44

2.2K 175 3
                                    

happy reading!

love,

sirhayani

44

Mereka telah tiba di rumah Anggini. Pagar rumah baru saja dibuka lebar oleh Anggini sehingga Jiro bisa memasukkan mobilnya dan memarkirkannya di halaman rumah cewek itu. Satu per satu turun dari mobil. Kala yang duduk di kursi penumpang depan sementara Kalila berada di antara Fritzi dan Trey di kursi penumpang belakang.

Sebelumnya, Kalila lah yang duduk di kursi penumpang depan. Itu pun ada penolakan keras dari Trey karena ingin Kalila duduk di sampingnya. Setelah menjemput Fritzi, Kalila yang paham betapa pemalunya Fritzi memutuskan untuk duduk di kursi penumpang bagian belakang untuk menemaninya. Kalila menyuruh Trey untuk segera duduk di depan karena Kalila ingin membiarkan Kala duduk di samping cewek itu, tetapi Trey menolak dengan keras karena tak ingin berada di samping Jiro. Alhasil, Kala yang langsung duduk di depan dengan sukarela. Bahkan cowok itu memperlihatkan ekspresi senang sambil memanggil Jiro bapak yang membuat Jiro mendelik kesal.

"Ayo." Kalila meraih tangan Fritzi, menggenggamnya, lalu menariknya perlahan untuk sama-sama memasuki rumah Anggini yang pintunya terbuka lebar.

Ketika menjemput Fritzi tadi, rumah cewek itu hanya diterangi lampu ruang tamu. Katanya, keluarganya sedang tidur lelap, tentu saja. Namun, Fritzi sudah sempat izin pada mamanya yang tak banyak protes. Ternyata Fritzi tak sulit mendapatkan izin dari orang tuanya.

"Tada!" Anggini merentangkan tangannya di depan persiapan menonton yang terlalu niat. Ada popcorn, minuman bersoda, laptop beserta proyektor di ruang tengah yang luas itu. Bahkan Anggini terlalu niat menyusun sofa secara berderet. "Selamat datang di rumah gue. Kalian semua duduk di tempat masing-masing. Gue pengin ganti baju bentar."

Kalila mengangguk, lalu menuntun Fritzi yang kaku untuk duduk di sofa. "Duduk di mana aja. Mau samping gue?"

"Gue harus duduk di samping Kalila, dong," kata Trey. "Fritzi duduk di samping Kala aja."

Kala yang sudah duduk di sofa, menepuk-nepuk bagian di sampingnya sambil menatap Fritzi yang canggung. "Sini, Fri. Duduk di sini."

"Oh, di situ aja!" seru Kalila sembari mendorong pelan punggung Fritzi. Fritzi lalu duduk tepat di samping Kala. Jiro sudah duduk di ujung lain sembari memeluk bantal sofa. "Ngantuk, Kak?"

"Enggak. Temen lo mau nonton apaan?" tanya Jiro saat Kalila duduk di sampingnya.

"Enggak tahu. Katanya ada yang bagus." Kalila menoleh. Fritzi terlihat berbincang dengan nyaman dengan Kala. Ah, bahkan ketua kelasnya itu lebih nyaman bicara dengan Kala dibanding Kalila. Fritzi bahkan sempat tersenyum malu-malu ketika dia menunduk saat merespons ucapan Kala.

Kalila menaikkan kedua kakinya dan secara refleks menggeser tubuhnya merapat pada Jiro sambil terkikik saking gemasnya melihat sikap malu-malu Fritzi.

"Oh, iya!" Kalila melihat sekeliling. "Si Trey mana?"

"Katanya mau pipis," balas Jiro sambil memasukkan popcorn ke dalam mulut Kalila yang minta disuapi.

***

Trey tidak menemukan kamar mandi yang dia cari. Dia baru pertama kali ke rumah teman Kalila, tetapi karena tak tahan dengan keinginan untuk buang air kecil membuatnya buru-buru pergi sebelum bertanya. Dia pikir akan segera menemukan kamar mandi di dekat dapur, tetapi rumah ini terlalu banyak lorong dan membuatnya kesusahan dalam mencari.

Melihat Anggini sedang memasuki sebuah kamar, cowok itu berlari mengejar. "Oi!" Namun, yang dipanggil tak menoleh sedikit pun. "Kamar mandi di mana? Budek."

Ruang dan WaktuDonde viven las historias. Descúbrelo ahora