20 || Berbeda keyakinan

107 42 39
                                    

"Berbeda pendapat aja sulit, apalagi berbeda keyakinan."-Monica Magdalena Alarix

•••

Tertawa hambar, laki-laki yang menggunakan kaus putih dengan dipadukan celana chino pendek berwarna hijau army itu sedang duduk ditepi kasur dengan menatap album fotonya waktu ia masih kecil. Ia mengusap salah satu foto dirinya dengan anak perempuan dan anak laki-laki yang seumuran dengannya. Masa-masa itu kembali berputar di ingatannya. Ia berharap masa itu akan terulang lagi. Namun, sepertinya itu tak akan pernah terjadi lagi.

Flashback on

Disebuah ruang keluarga ada seorang anak laki-laki yang sedang menangis, ada pula seorang anak perempuan dan anak laki-laki juga yang sedang bermain dengan mainannya.

Anak laki-laki yang menangis itu mengusap hidungnya yang penuh dengan ingusnya sendiri. "Pinjem sebentar!" teriaknya dengan nada yang sedikit bergetar.

"Ya pinjem tapi gak usah marah-marah kek!" ucap anak perempuan yang sedang bermain puzzle dengan gambar Spiderman

Andra mengusap air matanya dengan kasar. "Bukan kakek aku!!" teriaknya lagi, ia tak terima jika dirinya dipanggil kakek. Lalu, ia lanjut menangis, ia mengucek matanya yang mulai terasa gatal. "Bukan kaya gitu nek! Huaa...."

Tangisan Andra semakin pecah dan semakin terisak. Anak laki-laki itu menangis hanya karna tidak diberi pinjam mainan oleh Monica.

Semetara itu, Wanita paruh baya yang sedari tadi hanya memperhatikan adu mulut anaknya serta anak tetangganya itu hanya bisa tertawa dengan kekonyolan anak-anak itu.

Flashback of.

Menghela napasnya berat Andra menutup albumnya lalu menaruhnya diatas meja nakas. Ia menjatuhkan dirinya diatas kasur dengan kaki yang menjuntai kebawah. Kedua tangannya itu ia gunakan sebagai bantalan kepalanya, ia menatap atap kamar dengan pandangan kosong, ia tak ingin lagi mengingat masa kecilnya lagi.

••••

"Kita memang sama-sama yakin, yang beda keyakinannya aja. So, stop bilang aku gak akan serius sama kamu!"

"Aku tau, tapi apa mungkin kita akan terus bersama?"

Terdengar helaan napas di sebrang telepon. "Kita baru aja memulai, jangan sampai kisah kita berhenti ditengah jalan hanya karna perbedaan kita," ucap Arrayyan sedikit merendahkan nada bicaranya.

Monica berdiri dari duduknya, melangkahkan kakinya keluar lalu berdiri di balkon kamarnya. Berdebat dengan Arrayyan perihal perbedaan keyakinan membuatnya merasa gerah dan berkeringat, padahal AC  di kamarnya sudah Monica atur suhunya.

"Apa ini gak akan buang-buang waktu?" tanya Monica, ia menggigit ujung kukunya dengan gelisah, ia takut, takut jika suatu saat kisahnya dengan Arrayyan hanya akan menjadi sia-sia saja.

Lagi dan lagi Arrayyan menghela napasnya. "Jam berapa sekarang?" tanya Arrayyan membuat Monica mengerutkan dahinya. Walaupun binggung, tapi tetap saja gadis itu menurut, ia melirik jam pada ponselnya lalu kembali menempelkan ponsel pada telinganya.

"Jam 21:01," jawab Monica.

"Udah agak malem, bobo sekarang. Gak usah mikirin soal itu lagi, dan gak usah dibahas lagi. bobo yang nyenyak, usahain kalo mau bobo jangan overthingking dulu ya sayang? Aku mau kerja, nanti kalo ada apa-apa telpon aku aja, good night,"

You And My Guitar [On Going]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum