BAB 31

78 13 0
                                    

Pada 2 jam terakhir pelajaran, semua murid diminta untuk berkumpul di aula sekolah untuk melakukan Acara Pelepasan kepada Ibu Grace dan Vida.

Suasana penuh pilu menyelimuti ruangan yang sangat besar itu, banyak sekali para murid yang masih tidak percaya kalau akan ada kejadian seperti ini di masa sekolah mereka.

Di tengah situasi begini, Arme terlihat seperti sedang memendam sebuah pikiran. Sehabis pergu dari kamar asrama Vida bersama yang lain, ia mendadak menjadi pendiam.

Arme memikirkan tentang bagaimana bisa tidak ada satu pun polisi yang bergerak setelah melihat kondisi kamar Vida yang terlihat seperti tempat pengeksekusian, kecuali kalau memang tidak ada yang memasuki ruangan itu.

Saat mereka datang, kamar tidurnya sudah terkunci, dan kalau Wakil Kepala Sekolah yang menguncinya, pasti beliau juga menyerahkan kunci kamar itu. Tapi, kenyataannya yang diberikan hanya 1 kunci.

Secara langsung ini menyampaikan kalau tidak ada yang memasuki kamar Vida pada malam itu saat dia ditemukan tewas, makanya tidak ada yang tau kalau kamar itu dikunci, ditambah pasti orang-orang sudah panik lebih dulu melihat jasadnya.

Tetapi, apa mungkin Vida sendiri yang mengunci kamarnya dalam keadaan sekarat? Masalahnya, yang diserang hanya kepala, anggota badannya yang lain terlihat bersih tanpa luka, mungkin ada goresan-goresan kecil dari serpihan cermin.

'Bagaimana kalau sebenarnya monster membunuhnya di kamar, tapi setelahnya meletakkan jasadnya di lantai ruang tengah, lalu mengunci kamarnya agar tidak ketahuan?'

'Tapi seharusnya polisi memeriksa kamarnya pada saat itu juga, tidak mungkin kalau Pak Wakil Kepala Sekolah tidak melapor. Kecuali ... kalau memang tidak ada yang melapor ke polisi.'

"Arme, menurutmu ini karena monster?" bisik Han yang duduk di sampingnya.

"Aku kurang tau, tapi kurasa iya," bisik Arme menjawab.

"Kalian, kan, mencurigainya. Kalau bukan dia, lalu siapa?" bisik Han lagi membuat Arme terdiam memikirkan jawaban.

Arme tiba-tiba teringat kata-kata di buku yang sebelumnya ia ambil dari kamar Vida. 'Semoga ada petunjuk yang kuat di sana,' pikirnya lagi.

****

Malam harinya, seluruh penghuni mendapat kabar bahwa sekolah akan diliburkan selama 3 hari ke depan, dan acara Anniversary yang akan dilaksanakan kemungkinan dibatalkan. Semua dilakukan demi menghormati kedukaan atas kepergian Ibu Kepala Sekolah mereka, Grace.

Arme bersiap masuk ke kamarnya setelah memeriksa jam di dinding yang menunjukkan pukul 20.24 PM. Tapi sebelum itu, ia harus memastikan kalau pintu luar dan semua jendela sudah terkunci atau belum.

"Han, pokoknya sebelum jam 11, kau harus tidur," pinta Arme melewati teman sekamar asramanya yang masih santai bermain game online di sofa.

"Iya, kau tenang saja," sahut Han, pandangannya tidak lepas dari ponsel.

Di kamarnya, Arme mematikan lampu utama, tapi tidak naik ke atas kasur. Arme meraih tas sekolahnya, dan mengeluarkan buku yang tadi siang ia ambil dari bawah meja belajar Vida.

Arme beberapa kali menarik napas dalam-dalam, berusaha menguatkan dirinya untuk mencari tau ada apa di dalam buku itu.

Tangannya membuka ke halaman pertama. "Hanya beberapa hari sebelum kematianku." Ia kembali membacanya untuk kedua kalinya.

"Sebentar lagi usiaku menginjak tujuh belas tahun, seharusnya aku bahagia karena itu menandakan kalau aku sudah dewasa, namun tidak, aku sama sekali tidak bahagia atas ulang tahunku kali ini."

At the Midnight [END]✔Where stories live. Discover now