25# Wisata Masa Depan

107 20 17
                                    

If Rizky Febian says, 'cukup kau di sampingku, berjalan bersamaku, pastikan kau bahagia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

If Rizky Febian says, 'cukup kau di sampingku, berjalan bersamaku, pastikan kau bahagia.'

[Go Get Her]



Azka menghela nafasnya berat, sangat berat karena di depannya kini sudah ada Harun dan Jackie yang tersenyum-senyum bodoh Azka mengajak mereka bertemu. Sebenarnya tidak hanya mereka berdua, ada Alby dan Ojan juga yang tidak cengar-cengir seperti dua orang bodoh ini.

Azka menceritakan semuanya, apa yang ia pendam selama bertahun-tahun ini. Rasa bersalahnya pada teman dekat Ditya karena telah mengambil jantungnya untuk Azka hidup sekarang, tentu dengan alasan yang sebenarnya.

"Orang tuanya yang nyamperin Ayah gue duluan, mereka bilang anak mereka mau jadi pendonor buat gue. Gue denger-denger sih dia cacat seumur hidup gitu makanya sampe rela jantungnya di kasih ke gue, katanya dia nggak mau sakit kelamaan, orang tuanya juga pasrah. Lagian gue juga nggak begitu tolol banget jadi si penerima donor jantung itu, gue selalu minta Ayah atau Bunda kunjungin orang tua si pendonor sebulan sekali buat nyampein rasa terima kasih gue. Ditya aja yang nggak terima, dia benci banget sama gue karena gue nggak ikutin permohonan dia buat batalin operasi. Dia nyebar fitnah kalau gue dapetin jantung ini tanpa persetujuan pihak pendonor, jadi gitu deh."

Azka meraih minuman dinginnya dan meneguk minuman itu sampai habis, capek abis ngomong panjang soalnya. Setelah minum, laki-laki itu nyengir ke arah Alby lalu menyerahkan gelas kosongnya.

"Bikinin lagi dong, By, enak juga ternyata sirop bikinan lo." Titahnya membuat Alby mendelik malas, Azka tetap lah Azka yang menyebalkan.

"Bikin, By, bikin! Paduka haus!" tambah Harun, si pemilik rumah yang dengan suka rela mengosongkan rumah sejak Azka menghubunginya untuk memberitahu yang lain bahwa dirinya ingin berkumpul. Pastinya dengan syarat Ditya tidak boleh ikut.

"Jadi lo hidup sebagai anti sosial karena rasa bersalah lo?" tanya Ojan yang dibalas anggukkan Azka. Laki-laki itu kembali bicara setelah gelas kosongnya diraih Alby, membiarkan teman paling sabarnya itu membuatkan Azka minum yang baru.

"Sebagian besar iya, tapi disisi lain juga karena pembullyan di sekolah. Semuanya murni karena kecelakaan itu, gue di maki habis-habisan sama warga sekolah yang benci banget sama gue. Sial emang, gue bahkan sampe kehilangan semua prestasi gue gara-gara izin sekolah mulu. Gue takut dateng ke sekolah, gue benci banget semua perhatian orang-orang ke gue."

"Sekarang gimana? Lo masih suka kambuh gitu sampe pingsan kayak kemarin?" tanya Ojan lagi.

"Mungkin iya, gue bakal kambuh pada waktunya. Tapi mungkin juga enggak, soalnya gue udah mulai berani ceritain ketakutan gue sama orang-orang terdekat gue."

"Capek banget pasti," celetuk Alby yang kembali dari dapur dan menyerahkan segelas jus jeruk yang dingin pada Azka.

Azka menyeringai tipis mendengar itu, "semua orang juga tahu gue secapek itu. Bertahun-tahun gue yakinin diri gue sendiri kalau Amor meninggal dalam perjalanan kita ke rumah sakit, tapi akhirnya juga gue tetep mual setiap kali otak gue menolak kepalsuan yang gue buat-buat itu. Gue nggak bisa kalau nggak ngerasa bersalah."

Go Get HerWhere stories live. Discover now