BAB 4 • MENACE

63 4 0
                                    

Setelah meringkus seorang penjahat bernama Bob, Silvanna sempat menghubungi Yu Zhong soal pertukaran, sesungguhnya si sherif sangat menginginkan harga buronan itu. Namun masalahnya ada pada Yu Zhong sendiri, Black Dragon tak mengizinkan.

Kini Silvanna tidak akan kembali ke Kota Bawah untuk beberapa hari ke depan, ia berencana 'tuk beristirahat di rumah—tanpa adanya Dyroth.

"Kukira aku masih bisa mengajak Yu Zhong negosiasi," Silvanna bergumam, duduk di sofa sambil menyeringai tajam. "Nyatanya timbal balik dariku tidak sepadan untuk pertukaran itu, ya."

Pada akhirnya ia tidak semangat lagi, Silvanna menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Kedua matanya menatap langit-langit rumah, sesekali keinginan hati kecilnya muncul tiba-tiba disaat ia melamun.

"Menjalani hidup damai nan tentram tanpa adanya masalah. Kayaknya keinginanku dulu sangatlah mustahil, karena di dunia ini.. tidak mungkin bisa sedamai itu." katanya sendiri. "Dan salah satu alasan mengapa aku bergabung ke kepolisian. Yah, pencapaianku tidaklah buruk walau aku tak berhasil."

Well, kelihatannya Silvanna sama sekali tak menyesal atau mempermasalahkan hal tersebut. Bila melihat masa lalunya mungkin akan sedikit pahit, tapi untuk sekarang... Silvanna takkan pernah mau gagal lagi dan lagi.

"Jika tidak ada Yu Zhong.. mungkin aku dan Dyroth cuma bisa makan nasi dan garam. Orang itu membuat kontrak yang cukup rumit, meski aku tidak bisa.. aku bersikeras menerimanya, demi adikku, Dyroth."

"Kenapa kau bicara sendiri?" tanpa suara atau ketukan pintu, Dyroth muncul sambil berdiri di ambang pintu, melihat sang kakak mengoceh-oceh. "Ah, harusnya tidak aneh melihat kakak begitu, soalnya kakakku adalah perempuan bodoh."

"Jaga ucapanmu, dan kenapa kau pulang? Bukannya kau sudah di pilih oleh Ratu untuk menjadi anjing peliharaan-Nya?"

"Cih—Aku tidak mau membahas itu." respon Dyroth benar-benar tak mengenakkan, ia meludah ke lantai tanpa rasa bersalah.

"Hoi, kau mengotori—"

Pada saat Silvanna hendak marah, Dyroth langsung berjalan masuk sambil memasang muka seram, membikin Silvanna terdiam seribu kata. Hanya satu pikiran yang terpintas, walau begitu sang kakak tak mau bertanya lebih jauh.

Ia hanya bertanya satu hal, "Kau baik-baik saja?" kekhawatiran sang kakak pada adiknya, namun raut muka Silvanna terlihat sedang marah.

Jujur saja Silvanna tidak marah kepada Dyroth atas perbuatan sebelumnya, dan ia juga tidak marah cuma karena Dyroth meludah ke lantai, sesungguhnya Silvanna menduga kalau Dyroth baru saja di permainkan oleh seseorang, itulah mengapa sikap sang adik terlihat menyebalkan. Silvanna adalah kakaknya, dan ia tahu sifat beserta perilaku Dyroth dari hal kecil sekalipun.

"Jawab aku—Apa kau baik-baik saja?" tanyanya sekali lagi, sekarang sorotan mata Silvanna lebih tajam.

Dyroth berhenti sejenak, melirik ke arah Silvanna sambil menjawab secara biasa... "Tak ada masalah." barulah Dyroth berjalan kembali.

Melihat reaksi adiknya, tentu kita juga tahu bahwa Dyroth tidak mau melihat sang kakak bertindak gegabah. Inilah salah satu kekurangan Silvanna—Jikalau Dyroth berada dalam masalah, maka Silvanna takkan segan untuk mencari akar permasalahan tersebut, dan.. ia akan lepas kendali.

"Kakakku adalah Sherif, aku harus mempertahankan dan menjaga reputasinya. Meski begitu aku tetap membenci cara ia memberikan kasih sayang kepadaku. Aku merasa jijik."

"Oh!" tiba-tiba Dyroth berhenti melangkah, ia berbalik sambil melihat Silvanna. "Kau harus mandi, badanmu sangat bau."

Ya, perhatian kecil ini sangat bermanfaat bagi keluarga kecil seperti mereka. Silvanna hanya tersenyum kecil sebagai respon baik untuknya.

🔹BLACK PURPLEWhere stories live. Discover now