Chapter 20 - Gejolak Aneh

15 3 0
                                    

 Sabtu ini aku tidak pulang ke rumah, final basket putri Piala Rektor diadakan Sabtu malam, dan kami berempat alias penghuni kos sepakat untuk menonton June bertanding. Jurusan Teknik Elektro masuk ke babak final sesuai harapan dan akan bertemu dengan Jurusan Teknik Kelautan. Karena Papa jelas tidak percaya jika aku ada acara di kampus, Aya berbaik hati menelepon Papa untuk memintakan izin, dan beruntung suasana hati Papa sedang baik, jadi aku dengan mudah mendapat izin Papa.

Malam ini kami berempat menuju lapangan indoor, sedangkan June sudah berangkat sejak pukul empat sore tadi. Dan, seperti biasa sebelumnya aku harus bersabar menunggu tiga gadis berdandan sejak selesai salat magrib hingga lima menit sebelum pertandingan dimulai. Akhirnya kami baru sampai lapangan setelah lima menit berputar-putar mencari tempat parkir. Padahal aku ingin melihat June bermain sebagai starter.

"Kalian, sih, lama banget dandannya! Kita telat, nih!" decakku kesal dan buru-buru keluar mobil.

"Cuma telat sepuluh menit, Jav," sahut Tiar membela diri karena sebenarnya dia yang paling lama, apalagi alisnya sempat tercoret.

"Sepuluh menit itu satu kuarter! Dan kita udah skip kuarter satu!"

"Udah, deh, Jav. Kan, masih ada waktu nonton," ucap Wita menengahi. Bukan. Lebih tepatnya menyuruhku berhenti mengomel.

Tribun tampak penuh di mana-mana, seperti tidak ada tempat tersisa. Kami menuju tempat bendera Jurusan Teknik Elektro dikibarkan, bendera sebesar empat meter kali empat meter itu terlihat sangat mencolok di dinding lapangan indoor. Itu bendera buatan angkatanku saat ospek, katanya untuk meningkatkan sense of belongings kami sebagai mahasiswa Teknik Elektro.

Sepertinya kuarter pertama baru selesai, kulihat para pemain sedang istirahat di pinggir lapangan sambil mendengarkan Mas Angga yang memegang papan dada. Karena menuju tribun jurusan kami harus melewati tribun Jurusan Teknik Kelautan, baru saja berjalan tiga meter, sorakan membahana. Tentu saja menyoraki aku dan tiga penghuni kos lainnya yang sengaja menggunakan jaket jurusan.

"Sayonara, sayonara, Elektro juara duaa ...." Tribun Jurusan Teknik Kelautan riuh menyanyikan yel-yel hasil plesetan lagu sayonara.

"Wita, dapat salam dari Ogi!" teriak salah satu laki-laki yang entah duduk di mana, suaranya yang keras mampu terdengar hingga ke telinga kami yang sedang berusaha berjalan lebih cepat.

"Ciyeee ... suit, suit!" Mereka bersorak dengan heboh lagi. Jurusan Teknik Kelautan ini hampir sama seperti jurusanku yang mayoritas mahasiswanya laki-laki, jadi ketika bertemu di final seperti ini, apalagi pertandingan putri, mereka sibuk saling ejek.

Suara peluit menandakan kuarter kedua dimulai. Kami berempat berpencar mencari tempat duduk. Kulihat Ryo melambaikan tangan ke arahku dari tribun atas. Dia duduk dengan Agus, Dion dan sederet teman laki-laki lainnya. Aku buru-buru menaiki tangga, tapi karena langkahku terlalu cepat aku terpeleset di salah satu anak tangga ketika sudah mendekati tribun atas.

"Aduh!" Kakiku rasanya nyut-nyutan.

Ryo yang duduk di ujung buru-buru menolongku. "Lo, tuh, ya, cerobohnya dikurang-kurangin kek. Naik tangga doang, jatuh."

"Jangan cerewet, buruan bantu gue. Kuarter dua udah mulai, nih!"

Ryo mengalungkan lenganku ke bahunya, aku meringis karena menahan sakit, sepertinya terkilir. Lalu mendudukkanku di bangkunya.

"Enggak apa-apa, Jav?" tanya Dion yang duduk tidak jauh dariku.

"Sakit banget," jawabku sambil meluruskan kaki.

"Nanti kompres es aja," sahut Agus.

Aku hanya mengangguk.

Tiba-tiba Ryo berjongkok, dia melepas sneakers dan kaos kakiku tanpa ragu. Untung saja aku rajin ganti kaos kaki dan cuci sepatu, kalau tidak bisa-bisa Ryo pingsan setelah membukanya. Kemudian menyentuh bagian pergelangan kaki kiriku yang masih terasa berdenyut. Memutar-mutarnya pelan dan hati-hati. Aku merasa aneh. Perutku geli. Apa karena tangan Ryo yang juga menyentuh telapak kakiku sekarang? Namun, kalau geli aku harusnya tertawa, ini tidak. Geli di perutku terasa menyenangkan hingga naik ke dada, membuat detak jantungku lebih cepat. Aku benar-benar tidak bisa fokus dengan pertandingan basket sekarang.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 16 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Titip SalamWhere stories live. Discover now