Chapter 16: Sebuah Janji

69 11 1
                                    

Nafasnya terengah dan dia meraup oksigen disekitarnya dengan rakus. Jisung melihat keadaan disekelilingnya dan ternyata dia berada di kamar asramanya sendiri. Jisung mengusap wajahnya yang berkeringat dengan tangan gemetar. Dia bahkan tidak sanggup berkata-kata ketika melihat Chenle baru saja keluar dari kamar mandi dan langsung berlari menghampirinya.

"Hei, tenanglah" ucap Chenle tetapi Jisung tidak bisa tenang.

Dia tidak akan pernah tenang jika dia tidak mendapatkan jawaban yang ia inginkan.

"Re-Renjun?" tanya Jisung sambil menatap Chenle dengan air mata mengalir begitu saja di kedua pipinya.

Remaja 16 tahun itu menangis terisak sambil mencengkram tangan Chenle dengan kuat. Dan keadaan Jisung itu tentu memunculkan tanda tanya di benak Chenle. Dia bingung melihat Jisung terbangun setelah seharian pingsan dalam keadaan berkeringat banyak, dan kemudian menanyakan keberadaan Renjun sambil menangis seperti itu.

"Tenanglah Jisung, kau itu baru tersadar setelah ditemukan pingsan di gudang oleh Yuta sunbaenim. Kau harus banyak istirahat karena dokter bilang kau kelelahan" jelas Chenle tetapi Jisung tidak kunjung menghentingkan tangisnya. Laki-laki itu terisak hebat dan mendongak menatap Chenle dengan tatapan memohon.

"Di mana dia? Tolong jawab pertanyaanku, Chenle. Di mana Renjun?!" isak Jisung dan remaja itu menangis seperti bayi membuat Chenle menghembuskan nafas lelah.

"Dia pergi" jawab Chenle dengan nada ketus. Dia sebal sekali dengan Jisung yang menangis seperti anak kecil sambil mencengkram tangannya. Hei! Cengkraman tangan Jisung itu menyakitkan tahu!

Mendengar jawaban Chenle, entah kenapa Jisung merasakan jantungnya berdetak semakin kencang. Tangisannya terhenti namun, dia menatap hampa Chenle, sorot matanya begitu kosong membuat Chenle mulai merasakan panik ketika melihat keterdiaman Jisung.

"Dia pergi? Benar-benar pergi?" tanya Jisung dan air mata kembali menetes begitu saja membasahi kedua pipinya. Jisung menangis tanpa suara. Tatapan matanya semakin gelap dan Chenle menatap Jisung cemas.

"Hei? Park Jisung?"

Pertanyaan dari Chenle tidak sekali pun Jisung dengar. Isi kepalanya dipenuhi dengan kalimat Dia pergi dari Chenle. Dada Jisung terasa sesak, dia kesulitan bernafas. Jisung merasa pasokan oksigen di kamarnya ini begitu tipis. Dia tidak peduli ketika Chenle terus memanggil namanya dengan panik. Kesadaran Jisung semakin menipis. Sebelum kedua matanya terpejam sempurna, dia melihat pintu kamar mereka terbuka, menampakkan sosok Haechan dan Renjun berlari menghampirinya dengan wajah luar biasa panik.

Chenle sialan.

***

"Kau apakan dia, Chenle?!" seru Haechan kepada Chenle yang merasakan darahnya naik karena pertanyaan Haechan yang sudah keseribu kalinya.

"Aku tidak melakukan apa-apa padanya! Dia tiba-tiba saja seperti itu setelah aku menjawab pertanyaannya!" seru Chenle jengkel, dia bersidekap dan duduk di kursi belajar. Sejak tadi Chenle seperti itu sampai dokter yang memeriksa keadaan Jisung pergi.

"Memang Jisung bertanya apa? Kenapa dia langsung panik setelah mendengar jawabanmu?" tanya Renjun, dia duduk di pinggir tempat tidur Jisung sambil sesekali membersihkan keringat di kening Jisung menggunakan handuk kecil.

Chenle menghembuskan nafas lelah, "Aku pun bingung kenapa dia bereaksi seperti itu setelah aku menjawab pertanyaannya. Pandangan matanya langsung kosong. Dia terlihat mengerikan membuatku takut" jelas Chenle, dia tertegun ketika mengingat betapa hampanya tatapan mata Jisung ketika dia menjawab pertanyaan sederhana dari temannya itu.

[FF NCT DREAM] ROTATEWhere stories live. Discover now