57. Kedatangan dalam diam

30.2K 2.1K 1.2K
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Dunia adalah tempat kekosongan ketika musibah dan kenikmatan terus datang silih berganti."
Gus Azzam.

Akhirnya author pemalas ini update juga ya...

Ya sudah, aku kasih 5000kata buat part ini.



Ya sudah, aku kasih 5000kata buat part ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayah, saya mohon."

Abdul menggeleng. "Hana tidak mau bertemu dengan mu."

"Saya butuh istri saya sekarang..."

Abdul melihat Azzam yang lemah. Baru kali ini ia melihat pria itu sedang lemah. Biasanya Azzam di kenal sebagai sosok yang tenang, damai, dan tidak ada kemunculan hal negatif kepadanya. Tapi kali ini sedikit berubah.

"Dengar. Selesaikan masalah mu itu kemudian kemari. Entah dalam keadaan sudah menikahi perempuan itu atau apa. Hana tidak ingin bertemu dengan mu. Perut nya itu sudah sakit dari tadi tapi dia menahan nya di depan saya. Sejauh itu kamu menyakitinya." Abdul mengatakan nya dengan kecewa.

Pria itu mengalihkan pandangan nya. Dari dalam lubuk hati nya ia pun ikut pedih mendengar apa yang Hana alami. Abdul di kenal sebagai sosok yang tegas, yang membuat Hana mungkin menahan rasa sakit nya di depan Ayahnya itu.

"Sudah selesai. Saya sudah memilih."

"Memilih?"

Azzam mengangguk. "Hana tetap menjadi satu satu nya."

"Pilihan apa? Apa yang kamu pilih?"

"Saya akan di cambuk dan-"

Abdul tentu saja hampir goyah. "Pilihan itu? Kamu yakin? Kamu kuat?"

Azzam mengepalkan tangan nya. Ia mengalihkan pandangan nya dan helaan nafas kasar keluar.

"Saya berlindung pada yang Maha Kuat, Ayah..."

Abdul mendengar perkataan Azzam. Pria itu sepertinya menentang gagasan bahwa ia berzina di pesantren. Abdul hanya bisa menggeleng geleng kepalanya. Ia tentu tau apa yang akan terjadi jika Azzam memilih pilihan itu. Berisiko tentunya.

Pilihan Azzam membuat Abdul sempat berubah pikiran. Maka ia membuka pintu dengan lebar.

"Saya beri kamu waktu dua puluh menit dari sekarang. Temui dia. Dia sedang beristirahat. Minta maaf selagi masih sempat. Saya menunggu kabar baik jika kamu benar benar berlindung pada Allah."

GUS AZZAM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang