Chapter 6: School

108 12 0
                                    


Kegiatan sekolah pertama hari ini dan Jisung harus menyipitkan mata karena senyum Renjun terlalu menyilaukan. Laki-laki itu terlihat sangat bersemangat membuat Jisung merasa tenaganya disediot habis.

Chenle sendiri sudah rapi, dia sibuk memasukkan buku-buku milik Renjun ke dalam tas.

Jisung merasa kalau peran Chenle di sini sebagai babysitter dari pada pelajar. Dari pagi tadi, Chenle yang membangunkan mereka berdua, dia yang menyiapkan pakaian mereka, tapi kalau masalah buku, Chenle ogah menyiapkan punya Jisung.
  
“Renjun, pakai sepatumu dengan benar, jangan diinjak begitu” ucap Chenle pada Renjun, meraih kaki anak itu dan memakaikan sepatu itu dengan benar.
  
“Jisung, seragammu masukkan dengan benar dan rapikan” ucap Chenle penuh ancaman pada Jisung yang tidak peduli.
  
“Jangan berlagak tuan, lupa ya siapa yang beberapa hari ini merokok di balkon bersamaku?”
  
Chenle berdecak dan Renjun mendengus.
  
“Bagaimana caranya kalian bisa merokok tanpa ketahuan?” tanya Renjun, kembali menginjak sepatunya membuat Chenle mengusap wajahnya frustasi.
  
“Renjun, pakai sepatumu dengan benar” ucap Chenle.
  
“Ini sudah benar, Zhong Chenle, aku menggunakannya di kakiku bukan di tanganku.”
  
“Tapi, jangan diinjak Huang Renjun.”
  
“Chenle, sepatu itu memang harus diinjak.”
  
“Renjun, maksudku, pakai seperti ini, contoh aku.”
  
“Aku tidak mau mencontoh seorang perokok.”
  
“Pfft..!”
  
Chenle mendelik pada Jisung yang bersiul. Ketiga manusia itu pun keluar dari kamar mereka bersamaan dengan pintu kamar di samping mereka terbuka. Dan lagi, mata Jisung menyipit karena senyuman seniornya yang begitu cerah mengalahkan mentari pagi.
  
“Pagii, Chenle! Jisung! Dan hai, Renjun, sudah baikan?” sapa Lee Haechan, si senior ramah yang suka meminta rokok pada Jisung. Yang suka mengganggu malam tenang ketiga juniornya saat tengah malam.
  
Di samping Haechan sudah ada Lee Minhyung, roommate Lee Haechan yang tidak terlalu banyak bicara tetapi tersenyum pada ketiga adik kelasnya.

Minhyung adalah orang yang tidak ambil pusing dengan kegiatan Haechan beserta dua adik kelasnya yang hobi merokok di balkon.
  
“Pagi Haechan! Minhyung hyung! Dan aku sudah baikan” balas Renjun dengan semangatnya.
  
Mereka berlima pun berjalan menuruni tangga, hanya Haechan dan Renjun yang bercengkrama dengan semangatnya. Chenle dan Jisung banyak diam begitu juga dengan Minhyung.
  
Setibanya mereka di lantai dasar, mereka segera menuju ruang makan. Suasana ruang makan tidak terlalu ramai. Memang, karena murid di sana hanya sekitaran ratusan murid, dengan murid tingkat satu yang hanya 25 murid. Sangat sedikit kalau menurut yang lain, tapi kepala sekolah mana peduli?
  
“Aku harap sarapan pagi ini adalah sandwich ikan tuna” ucap Chenle, mengelus perutnya yang berbunyi karena menyebutkan makanan kesukaannya.
  
“Aku pikir, sekolah berasrama tidak semewah itu?” ucap Jisung, merasa harapan Chenle terlalu diluar nalar.
  
“Sekolah kita ini berbeda, jangan harap kau akan disuguhi bubur encer dengan sepotong roti” ucap Minhyung, menarik kursi yang ada didekat mereka.
  
Mereka berlima pun duduk di kursi masing-masing. Keadaan ruang makan bahkan mengalahkan pasar. Semua orang ingin berbicara. Jisung memperhatikan bagaimana Haechan dengan hebohnya bercerita kalau senior mereka ada yang keluar dari sekolah karena tidak tahan bersekolah asrama. Renjun yang antusias mendengar cerita Haechan, atau pun Chenle yang bahkan membumbui cerita itu dengan mengatakan kalau sekolah mereka angker dan terkutuk. Hanya Minhyung yang tenang sambil menyesap susu yang memang sudah disediakan di atas meja.
  
Kegaduhan itu pun mulai tenang disaat para koki membawa sarapan hari itu dan membagikannya ke semua murid. Dan Jisung mengerti kenapa Minhyung berkata kalau sekolah mereka ini berbeda. Melihat sarapannya saja membuat liur Jisung menetes.
  
Dia merasa, tidak bersekolah di sekolah asrama kalau diperlakukan bak pangeran seperti ini. Jisung pikir dia akan diperlakukan seperti sekolah militer.
  
“Sial, tidak ada sandwich ikan tuna. Tapi, sarapan kali ini lumayanlah” ucap Chenle, terlihat sudah siap membabat habis makanan di hadapannya dalam seperkian detik.
  
“Masakan di sini bahkan mengalahkan masakan ibuku” komentar Haechan.
  
“Sial. Kenapa para guru alot itu lama sekali datangnya? Haruskah kita memakan semua ini setelah para guru itu sampai? Bagaimana kalau magh ku kambuh?”
  
“Jangan banyak beralasan Lee Haechan, kau tidak ada riwayat penyakit magh” gerutu Minhyung.
  
“Sialan kau Huang Renjun, kau sudah memakan sarapanmu duluan” desis Chenle, menatap sebal teman sekamarnya yang tersenyum lebar.
  
“Aku ingin memastikan apakah makanan ini diracun atau tidak” jawab Renjun sekenanya.
  
“Bangsat, haruskah aku menunggu selama ini? Makanan lezat ini memanggilku” umpat Haechan, mulai kesal, dia melirik pintu masuk.
  
Sepertinya, manusia yang ada di sini hobi mengumpat.
  
Jisung menghembuskan nafasnya, sampai, pintu ruang makan pun terbuka, menampakkan beberapa guru yang mengambil kursi masing-masing. Suasana ruang makan langsung sunyi senyap, apalagi disaat sang kepala sekolah mulai berdiri sambil mengangkat gelas minumannya.
  
“Untuk pagi yang bahagia, ada baiknya, sebelum makan, kita berdoa menurut kepercayaan masing-masing, berdoa mulai!”
  
Semua murid khusyuk berdoa menurut kepercayaan mereka. Setelah kepala sekolah berkata selesai, dan baru saja mengatakan selamat makan, semua murid sudah kasak-kusuk dengan sarapan mereka. Mengabaikan ocehan kepala sekolah tentang semester baru. Murid kurang ajar.
  
“Aku heran, kenapa asrama tidak menyediakan wine atau vodka untuk sarapan” ucap Chenle tiba-tiba.
  
“Buat saja sekolah asrama mu sendiri” gerutu Minhyung, merasa ucapan Chenle tidak masuk akal.
  
“Aku setuju denganmu, Chenle. Haruskah kita memberikan saran di kotak saran kalau asrama butuh minuman beralkohol? Bir juga tidak apa. Soju apalagi” sahut Haechan setelah menelan setengah sarapannya dengan rakus.
  
“Ehhh, tapi susu bagus untuk pertumbuhan, bukannya kau ingin tinggi Le?” ucap Renjun, ikut campur dengan percakapan konyol itu.
  
“Alkohol juga bisa meninggikan tinggi badan” ucap Chenle sok tahu.
  
“Jangan konyol” sahut Jisung dan Minhyung serentak.
  
Dan sarapan kali itu dipenuhi dengan perdebatan konyol tentang alkohol yang bisa atau tidak membuat badan tinggi.

[FF NCT DREAM] ROTATEWhere stories live. Discover now