...suk..

Lalu menusuk secara berulang-ulang kali pada dada orang yang berteriak tadi.

"Hiks...hiks...."

Mendengar suara tangisan anak kecil, orang yang menusuk tadi langsung berhenti seketika,
Kemudian saat membalikkan tubuhnya.

Deg...

Tubuhnya menegang seketika, ketika menemukan sosok kecil yang terdiam linglung melihat kearahnya. Melihat tubuh kecil itu mulai limbung kesamping, segera orang itu berlari menangkap tubuh kecil itu kedalam pelukan nya.

"Shit..ceroboh!" Ucapnya merutuki perbuatannya yang terlalu ceroboh saat membasmi musuh.

Melihat pada wajah mungil itu, entah mengapa ada rasa tenang saat melihat anak ini baik-baik saja. Digendongnya anak itu dengan kaku, tidak lama keduanya memasuki sebuah mobil yang berhenti didepan keduanya.

YulioWhere stories live. Discover now