Chapter 33:Berakhir

132 11 0
                                    

Lee Jeno tidak bisa tidur dan anehnya, dia malah memutuskan pergi ke gudang belakang sekolah dari pada berusaha tidur.

Hari itu, para murid baru kembali ke asrama dan kegiatan belajar mengajar belum dimulai. Hanya beberapa murid yang baru tiba di asrama sehingga Jeno bisa leluasa keluar dari asrama dan berjalan menuju gudang belakang sekolah.

Tujuan Jeno mengunjungi gudang belakang sekolah karena cermin yang ada di dalam sana. Semuanya berawal ketika Jaemin memperkenalkan cermin itu kepadanya ketika mereka membolos.

Namun, sebelum Lee Jeno berhasil ke gudang belakang sekolah, dia menemukan seseorang baru saja keluar dari arah belakang sekolah. Seseorang itu bertubuh kecil dan ternyata juga sedang menggendong seseorang juga di punggungnya.

"Huang Renjun?" ucap Jeno tanpa sadar ketika cahaya berhasil menampakkan siapa sosok yang sedang menggendong seseorang di punggungnya.

Sosok itu berhenti berjalan, dia menatap Jeno yang pandangan matanya tertuju pada seseorang yang sosok itu gendong.

"Chenle?! Dia kenapa?!" tanya Jeno pada sosok yang merupakan Renjun itu.

Renjun diam memandang Jeno dengan lekat.

"Setahuku, kita akan saling tahu nama masing-masing waktu hari pertama belajar mengajar dimulai" gumam Renjun membuat Jeno terdiam di tempatnya dan menatap Renjun tidak mengerti.

"Kau.., sudah melihat cermin ya?"

Pertanyaan Renjun membuat Jeno membeku di tempatnya. Dia menatap Renjun yang terkekeh pelan lalu berusaha menaikkan Chenle yang nyaris merosot jatuh dari gendongannya.

"Seharusnya, kau baru tahu kalau aku saudara angkat Chenle ketika hari pertama belajar mengajar dimulai. Tapi, kau sudah tahu namaku di sini. Itu tandanya, kau sudah bercermin di cermin itu bukan?" jelas Renjun membuat Jeno tidak bisa berkata-kata.

Renjun tersenyum tipis melihat keterdiaman Jeno, dia melirik Chenle yang belum terbangun dari pingsannya. Lalu, Renjun kembali menatap Jeno.

"Jangan berteman dengan seseorang bernama Park Jisung" ucap Jeno tiba-tiba membuat Renjun menatapnya tidak mengerti. Tetapi, ketika melihat raut pucat Jeno, dia pun paham mengapa Jeno mengatakan kalimat itu kepadanya.

"Tidak mau. Aku akan tetap berteman dengannya. Dan aku, juga tetap ingin berteman dengan kalian walaupun aku tahu apa yang akan terjadi setelahnya" tegas Renjun lalu dia berjalan meninggalkan Jeno karena dia tidak bisa berlama-lama menggendong Chenle sambil berdiri diam seperti tadi.

"Takdir tetaplah takdir Jeno. Kalau kau berusaha mengubahnya, maka akan ada harga yang harus dibayar" bisik Renjun yang mampu didengar oleh Jeno.

Walaupun Jeno mendengarnya, dia memilih untuk mengabaikannya.

***

Semua murid yang melihat kejadian itu langsung menjerit ketakutan. Terlebih ketika darah yang mengucur begitu saja dan menodai jalan setapak yang terbuat dari beton ini.

Chenle terdiam di tempatnya beserta balok kayu yang terjatuh dan berbunyi berbenturan dengan kerasnya beton. Dia menatap lekat seseorang yang menjadikan tangannya untuk melindungi seseorang yang menjadi target kemarahan Zhong Chenle.

"Park Jisung!" seru Chenle kesal, dia mengabaikan Jisung yang meringis kesakitan sambil memegang tangannya.

Tangannya bengkak serta terluka sehingga mengeluarkan banyak darah, wajah Jisung memucat dan menatap lekat Chenle yang terengah karena dikuasai amarahnya.

[FF NCT DREAM] ROTATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang