30 - Let go in disappointment

3 0 0
                                    

Di malam yang sunyi, Nakula melangkah dengan hati-hati melewati pintu menuju taman belakang istana. Seperti biasanya, para bawahan istana sibuk dengan aktivitas mereka tanpa curiga.

Nakula berlari dengan cepat, menuju para prajurit yang berjaga di jalan menuju gerbang keluar utama istana. Dengan panik dan ketakutan, Nakula memanggil para prajurit dengan suara bergetar.

"Pa... paman, paman! Ada yang ingin menyerangku! Tolong bantu aku," ucapnya, sesekali melihat ke belakang dengan wajah penuh ketegangan.

Salah satu prajurit bertanya, "Pangeran? Kenapa keluar malam-malam seperti ini? Di mana sosok itu?"

"D-dia... ada di sekitar sana, paman," jawab Nakula, sambil menunjuk ke arah taman.

"Aku pergi ke taman untuk mengambil mainanku yang tertinggal, dan sosok misterius itu hendak menyerangku. Aku tidak bisa langsung masuk ke dalam istana karena mereka berdua ingin menculikku," jelasnya, berharap agar para prajurit mempercayainya.

Para prajurit saling bertatapan, memberikan isyarat untuk segera bergerak ke arah belakang istana. "Baiklah, kami akan menangkapnya. Pangeran, sebaiknya kamu segera masuk, ini sudah malam. Tuan Raja pasti akan marah jika mengetahui hal ini. Biarkan kami yang mencari sosok misterius itu untuk segera di tangkap."

Nakula mengangguk, "Ya, terima kasih paman," ucapnya, sambil melihat para prajurit dengan penuh hormat. Mereka mempercayai kemurnian Nakula dan segera bergerak menuju taman belakang istana.

Dalam kegelapan malam yang menyelimuti, Nakula memperhatikan para prajurit yang berlari menjauh dari depan istana. Dia tersenyum lebar, meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia harus bertahan dan melanjutkan perjuangannya untuk keluar dari istana.

Meskipun tubuhnya masih terasa lemas, Nakula berjanji untuk tetap kuat. Namun, ketika ia melihat prajurit yang berkeliling menjaga keamanan istana, kekhawatiran melintas di benaknya.

"Celaka, jangan sampai mereka melihatku di sini!" Gumam Nakula dengan hati berdebar.

Tanpa ragu, Nakula mendekati gerbang yang menjulang tinggi dan dengan susah payah membukanya. Tangannya yang kecil sedikit kesulitan dalam meraih dan menggeser gagang kunci tersebut. Namun, dia tidak menyerah. Dia tahu bahwa kebebasannya ada di balik gerbang itu.

Setelah memastikan tidak ada yang melihatnya, Nakula segera melangkah keluar dari dalam istana. Malam itu, dia berlari secepat tenaganya, meninggalkan istana vampir tanpa ragu.

Tanpa diketahui oleh para vampir istana, sang pangeran berhasil keluar dari gerbang istana dengan langkah tegap dan hati yang penuh harapan. Nakula merasa seperti seorang pahlawan yang mengejar kebebasan di bawah cahaya bintang-bintang yang bersinar terang.

*****

Saat langkahnya membawa Nakula menjauh, pagi mulai merayap memasuki cakrawala. Namun, Nakula terus berjalan tanpa arah yang pasti. Tubuhnya semakin lemas, terasa kekuatannya yang biasanya membantu dalam pemulihan daya tahan tubuhnya, kini melambat.

Separuh kekuatan kecilnya telah diambil oleh Erlangga, dan karena kekuatan kecilnya semakin kecil, tubuhnya membutuhkan waktu yang lebih lama untuk pulih.

Matanya tidak sengaja tertuju pada sebuah pagar yang panjang, tampak tak berujung dengan ujung-ujungnya yang runcing. Nakula mendekat, takjub melihatnya dari dekat.

"Pagar apa ini? Apakah buatan manusia? Liora bilang manusia bisa melakukan hal-hal menakjubkan di zaman sekarang," gumam Nakula, matanya berbinar penuh kekaguman seolah rasa lemas dan kelelahannya menghilang.

Dengan penuh rasa ingin tahu, kedua tangannya menyentuh pagar itu, sambil memperhatikannya. Tatapan matanya tidak sengaja melihat ke depan sana, beberapa puluh meter jauhnya ia melihat sebuah pohon mangga yang berbuah lebat.

Bayangan Kegelapan Where stories live. Discover now