Chapter 4: Waktu yang Kembali

152 11 0
                                    

If you're searching for that one person that will changer your life,
Take a look in the mirror..

*

*

*


Dia membuka matanya dengan perlahan.

Disaat dia membuka matanya, yang ia lihat adalah langit-langit ruangan yang berwarna putih. Indera penciumannya mencium bau obat-obatan yang begitu menyengat. Kepalanya terasa berputar dalam seperkian detik sampai ia sadar bahwa ruangan ini bukan kamarnya.

Disaat dia mencoba menggerakkan badannya, badannya terasa ngilu dan pegal. Tangannya kebas dan ia dapati terdapat infus di sana.
  
Dia tercekat ketika dia merasakan ada sesuatu yang menggenggam erat tangannya yang bebas infus, dia mecoba melihat siapa sosok yang menggenggam tangannya itu.
  
Sedangkan sosok yang menggenggam tangannya itu, merasakan ada pergerakan yang membuatnya terjaga.

Dan dia pun terdiam.
  
Itu ibunya.
  
Sosok yang menggenggam erat tangannya, adalah ibunya.
  
Sedangkan sang ibu, terdiam cukup lama. Wajahnya terlihat terkejut, membekap mulutnya sendiri dengan air mata yang menetes begitu saja di pipinya.
  
“Jisung-ah..” lirihnya.
  
“Jisung..” isak sang ibu, seakan tersadar, sang ibu segera menekan tombol merah untuk memanggil dokter.
  
“Akhirnya, akhirnya kau bangun juga, nak” isak ibunya, memeluk tubuh sang anak dengan lembut.
  
Dan entah kenapa, Jisung menangis ketika ia merasakan pelukan ibunya.

***

Jisung tidak menyangka kalau dia ditemukan pingsan di gudang sekolah dan tertidur selama satu minggu.

Jisung terkejut, tentu saja.

Disaat dia mendapat penjelasan dari ibunya yang menceritakan semua itu sambil menangis, Jisung merasa ada yang aneh. Dia merasa, kalau dia tidak ada pergi ke gudang sekolah.

Yang dia ingat, dia pergi ke atap sekolah, menikmati sebatang rokok bersama gurunya.
  
Itu saja.
  
Ketika ibunya bertanya kenapa dia bisa berada di gudang sekolah tentu saja Jisung menjawab kalau dia tidak tahu. Dia sungguh tidak tahu kenapa dia ada di sana. Ibunya juga tidak bertanya lebih lanjut lagi. Membiarkan Jisung sibuk dengan pemikirannya sendiri.
  
Ruang rawatnya begitu sepi. Terakhir kali yang datang menjenguknya adalah kepala sekolah serta beberapa gurunya. Termasuk Lee Ssaem, gurunya itu tersenyum tipis padanya, berbisik menasihatinya untuk tidak merokok lagi. Jisung mendengus saja saat mendengarnya.
  
Pintu ruang rawatnya terbuka, terlihat sosok ibunya yang tersenyum lebar padanya.
  
“Lihat, siapa yang datang menjenguk” ucap sang ibu membuat Jisung menyerngit penasaran.
  
Lalu, mata Jisung terbelalak disaat melihat sosok teman sejatinya ada di dekat pintu masuk sambil tersenyum lebar padanya.
  
“Shotaro!”
  
Shotaro berjalan menghampiri Jisung yang hendak turun dari ranjang pesakitannya.
  
“Tahan kawan, lagian aku tidak pergi ke mana mana” ucap Shotaro sambil terkekeh.
  
Sang ibu tersenyum tipis melihat interaksi Shotaro dan Jisung. Dia sibuk memotong buah sambil memperhatikan kedua remaja itu saling bercanda bersama.
  
“Kau tahu? Aku rasanya ingin mati mendengar kau tertidur selama tujuh hari” ucap Shotaro, duduk di kursi yang disediakan di ruang rawat itu, menatap Jisung yang terkekeh pelan.
  
“Kenapa kau tidak mati saja sekalian?”
  
“Kenapa mulutmu semakin kurang ajar saja, Park?”
  
Jisung tertawa kecil. Dia tidak mengatakan apa yang terjadi padanya selama dua tahun menginjakkan kaki di bangku SMP. Shotaro tentu tidak tahu bagaimana kelakuan Jisung yang berhasil membuat ibunya menangis setiap malam. Jisung diam-diam tersenyum miris, dia melirik ibunya yang masih asyik memotong apel. Wajah ibunya terlihat lelah.
  
“Aku memang kurang ajar dari dulu” jawab Jisung dengan kekehan.
  
Shotaro mendengus saja. Dia menatap temannya ini yang terlihat menyedihkan dengan tubuh yang semakin kurus. Efek tertidur selama tujuh hari mungkin? Entahlah, dan Shotaro bisa merasakan bahwa pancaran mata Jisung begitu berbeda.

[FF NCT DREAM] ROTATEWhere stories live. Discover now