BAB 35

107 13 0
                                    

Pada malam yang sama, Arme dan Jenathan pergi ke ruangan rahasia, membawa kunci duplikat. Mereka berdua tidak menyalakan lampu, melainkan hanya mengandalkan cahaya dari flash ponsel, keduanya juga membawa senjata di tangan untuk berjaga-jaga.

Kalau dari informasi di buku lama Vida, tempat ini adalah tempat persembunyian Nicholas saat sekolah ini masih berupa mansion Keluarga Alaric. Tujuan keduanya datang tentunya untuk mencari petunjuk tersembunyi.

“Kalau menemukan sesuatu, langsung panggil, ya,” pesan Jenathan. Arme mengangguk mengiyakannya dan bergerak menuju dapur.

Semua benda ia sinari menggunakan flash, tidak ada yang luput dari penglihatannya. Beberapa kali Arme menemukan bekas cakaran pada benda-benda di sana, ada juga bekas darah, dan beberapa tulang. Wajahnya langsung pucat melihatnya.

“Aku harap ini bukan milik para korban,” gumamnya pelan.

Setelah setengah jam, Arme pasrah karena tidak menemukan sesuatu yang dapat membantu mereka, ia pun pergi menemui Jenathan di ruang tengah.

“Kau menemukan sesuatu?” tanyanya.

“Tidak, aku hanya menemukan gelang putus di bawah sofa, entah punya siapa.” Jenathan menunjukkan gelang yang dimaksud. Arme mengerutkan keningnya, ia yakin pernah melihatnya di suatu tempat.

“Itu … mirip punya Kak Melva.”

“Artinya dia dibunuh di sini lalu di sembunyikan di dalam kamar asramanya.”

“Tadi kau menemukannya di bawah sofa, kan?”

Jenathan mengangguk. Arme tengkurap di atas lantai, tangannya menyinari bawah sofa menggunakan flash, seperti ada suatu benda yang memantulkan cahaya di sana. Arme meminta Jenathan agar membantu memindahkan sofa tadi ke sisi lain ruangan. Di tempat asal sofa, terdapat bagian lantai yang tidak tertutupi sempurna, dan di sana ada benda mengkilap seperti sebuah engsel. Entah kenapa Arme merasa ada yang janggal.

Ia membuka sebagian karpet, sebuah pintu tersembunyi yang mengarah ke tempat rahasia lainnya terlihat. Tanpa pikir panjang, Arme mengajak kakak kelasnya tadi untuk turun dengannya menyelidiki.

Jenathan kaget sekaligus kagum akan penemuan adik kelasnya ini langsung menerima ajakan memeriksa ke dalam sana.

****

Di kediaman Keluarga Alevia yang letaknya berada di pinggir sisi lain kota, ada seorang tamu mengejutkan yang mengunjungi mereka. Matilda sangat kaget ketika membuka pintu, wajahnya juga sedikit memancarkan rasa takut.

“Nicholas …,” lirihnya.

Nicholas masih berdiri di depan pintu, kedua manik matanya menyorot tajam kepada Matilda. “Maaf mengganggu malam-malam, Madam. Bagaimana kabar Anda?”

“Saya baik-baik saja. Apa yang membawamu kemari?”

“Aku hanya ingin memesiksa semua barang-barang Vida yang sudah diangkut. Memastikan tidak ada yang hilang seharusnya tidak masalah, kan?”

Matilda gugup, dia langsung membukakan jalan agar Nicholas bisa langsung masuk ke dalam kediamannya. Di kamar yang selalu Vida tempati saat pulang ke sini kini hanya berisikan barang-barangnya. Nicholas mengobrak-abrik setiap barang di sana.

Apa kau pikir Nicholas akan benar-benar memeriksa semua barang? Tentu saja tidak. Nicholas hanya memeriksa barang-barang Vida yang menurutnya adalah privasi, karena ia yakin kalau Vida pasti ada menyembunyikan sesuatu darinya, salah satunya buku harian.

“Di mana buku harian kedua?” tanya Nicholas dengan nada tidak senang.

“Apa maksudmu?” tanya Matilda balik.

At the Midnight [END]✔Where stories live. Discover now