BAB 27

63 12 0
                                    

Vida mendatangi ruangan rahasia bersama Nicholas setelah pulang entah darimana. Baru saja masuk ke dalam, alangkah terkejutnya mereka ketika tau ada orang lain di sana.

Arme, Geon, Jenathan, Nagisa, dan Azura. Mereka berlima berada di sana, menunggu kedatangan keduanya. Vida sedikit kebingungan tentang apa yang terjadi di sini sebenarnya, tapi melihat Jenathan saja sudah membuat langsung mengerti.

"Ada keperluan apa kalian semua berkumpul di sini? Dan bagaimana cara kalian masuk?" Vida berusaha terlihat setenang mungkin, manik matanya memperhatikan satu persatu wajah para siswa-siswi di hadapannya ini.

"Tidak usah dijawab pun, sepertinya kau sudah tau. Mengaku saja, Vida. Kau adalah monsternya, kan?" tanya balik Jenathan langsung ke poin utama.

"Hah? Apa maksudmu, Jenathan?" bingung Vida tidak mengerti.

"Kau jangan menuduhnya sembarangan! Jelas-jelas Vida ini manusia seperti kita!" seru Nicholas berusaha membela sahabatnya.

"Nicholas, jangan mudah tertipu begini. Aku juga sama sepertimu, sampai akhirnya mereka menunjukkan bukti-bukti yang mereka punya!" ujar Geon tidak kalah serius.

"Bukti?"

Arme menunjukkan bukti-bukti yang dimaksudnya, mulai dari foto kkela serta buku tahunan angkatan kakek Jenathan dulu, hingga perbandingan bentuk kunci Vida dengan penanda di tubuhnya.

Nicholas beberapa kali berusaha mencari perbedaan di antara foto tersebut dengan Vida yang berdiri di dekatnya, dia semakin tidak percaya ketika membaca namanya dari buku harian, bahkan tanggal dan bulan lahirnya sama.

"Vida ...," lirih Nicholas perlahan mulai melangkah menjauhinya, bukti-bukti di tangannya tadi jatuh begitu saja ke lantai.

"Hey, kau tidak mungkin percaya dari benda-benda itu, kan? Kita ini sahabat, kau pasti tau aku bukan monsternya. Mana mungkin aku bisa berubah menjadi makhluk mengerikan itu!" jelas Vida berusaha mengambil kembali kepercayaan sahabatnya, tapi Nicholas benar-benar  terlihat serius berusaha menjauhinya sekarang.

"Kalau begitu, beritahu kau ada di mana kemarin malam! Kata Azura, kau yang terakhir bersama Ibu Kepala Sekolah di malam hari setelah selesai pembicaraan penting, itu pun kalian perginya keluar dari wilayah sekolah," titah Arme.

"Vida, jangan bilang kau yang membunuh Ibu Grace?!" kaget Nicholas.

"Aku tidak mungkin melakukan itu!" seru Vida membantah, "lagipula untuk apa? Nic, ayolah, jangan mudah percaya. Kalian ini juga, kenapa kalian memperlakukanku begini seolah memang akulah monsternya?"

"Bagaimana kalau misal bukan aku? Bisa saja kan orang lain seperti Jenathan, Geon, Arme, atau Nicholas. Berhentilah menganggapku sebagai dalang di balik tewasnya orang-orang di sini!" Vida terus berusaha menyuarakan dirinya meski hanya sendirian sekarang.

Arme mengubah perintahnya tadi ke bentuk pertanyaan tentang di mana keberadaan Vida setelah pembicaraan penting di sekolah bersama Azura juga pada malam itu.

Vida mengakui kalau ia memang pergi bersama Grace setelah selesai pembicaraan penting karena itu memang rutinitas keduanya. Vida menjawab kalau mereka hanya berkeliling di sekitar area luar saja lalu pamit.

Nicholas menceletuk kalau Vida sama sekali tidak pulang kemarin malam, dia baru bertemu dengannya saat dalam perjalanan menuju kemari tadi. Vida cepat menjawab kalau ia pamit ke Grace untuk pulang ke rumahnya sendiri.

"Kau yakin tidak ikut ke rumahnya? Maaf saja, Vida, tapi aku menemukanmu masuk ke kediamannya dari CCTV rumah lain." Geon menunjukkan video rekaman serta foto dari tablet miliknya. Nicholas mendekat ke arahnya dan memperhatikan baik-baik sosok yang tertangkap di sana, benar-benar mirip Vida.

"Aku sebenarnya tidak mau mengakui ini, tapi sekarang aku lebih percaya Jenathan bersama teman-temannya daripada dirimu. Kau ini semakin hari semakin aneh saja, selalu pergi tanpa memberi kabar, dan lebih banyak berbohong ke kami tentang keberadaanmu! Bahkan menurutku dan Nagisa, kau juga lebih banyak menyembunyikan sesuatu dari kami! Bukannya kau sering bilang kalau kita harus sering oversharing sesuatu?" Geon mengeluarkan sebuah unek-unek yang ada di hatinya, sekalian mewakili Nagisa juga.

"Entah kenapa, aku setuju dengan Geon," sahut Nicholas. Vida melotot tidak percaya.

"Maaf, Vida. Aku memang sering membelamu saat mereka menganggapmu monster dan merencanakan sesuatu terhadapmu, tapi sekarang aku sudah tidak bisa melakukannya. Aku ingin berhenti terlibat dengan semua hal yang berhubungan dengan "monster" ini!"

Nicholas beranjak cepat menuju pintu, wajah lelaki itu memancarkan rasa kecewa yang sangat mendalam. Nicholas keluar dari ruangan, tidak lupa menutupnya kembali agar tempat itu tidak terlihat.

"Vida, tunjukkan wujud aslimu, sekarang!"

"Aku sama sekali tidak tau apa yang kalian katakan!!" Vida ikut keluar sambil berlari, meninggal kelimanya di sana memperhatikan pergi.

Geon berniat mengejarnya, tapi Arme menahannya. "Biarkan saja. Kami bertiga harus menyusun kembali rencana dulu, baru bisa benar-benar menyerangnya," jelas Arme.

Geon paham. Azura mengembalikan duplikat kunci ruangan ini kepadanya, rupanya Geon pernah menduplikat kunci milik Vida seblumnya karena suatu alasan, untung saja bisa berguna di saat seperti ini.

"Kak Nicholas bagaimana?" tanya Nagisa khawatir.

"Mending jangan diganggu dulu, sepertinya dia masih syok melihat bukti-bukti tadi. Apalagi dia sempat bilang tidak mau terlibat apa pun tentang masalah ini lagi," saran Jenathan.

"Ini sudah pasti berat untuknya, apalagi Nicholas dan Vida ini sahabat dekat," sambung Azura menambahkan.

****

Di asramanya, Vida kaget melihat kamar sahabatnya yang terbuka dipenuhi baju-baju dilantai, ternyata Nicholas berniat pergi dari asrama pada saat ini juga.

"Nic, kau mau ke mana?" tanya Vida setengah panik.

"Aku mau pulang, tidak mau tau! Pokoknya aku tidak masuk sementara waktu, kalau bisa aku mau homeschooling saja," jawab Nicholas menutup ritsleting kopernya.

Lelaki itu buru-buru bergerak menuju pintu, tapi Vida langsung menghalangi jalannya. "Ayolah, kau tidak mungkin percaya begitu saja, kan? Kita ini sahabat."

"Kalau kita memang sahabat, kenapa kau juga banyak menyembunyikan sesuatu dariku seperti yang Geon bilang? Aku sudah lelah dengan segala hal tentang "monster" ini, Vida!" seru Nicholas.

"Kumohon tetaplah di sini, percaya kepadaku."

"Minggir! Jangan halangi aku!" bentak Nicholas sambil mendorong Vida menjauh dari jalan pintu. Tanpa bicara apa pun lagi, Nicholas meninggalkan mantan sahabatnya itu sendirian di kamar asrama mereka.

Meski dirinya memelas bagaimana pun, mustahil ia bisa mendapatkan kepercayaannya kembali. Nicholas terlihat sudah kecewa berat terhadapnya.

Vida tersandar lemas di tembok, perlahan badannya merosot turun ke lantai. 'Astaga. Masalah baru apa lagi ini sekarang? Aku sudah lelah!' Vida kembali bangun dan menendang tembok di hadapannya, tapi berujung meringis kesakitan di kakinya.

****

At the Midnight [END]✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora