"Ngajak gelut lo?!" Ucap Renata ngegas.

Melihat tidak ada ekspresi apapun di wajah Araf, Renata semakin kesal. Ia memperhatikan laki-laki itu dari bawah sampai keatas dan diulang berkali-kali.

"Lo makan apaan dah? Tinggi banget." Ucap Renata.

"Apa?" Tanya Araf.

"Hah?"

"Apa?"

"Apa apanya?"

"Apa?"

"Ya lo nanya apaan?!"

"Apa?"

"Gue sambit juga lo!"

Renata celingak-celinguk mencari sesuatu. Ia langsung berlari dan mengambil satu rumput ilalang yang ada dibelakang Araf begitu menemukan apa yang dicarinya.

"Rasain lo!" Teriak Renata sambil tertawa menyeramkan.

Menggelitik wajah Araf dengan rumput itu, Renata terus melakukannya tanpa henti. Senyum diwajahnya perlahan luntur saat melihat tidak ada ekspresi apapun yang terlukis di wajah laki-laki dingin dan kaku  itu.

"Ketawa woyyy!!!" Jengkel Renata.

Menghentikan gerakan tangannya, Renata memanyunkan bibirnya. Ia menatap kesal Araf yang hanya diam dengan wajah datarnya.

"Apa?" Tanya Araf kembali.

"Ya apaan Bambang?! Gue cekik juga lama-lama lo!" Berang Renata.

"Apa artinya?"

"Arti apaan?!"

"Apa itu?"

"Astaga! Jiwa tuwir ku meronta-ronta ingin memukul bokongnya pake rotan!"

"Apa artinya?"

Renata menarik napasnya dalam-dalam kembali sambil melakukan gerakan tangan keatas dan kebawah. Ia mencoba merilekskan tubuh dan pikirannya sebelum menghadapi Araf setalah ini.

"Maaf adik kecil. Maksudnya apa ya? Noona gak ngerti maksud adik." Ucap Renata setenang dan sekalem mungkin.

"Lagi." Ucap Araf.

"Lagi apa ya? Lagi mau mamud alias mama muda?"

"Apa?"

"Yang jelas juseyo."

Araf memperhatikan Renata yang merapikan anak rambutnya kebelakang telinga. Ia menatap datar gadis itu yang kini tersenyum manis namun terlihat sangat menyeramkan.

"Apa?" Ucap Araf.

"Hahahaha!!!"

Tawa Renata akhirnya pecah sambil menarik rambutnya. Ia ingin sekali memukul kepala Araf yang sangat menyebalkan dan membuat kesabarannya habis tak tersisa.

"KUY LAH KITA PARGOY DULU!" Teriak Renata.

Renata langsung menari pargoy di depan Araf. Ia menari sambil melototkan matanya dengan wajah yang tidak bersahabat melihat laki-laki itu.

"KUY GOYANG!!!" Teriak Renata kembali.

Melihat itu, Araf tetap diam. Ia sedikitpun tidak terpengaruh dengan apa yang dilakukan Renata tanpa mau mengeluarkan sepatah katapun.

"GANTI GAYA! GOYCECAN! GOYANGAN CEWEK CANTIK!!?" Pekik Renata.

Merentangkan kedua tangannya, Renata menggerakkannya sedikit. Ia melambai-lambaikan tangannya itu dan sesekali mengarahkannya ke wajah Araf.

Melihat tidak ada respon apapun dari laki-laki itu, Renata menghentikan kegiatannya. Ia meniup anak rambutnya yang tersampir ke wajahnya setelah melakukan goyangan cewek cantik.

"Gak asik lo ah!" Jengkel Renata.

Berjalan meninggalkan Araf, Renata mengambil sepatunya. Ia memakai kembali sepatu yang tadi dibuangnya dengan asal agar bisa kabur dari laki-laki itu.

"Gak usah liatin gue!" Sindir Renata.

Mendengar itu, Araf menaikan satu alisnya tinggi. Ia menyunggingkan senyum miringnya dan menatap Renata sambil mengejek.

"Apa lo cengar-cengir?! Sok ganteng!" Sewot Renata.

"Bodoh." Ucap Araf.

"Cabe setannya mau berapa kilo dek?! Sekilo mau di cabein itu mulutnya?!"

"Gue tanya."

"Nanya apaan lo?!"

"Apa?"

"Ya pertanyaan lo apa?!"

"Apa artinya?"

"Mana pertanyaannya?!"

"Apa itu?"

"Yok lah yok! Baku hantam kita!"

"Apa?"

"Astaga!!! Bisa keriput gue lama-lama!"

Tidak mempedulikan Araf, Renata memilih berjalan meninggalkan Araf. Namun, baru beberapa ia melangkah, kerah belakang baju seragamnya ditarik dan membuatnya hampir jatuh terjengkang.

"Sempat gue jatuh, abis lo gue-"

Renata tidak melanjutkan perkataannya karena tiba-tiba Araf menatapnya tajam. Ia berusaha tenang sambil bersiul melihat kanan dan kirinya untuk menghindari tatapan tajam itu.

"Ada yang tajam tapi bukan pisau ya." Ucap Renata.

Melihat sekelilingnya, Renata kembali melihat mangga muda yang ingin diambilnya tadi. Andai saja laki-laki yang ada didepannya ini tidak datang, pasti dirinya sudah mengambil mangga muda itu dan memakannya bersama garam yang ada di kantin sekolah.

"Apa?" Tanya Araf.

"Apaan?!" Jengah Renata bertanya balik.

"Apa artinya?"

"Ya lo nanya apaan dodol!"

"Apa?"

Renata ingin menangis saja rasanya mendengar pertanyaan Araf yang tidak biasa. Bagaimana bisa ia menjawab pertanyaan laki-laki itu sedangkan dirinya saja tidak diberikan pertanyaan yang jelas.

"Apa?" Ulang Araf kembali.

"Apa lo itu lebih sulit dari pelajaran mati-matian tau gak sih?!" Ucap Renata frustasi.

"Apa?"

"Ya apaan pertanyaannya kecombrang?!"

"Kepo."

"Ap- hah?"

"Kepo, apa artinya?"

Mendengar itu, mulut Renata menganga lebar. Bagaimana bisa apa yang dimaksud oleh Araf sedari tadi adalah apa itu artinya kepo. Dengan tertawa kecil, Renata  menatap laki-laki itu dengan melotot. Ia langsung menarik rambut Araf dan berteriak histeris karena pertanyaan laki-laki itu sungguh diluar dugaannya, bahkan tidak bisa diterima oleh akal sehatnya sedari tadi.

"PERKARA KEPO LO BUAT OTAK GUE HAMPIR PENSIUN DINI! GUE SANTET ONLINE JUGA LO KECOMBRANG!!!" Teriak Renata.



20 Februari 2024

The Past: What If Kisah Araf (Transmigrasi Ke Masa Lalu) Where stories live. Discover now