21 | Henhen Oh Henhen

110 45 243
                                    

▪︎

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

▪︎

Kalian masih ingat nggak, kalau Alan punya teman yang bernama Henhen? Itu loh, salah satu dari tiga sohibnya Alan yang ada di kelas sebelas IPA 2.

Henhen ini, anaknya tak kalah ganteng dari Alan, punya postur tubuh yang tinggi. Meski kurus, tapi Henhen ini tipe cowok garang kalau di lapangan. Maklum, selain Alan, Henhen ini juga salah satu atlet yang diandalkan dari tim Volly SMA Pemuda Pemudi.

Tapi... tapi, Henhen ini kasihan deh, hidupnya tidak seberuntung sohib-sohib yang lain. Karena sejak umur enam tahun dia sudah jadi yatim piatu akibat insiden kebakaran yang menimpa rumah keluarganya sewaktu mereka masih di Surabaya. Singkat cerita, Henhen dan Amaknya (neneknya) itu pindah ke Bandung dan mulai menata kehidupan baru Kota Kembang ini.

Setiap pulang sekolah, Henhen pasti langsung pulang dan gak pernah ikut nongkrong seperti Alan dan sohib lainnya.

Sejak Amaknya pensiun dari profesinya sebagai guru, Amaknya itu langsung banting setir membuka usaha bakpao dan lumpia. Jadi mau nggak mau Henhen juga harus ikut bantuin Amaknya membuat bakpao untuk ia jajakan ke warung-warung yang ada di sekitar rumahnya. Begitulah pengakuannya Henhen saat bercerita pada Alan pada suatu malam, ketika Alan berkunjung ke rumahnya Henhen saat keduanya masih kelas satu SMA.

Sekarang ini, menjelang satu minggu keberangkatannya ke Papua, Henhen malah dilanda kebingungan. Perkaranya sih karena Amaknya gak kasih ijin pergi kesana.

Alasannya simpel. Bukan. Bukan karena Amaknya takut cucunya itu kenapa-kenapa karena disana lagi ramai KKB, tapi Amaknya takut lantaran tidak ada yang bantuin bikin bakpao lagi kalau Henhen pergi. Makanya Amaknya gak kasih ijin cucunya itu untuk berangkat.

Henhen oh Henhen... kasihan sekali kamu.

Kini, di QF Center, Alan terlihat duduk bersandar di tiang net. Matanya menatap kosong ke arah bola, sambil mengelus-elus bola tersebut dengan tampang sedihnya. Sesekali mangut-mangut mendengar curhat-an Henhen tentang kegelisahannya.

"Lan, ngomong dong! Gimana jalan keluarnya? Elo kok diem mulu sih dari tadi?" Tegur Henhen. Keduanya sedang duduk berdampingan, menunggu teman-teman tim volly yang lainnya datang.

Alan terlihat garuk-garuk tengkuknya dengan malas. Di samping itu, dia juga lagi sedih banget karena mikirin angka tabungannya yang merosot demi dapetin maafnya si Mila. Makanya Alan sama sekali gak punya mood buat kasih saran ke Henhen. Otaknya lagi dilanda angin ribut.

"Sekarang otak gue lagi ruwet, nih. Gak ada ruang buat mikir. Nanti deh gue nyari dulu si sarannya. Kalau udah ketemu, gue langsung suruh temui elo." Jawab Alan.

"Lan, gue lagi serius loh ini... malah dicandai." Henhen mendorong bahunya Alan. Namun tak dibalas oleh Alan. Dia bergeming, seolah-olah tidak punya lagi gairah untuk hidup.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 31 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

CERITA SI ALANWhere stories live. Discover now