40# Weak Explanations

116 15 1
                                    

Because your life is my life too, then your weakness will be my weakness too

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Because your life is my life too, then your weakness will be my weakness too.

[Go Get Her]




Suara berisik dari arah lorong membuat para lelaki yang kumpul di depan ruang rawat itu menoleh, ada Ranika yang berlarian panik lalu jauh di belakangnya ada Faradilla menyusul dengan santainya.

Harfian berdiri dari duduknya dan menyambut kedatangan Ranika dengan pelukan eratnya, Ranika menangis di sana. Entah kenapa rasanya berbeda, tangisan Ranika membuat mereka yang mendengar merasa aneh. Agaknya terlalu menjerit-jerit dan sesenggukan, seolah berita Azka yang mulai membaik itu dianggap berlebihan.

Lama kelamaan Faradilla sampai, dengan santainya gadis itu mengambil tempat yang kosong menggantikan Harfian di samping Ditya.

"Lo tahu? Dia nangis gara-gara gue bilang lakinya udah mati," bisik Faradilla ke Ditya tanpa merasa bersalah.

Ditya menepuk keningnya, "lo tolol apa gimana?" katanya yang juga berbisik membuat Faradilla terkekeh geli.

"Abis kalau gak gitu gak bakalan mau diseret kesini anaknya!" ucap Faradilla kemudian. "Dia setengah mabok itu asal lo tahu! Malahan tadi waktu gue nyampe lagi ciuman sama cowok lain, katanya dia udah murahan makanya iya-iya aja."

Mendengar itu Ditya diam, rasa kesalnya pada kebodohan Faradilla tergantikan dengan rasa bersalahnya. Laki-laki itu menghela nafas dan beranjak dari duduknya.

"Udah ada bininya ini, buru balik semua," kata Ditya memerintah pada semua teman-temannya.

"Gue juga?" tanya Dafa yang datang bersama Yiyi dan sedang memeluk sang kakak yang katanya nangis tapi gak kedengeran nangis sama sekali.

"Terserah, asal jangan ninggalin teteh lo aja," jawab Ditya sambil melirik punggung Yiyi yang ia tahu persis sengaja menghindari kontak mata dengannya.

Disisi lain, Dafa yang akan menyahut menjadi diam karena tiba-tiba sang kakak meremas kausnya setelah Ditya bicara. Dafa diam-diam berpikir, apakah kakaknya ini sudah mau menangis? Tapi, buat apa menangisi Azka yang bajingan itu?

Emang gak ada harga dirinya Azka di mata keluarga.

Teman-temannya Azka perlahan membubarkan diri, walau sempat ada drama dulu Faradilla protes baru sampai malah ditarik pulang juga. Kini yang tersisa hanya Ranika, Harfian dan kakak adik iparnya.

"Nik, coba cerita deh, kenapa bisa jadi kayak gini?" tanya Yiyi tiba-tiba setelah membiarkan Ranika menangis sampai mereda. "Tadi Teteh udah denger dari Api sama temen-temennya Azka, sekarang Teteh mau denger dari kamu."

Mendengar itu Ranika menunduk dan menggigit bibir bawahnya, entah mengapa rasanya aneh sekali dengan suasana ini. Apakah mereka perlu sesantai ini menangani Azka yang sudah meninggal? Apa Yiyi tidak ingin menunda semua pertanyaannya sampai mereka mengantar Azka ke tempat istirahat terakhirnya? Apa nggak mau nunggu Ranika selesai dengan rasa kesedihannya dulu? Teman-temannya Azka juga, perlukah mereka pulang begitu saja?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 23 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Go Get HerWhere stories live. Discover now