Chapter 21: Pergi ke Busan

78 10 2
                                    

Ketika Lee Minhyung membuka pintu kamarnya malam itu, yang ia lihat adalah Lee Haechan yang duduk termenung di pinggir tempat tidur sambil menggigit ujung kukunya. Pandangan mata Haechan mengarah ke langit malam nan gelap dengan tatapan kosong. Sepertinya, isi kepala Haechan terlalu penuh sampai Haechan sendiri tidak bisa memilah, masalah mana yang harus ia pikirkan terlebih dahulu.

Minhyung menutup pintu kamar mereka dengan pelan. Dia berjalan menuju meja belajar untuk meletakkan tas serta buku-bukunya. Dia tidak ada keinginan untuk menanyakan keadaan Haechan karena tidak mau mengganggu Haechan dengan dunianya sendiri.

Minhyung memilih meraih sekaleng bir yang ia sembunyikan di bawah meja belajarnya lalu berjalan menuju balkon. Dia sempat melirik balkon milik tiga adik kelasnya yang tumben sekali begitu sepi malam ini. Tiba-tiba saja Minhyung merindukan mereka bertiga, padahal, Minhyung sendiri yang memilih menjauh. Dia sendiri yang memutuskan untuk berubah menjadi orang asing dibagian hidup mereka hanya karena dia terlalu takut menghadapi masa depan.

Lee Minhyung ingin berubah. Dia tidak mau, jika ia terus bersikap seperti ini, maka masa depan yang tidak ingin ia rasakan benar-benar akan terjadi.

Baru saja Minhyung hendak meminum birnya, dia mendengar suara langkah kaki yang mendekat. Tanpa menoleh pun, Minhyung sudah tahu kalau yang berjalan mendekatinya itu adalah Haechan. Dia tidak keberatan ketika Haechan meraih bir di tangannya lalu meminumnya dengan rakus.

"Masa depan itu sangat menyeramkan" gumam Haechan yang mampu didengar oleh Minhyung karena sunyinya malam.

"Memang" jawab Minhyung singkat. Dia mengambil alih birnya dari tangan Haechan lalu meminumnya dengan pelan.

"Sekarang, aku mengerti maksudmu, Minhyung" ucap Haechan membuat Minhyung menoleh menatapnya tidak mengerti.

"Cermin."

Minhyung terdiam ketika Haechan menyebutkan satu kata itu. Dan keterdiaman Minhyung berhasil menarik perhatian Haechan untuk menoleh ke arahnya.

"Masa depan kita ternyata sangat mengerikan ya, Minhyung?" kekeh Haechan lalu dia menatap hampa langit malam yang gelap.

"Sulit dipercaya sebuah cermin bisa memberikan bayangan masa depan sejelas itu. Rasanya, aku ingin sekali memecahkan cermin sialan itu saking bencinya aku melihat masa depanku sendiri" decak Haechan sebal.

Haah, rasanya Haechan ingin menangis.

Dia sudah merangkak bahkan mengesot hanya untuk menghadapi dunia yang kejam ini. Tapi, kenapa sepertinya takdir tidak ingin melihat Haechan bahagia? Sebenarnya, apa yang takdir rencanakan untuk Haechan sampai Haechan harus mengalami kehilangan secara berturut-turut di masa depannya?

Dosa apa yang telah Haechan perbuat sampai-sampai Tuhan seperti sangat marah kepada Haechan dengan memberikan cobaan bertubi-tubi pada Haechan?

Ah, kenapa Haechan tidak sadar kalau dia sudah menciptakan begitu banyak dosa? Bahkan sejak ia dilahirkan ke dunia ini.

"Jadi, apa kau percaya akan apa yang kau lihat?" tanya Minhyung dan Haechan memilih tidak menjawab.

"Apa kau memutuskan untuk berubah? Mungkin dengan berubah, apa yang kita lihat tidak akan terjadi" jelas Minhyung dan Haechan tidak setuju dengan pendapat Minhyung.

"Selama kau berubah, apakah yang kau lihat untuk kedua kalinya akan ikut berubah?" tanya Haechan dan Minhyung mengatupkan bibirnya dengan kuat.

"Apa kau pernah memikirkan, mengapa cermin itu ada di gudang? Mengapa cermin itu mampu membuat kita bisa melihat masa depan yang terasa sangat nyata?" tanya Haechan lagi dan Minhyung tidak bisa menjawab.

[FF NCT DREAM] ROTATEWhere stories live. Discover now