11 - Kegelapan Menelan Kehidupan

1 1 0
                                    

Lima tahun telah berlalu sejak kejadian itu. Di malam yang sunyi, rembulan tampak pucat memancarkan cahayanya yang lembut. Rumah megah keluarga Raffaell kembali kedatangan warga yang berbondong-bondong, membawa senjata seperti tali, golok, kayu, hingga obor.

Suara teriakan mereka memecah keheningan malam, menggema di sekitar rumah tersebut. Mereka berteriak dengan niat yang jelas, yaitu mengusir seseorang, Raka, yang mereka sebut sebagai anak iblis karena dianggap telah melakukan kejahatan. Mereka mengklaim bahwa anak kecil itu telah membunuh manusia dewasa maupun anak anak dengan gigi mungilnya.

Suasana yang tegang melingkupi rumah keluarga Raffaell. Cahaya rembulan yang pucat memantul di dinding-dinding megah, menciptakan bayangan-bayangan yang misterius. Di udara, tercium aroma ketakutan dan kebencian yang terus membesar.

Warga-warga yang marah dengan rasa takut-takut berdiri di depan pintu rumah, memandang dengan pandangan yang penuh kebencian. Suara-suara mereka bergema di malam yang sunyi, menciptakan suasana yang mencekam.

Beberapa di antara mereka mengayunkan senjata yang mereka bawa, siap untuk bertindak dengan kekerasan. "HEY ANAK IBLIS! Kamu telah membawa malapetaka di wilayah kami! Kamu harus pergi dari sini, keluar!" teriak salah seorang warga dengan suara yang penuh amarah.

"Kami tidak akan membiarkanmu melanjutkan kekejamanmu! Kau harus dihukum atas tindakanmu yang keji itu!" teriak yang lain dengan nada yang penuh kebencian.

"Keluar!"

"Keluar!!"

Namun, di tengah kerumunan yang marah, ada juga warga yang ragu dan bingung. Mereka melihat Raka sebagai seorang anak yang tak bersalah, dan mereka merasa terombang-ambing antara kepercayaan dan ketakutan.

Suasana yang awalnya penuh kebencian dan amarah kini dipenuhi dengan konflik batin. Di balik pintu rumah, Raka yang masih kecil merasa ketakutan, matanya yang merah gelap mencerminkan kebingungan dan ketidakmengertian. Ia tidak mengerti mengapa warga-warga ini menuduhnya sebagai anak iblis dan mengancam akan mengusirnya.

Di tengah kerumunan yang marah, terdapat konflik batin yang membelah penduduk setempat. Raffaell sebenarnya sudah muak dengan tuduhan-tuduhan yang dilemparkan warga terhadap putranya yang masih kecil. Ia tidak percaya bahwa Raka, anaknya sendiri, bisa menjadi pembunuh atau bahkan seperti anak iblis seperti yang dituduhkan, merasa ikut terhina dengan julukan yang ditunjukan kepada anaknya.

Namun, kedatangan warga tersebut membuat sisi buas yang mengendalikan Raka seakan-akan menunjukkan kebenaran kepada Raffaell.

Raka keluar dari rumah untuk menemui mereka, dan warga-warga itu merasakan ketakutan yang tak terkendali ketika melihat matanya yang berwarna aneh. Tanpa ragu, Raka melompat dan menggigit tangan bahkan tubuh para manusia itu dengan cepat.

Warga yang terkejut terpaksa melakukan perlawanan dan memukul Raka dengan brutal, namun tampaknya tidak ada pengaruh yang signifikan. Raka dengan kejam menghisap darah satu per satu dari warga atau merobek kulit mereka, membuat para warga itu terluka.

Raffaell tercengang melihat aksi putranya. Ia keluar dengan tatapan tak percaya dan marah, namun Raka hanya menoleh dengan sinis dan tersenyum dengan smirk. Raffaell tetap terdiam, kaku, dan tidak bisa berkata apa pun.

Suasana yang mencekam melingkupi pertemuan ini. Warga-warga yang sebelumnya penuh kebencian sekarang terkejut dan ketakutan yang lebih besar.

Mereka merasakan kekuatan yang ganas dan tak terkendali dari Raka, seorang anak kecil yang seharusnya tak mungkin melakukan kekejaman. "Anak itu tidak manusiawi! Dia harus dihentikan!" teriak salah seorang warga dengan suara yang penuh ketakutan.

Bayangan Kegelapan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang