¶¶ 7• TAKUT ¶¶

1.4K 57 0
                                    

Annyeonghaseo❤

Jangan jadi sider tolong ya everybody🥲

Rasanya kek gak di hargain banget gitu udh nulis panjang tapi gak ada apresiasi nya🥺

Gak bakal maksa juga, because itu hak kalian😊

But, hargai selagi kalian bisa ya🤗

Thankyou❤















¶¶ 7• TAKUT ¶¶

🍂

🍂

🍂

Selamat membaca❤

















"Bentar, Mama aku telpon."

Nata sedikit menjauh dari Ivan yang sedang mengantri di kasir. Seumur hidupnya, ini kali pertama pewaris tunggal kekayaan keluarga Alaska ini mau mengantri di kasir. Ivan sendiri bingung, kenapa dirinya mau mengantri di tempat ini bahkan membawa Nata kesini?

"Halo, Ma,"

"Sayang, kamu dimana? Kenapa jam segini belum pulang?"

Nata melirik jam di ponselnya, 07:30 malam. Pantas saja Nyonya Addison ini menelponnya. Nata tidak pernah keluar malam kecuali bersama Chelsea dan Liana yang sudah diketahui orangtuanya.

"Ah, Nata lagi main sama Chelsea, sama Liana juga."

Maafin Nata, Ma. Batin Nata merasa bersalah pada Mamanya.

Terdengar helaan nafas di sebrang sana. "Jangan kemalaman pulangnya, angin malam nggak baik buat kesehatan."

Nata mengangguk. Mamanya benar, apalagi sekarang Nata sedang berbadan dua. Gadis itu menunduk menatap tubuhnya yang sudah berbalut jaket kebesaran milik Ivan. Bahkan seragam sekolahnya kini sudah berganti menjadi piyama tidur. Yah, Ivan membelikannya. Lelaki itu bilang Nata dan bayi mereka tidak boleh sakit. Nata baper? Tentu saja. Siapa juga yang tidak akan baper di perlakukan seperti itu.

"Iya, Ma, bentar lagi Nata pulang. Papa udah pulang?"

"Belum, katanya Papa masih banyak kerjaan,"

"Ya udah kalau gitu, Nata tutup ya,"

"Iya, kamu hati-hati!"

"Siap, Mama!"

Panggilan berakhir.

"Ivan mana?" Gumam Nata saat tidak melihat keberadaan Ivan.

Gadis itu mengedarkan pandangannya mencari Ivan. Lelaki itu ada di restoran yang tidak jauh dari tempatnya berdiri.

"Udah?"

Nata yang baru sampai di sana langsung mengangguk. "Yuk, pulang!"

"Makan dulu." Ucap Ivan.

"Aku nggak lapar, mau langsung pulang aja." Sahut Nata, tapi matanya malah melirik pedagang kebab.

Ivan yang melihat itu mengikuti arah mata Nata. Lelaki itu tersenyum tipis. Perempuan memang seperti itu, bilangnya tidak lapar tapi matanya kemana-mana.

IVAN, the best YOUNG Papa!Où les histoires vivent. Découvrez maintenant