3 | Si Alan

153 74 155
                                    

Kalian tahu SMA Pemuda Pemudi, gak?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalian tahu SMA Pemuda Pemudi, gak?

Itu, lho! Yang bangunan sekolahnya kayak tumpukan toples nastar. Yang mirip museum pendidikan di UPI!

Emang agak aneh sih, kenapa juga tuh sekolah bangunannya beda dari bangunan sekolah yang lainnya?

Nah, di sekolah ini tuh punya beberapa murid yang rada-rada.... Rada labil, rada sultan, rada somplak, rada malas, rada agamis. Pokonya komplit lah. Dan sekarang mereka lagi fokus ngerjain ulangan di kelas. Lihat aja tuh muka mereka sekarang, kusut banget mirip baju yang belum di setrika. 😅

Tak kenal? makanya kenalan, dong!! Biar bisa jadi sohib. Iya nggak??

Dimulai dari Alan. Murid SMA berjenis kelamin jantan yang satu ini lahir di Sumur Bandung tahun 2004. Itu nama tempat loh, ya.. bukan berarti si Alan lahirnya di dalam sumur.

Tampang si Alan ini lumayan lah daripada lumanyun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tampang si Alan ini lumayan lah daripada lumanyun. Wajahnya agak tirus, punya lesung pipit di pipinya. Dari kejauhan kelihatannya mirip Park Chanyeol. Tapi kalo dilihat pake lubang sedotan, mirip Cendol. 🤭

Soal gaya, nggak jauh beda sama remaja Bandung jaman sekarang. Perawakannya juga tinggi, setinggi 183 cm. Kalau dilihat ukuran tinggi dan bobot badannya, si Alan ini cukup ideal menurut catatan Index kesehatan Republik Indonesia tahun 2020. Kurus enggak, gemuk juga enggak!

Yang jadi ciri khas dari Alan adalah rambutnya. Curtain haircut, potongan rambut ala-ala cowok tahun 90-an. Tahu kan? Itu loh model rambut jadul yang sekarang nge-trand lagi di kalangan artis kipop. Rambutnya rapi, dibelah tengah, kadang dibelah pinggir dengan poni menyerupai tanda koma. Si Alan ini ganteng-lah pokoknya.

Kalau ditanya cita-citanya mau jadi apa? Alan suka jawab ; Masa mudanya senang, tuanya tenang dan matinya? Yang pasti nggak ninggalin utang. Keren gak tuh cita-citanya?

Kalau pun masih ada utang, Alan bakal memelas dihadapan Teh Amel ; "Duhai Teteh ku paling manis se-Kota Bandung, sudikah engkau melunasi utang piutang adiknya yang tampan ini?"

Dan Amel bakal spontan menjawab, "Dih, Arab Saudi!!" Begitulah kira-kira jawabannya.

Sadis? Emang!

Entah titisan dari siapa, kakak perempuannya ini lebih mirip seperti Elizabeth Bhatory ketimbang Ambunya yang lemah lembut juga penyayang. Belum lagi, kalau PMS. Mukanya yang jutek malah makin sangar bin garang. Tatapan matanya juga tajam, setajam ujung tombaknya Zhilong. Hiii ngeri!!

Oh iya, satu lagi yang jadi ciri khas Alan yang lainnya. Dia juga suka memakai hansaplas warna coklat di pipi kanannya.

"Biar apa sih? Kan gak ada lukanya?" Tanya Ambu saat sarapan di suatu hari Rabu pagi yang cerah dan penuh semangat.

"Biar keren aja Ambu. Biar kelihatan kayak anak nakal di Sekolah." Jawab Alan sekenanya. Sambil ngaca. Jemarinya sibuk memasangkan hansaplas ke pipinya. Kacanya hasil nyolong dari tasnya Amel, lagi.

Ambu yang lagi mengoles roti dengan selai kacang itu hanya geleng-geleng kepala sebagai jawaban atas gurauan anak bungsunya. "Kamu ini! Murid lain berlomba-lomba jadi murid teladan. Lah kamu, malah pengen jadi anak brandalan. Aneh!" Kata Ambu dengan suara lembutnya.

"Jadi brandalan itu keren tau, Ambu." Elak Alan.

"Iya deh iya, terserah kamu saja."

"Gimana, udah mirip gangster sekolah, belum?" Alan menunjukkan sebelah pipinya yang sudah ditempeli plester luka. Bibirnya tersenyum lebar.

"Udah mirip. Mirip banget sama gangster got!!" Sambar Amel, mendahului Ambunya yang hendak berkomentar.

Alan mendelik, langsung protes pada kakaknya. "Aduh, itu mulut kayak petir Zeus, nyamber mulu!!"

"Biarin!! Sini balikin cermin ajaib gue?!" Amel merebut paksa dari genggaman Alan. Lalu dimasukkan ke dalam tas ranselnya. "Kalau pinjem tuh, bilang!! Huh pencuri!!" Ejeknya.

"Gue udah bilang kok," Alan membela dirinya.

"Kapan?"

"Tadi."

"Dimana?"

"Di dalam hati." Alan menjulurkan lidahnya bermaksud meledek sang kakak.

"Yee.. sama aja!!"

"Eee.. masih pagi udah ribut aja. Alan, cepat habiskan sarapannya. Dan kamu Amel, sarapannya sudah habis?" Amel mengangguk di sela-sela ucapan Ambunya.

"Biar gak keburu macet di jalan, berangkat ke kampusnya sekarang aja. Kamu mau kejar dosen pembimbing, bukan?" Sambung Ambu.

"Iya, Ambu. Ya udah, Amel berangkat duluan. Assalamualaikum.." Pamit Amel mencium punggung tangan Ambunya. Lalu melengos seperti lembu dari hadapan Alan.

"Kagak salim ke gue, Teh?" Tegur Alan. Tangannya terulur agar ikut disalami juga oleh kakaknya.

"Ogah!!" Tepis Amel.

"Hiks.. Hiks.." Dengan raut pura-pura sedihnya, Alan mengelus-elus tangannya.

"Kasihan banget kamu tangan dicuekin sama Teh Amel."

"Waalaikumsalam.." Sahut Ambu . Kepalanya geleng-geleng pelan melihat tingkah dua anaknya.

_Bersambung_


Milka,
06 Januari 2024.

CERITA SI ALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang