BAB 36

134 18 2
                                    

Mereka terus berlari, entah sudah berapa kali salah ambil jalur, suara langkah yang mengejar mereka dari belakang masih terasa, malahan sepertinya semakin kencang.

Sampai akhirnya tibalah di titik keduanya sudah tidak sanggup berlari lagi. Mereka berhenti di tempat paling luas di dalam labirin, yaitu bagian inti.

Arme menarik Jenathan untuk bersembunyi di balik batu yang paling besar di sana, ditambah lagi posisinya dekat jalan masuk tempat ini. "Kak, kurasa hanya di sini tempat paling bagus untuk membunuhnya," ujar Arme.

"Iya, aku juga berpikir demikian," sahut Jenathan. Lelaki itu sekali lagi menarik senjata miliknya. "Kau membawa tali yang kuminta sebelumnya, kan?"

Arme membuka tas miliknya, menunjukkan gulungan tali sepanjang 3 Meter yang salah satu ujungnya sudah diikatkan pengait tajam. Jenathan mengeluarkan tali tersebut, dan menukarkannya dengan belati miliknya.

"Ayo, kita bertukar posisi saja," ajaknya, "aku yang akan berusaha menahan dari depan, lalu kau menikamnya dari belakang."

"Memangnya bisa? Bukannya harus tepat di jantungnya?"

"Aku tau, tapi itu terlalu beresiko. Tikam saja dari belakang, tidak masalah kalau efeknya lebih lambat."

Arme mengangguk kecil. Jenathan berniat bersembunyi di tempat lain agar posisi Arme tidak diketahui, sebelum beranjak ia sempat mengingatkan agar sebaiknya Arme tidak menyentuh ujung belati, karena di situ terdapat racun.

Tanah seketika berhenti bergetar, menandakan kalau "makhluk" itu telah tiba di sini. Suara lembutnya berusaha memanggil kedua temannya agar keluar mendatanginya, namun tidak ada yang melakukannya. Arme dan Jenathan tidaklah bodoh, mereka tau kalau itu bukanlah Nicholas, melainkan monster.

Monster itu tidak menyerah begitu saja, dari pancaran sinar obor di tanah, bayangan besarnya berubah menjadi bayangan manusia sepantaran Arme dan Jenathan. Dia terus berusaha merayu keduanya agar datang kepadanya.

Merasa kalau usahanya sia-sia, monster itu masuk ke dalam inti labirin, tapi dalam wujud Nicholas. Dia melihat ke sana kemari sambil memanggil nama kedua temannya lagi. Arme semakin mendekatkan tubuhnya ke batu sembari berjongkok, menunggu si monster masuk semakin jauh ke dalam inti labirin.

Saat ada kesempatan, Jenathan melemparkan tali dari arah samping. Si monster tersadar, dia langsung berubah ke wujud aslinya yang mengerikan. Sayangnya tali tadi belum terkait kencang hingga terlepas begitu saja.

Sebelum ukuran monster itu semakin membesar, Arme buru-buru berlari dan menusuk kaki si monster menggunakan belati, luka yang diciptakan kemungkinan bisa melumpuhkannya untuk sementara waktu. Jenathan cepat-cepat melemparkan tali sekali lagi, kali ini talinya berhasil terikat di leher.

Arme memanjat ke punggung, ia sempat kebingungan mencari posisi jantungnya berada. Kalau tidak tepat sasaran, takutnya efek racun di belati semakin lambat menjatuhkan si monster.

Tidak mau mudah dikalahkan, tangan-tangan si monster bergerak sangat liar, kuku-kuku tajamnya membuat keduanya semakin waspada. Arme tidak bisa fokus, bahkan saat berhasil menemukan posisinya pun rasanya sulit di tusuk karena tubuh si monster yang tidak bisa diam.

Arme tidak menyadari kalau tangan si monster bergerak ke arahnya, salah satu kukunya mengenai mata kirinya. Arme mengerang kesakitan, ia terjatuh dari posisinya, dan memegangi matanya yang sakit.

Jenathan sempat panik, tapi ia harus tetap memegangi talinya. Monster tadi terus menarik tali di lehernya hingga akhirnya terputus, kini Jenathan terpojok ke dinding, susah untuk menemukan celah melarikan diri, ditambah belati miliknya berada di dekat Arme.

At the Midnight [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang