Chapter 11 - Suara Perempuan

6 1 0
                                    

Baru kali ini aku merasa sangat bersyukur bertemu Haris. Biasanya, aku akan marah-marah atau mengomel karena dia sering memanggilku hanya untuk menitipkan makanan, tapi kali ini aku sungguh bahagia menemukan sosoknya yang sedang makan sendirian di McD. Tubuhku sudah terlalu lelah karena keliling kampus sejak pagi hingga sore untuk mengurus kastrat. Ada bala bantuan untuk mengawasi Salam sementara aku bisa makan sambil bersantai.

"Kak Aris, Salam mau ayam yang ada mainannya, boleh?" bisik Salam ketika kami sudah duduk di pojokan store. Dia mengarahkan mulutnya ke telinga Haris, padahal aku bisa mendengar ucapannya.

"Boleh, yuk!" Haris berdiri dengan tangan terulur.

"Mau ke mana lo?" tanyaku sambil menyantap chicken burger tanpa selada yang baru kugigit sekali.

Salam memberi isyarat diam dengan telunjuk ditempel di bibirnya sambil menghadap ke Haris.

"Salam, jangan minta aneh-aneh," tegurku lembut berusaha sabar.

Bocah di depanku itu hanya menanggapinya dengan menjulurkan lidah.

"Biarin, lah. Lo mau makan apa lagi?" ucap Haris menengahi.

Aku menggeleng. Ketika tengah melanjutkan makanku, kulihat Ryo mendorong pintu kaca di depan store, dia sendirian sambil membawa ransel. Mata kami berserobok, kemudian Ryo melambaikan tangan sambil menyunggingkan senyum.

"Ngapain?" tanya Ryo begitu mendekati mejaku.

"Ngepel. Makan begini, masih aja ditanyain. Gue enggak sama June."

Ryo tertawa. "Iya, gue tahu. Makanya gue ke sini." Tanpa dosa, diambilnya cup medium berisi cola yang kupesan tadi. Lalu menyedotnya tanpa berpikir dua kali.

Aku mendelik. "Beli sendiri, kek!" Tanganku sudah bersiap memukul keras lengan Ryo, tapi dia dengan gesit mencegah dengan tangan kirinya. "Jangan dibiasain. Lo enggak takut kalau misalnya ternyata gue punya hepatitis atau penyakit menular gitu?"

Tangan Ryo menggantung setelah menjauhkan sedotan dari mulutnya, lalu mengerjap sebentar. "Serius? Gue turut prihatin, Jav."

"Misalnya, woi. Mi-sal-nya!"

Minumku diletakkannya kembali di atas meja. "Lagian gue begini juga enggak ke semua orang, lah! Cuma, gimana, ya. Lo, tuh, sasaran empuk gue," ucap Ryo sambil terkekeh.

"Empuk, empuk. Lo kira gue kerupuk seblak?"

Salam datang dengan Haris setelah memesan Happy Meal di counter. Bocah itu makin mirip Ryo yang minta makanan seenaknya, padahal dia baru bertemu Haris hari ini.

"Eh, ada Kakak Om!" sapanya ceria sambil menggenggam tokoh Gru yang duduk di atas motor jetnya.

"Kak Ryo, bukan Kakak Om! Kalau ada yang denger gimana, dikira aku udah tua, tahu!" protes Ryo dengan nada tinggi. Ucapan bocah saja dia permasalahkan.

Salam tidak memedulikan protes Ryo. Dia sudah sibuk menggerak-gerakkan motor Gru di dinding dan meja.

"Hai, Bro. Mau makan?" Haris juga mengenal Ryo. Aku tidak tahu bagaimana mereka bisa saling kenal, karena setahuku mereka juga tidak pernah sekelas saat mata kuliah bersama.

"Gue maunya cari joki ujian, sayangnya di sini enggak ada."

Aku melirik Ryo yang duduk di sebelahku. "Enggak lucu banget."

Titip SalamWhere stories live. Discover now