- Selagi Bersama, Kami Tidak Takut

291 31 5
                                    

Semua info yang tertulis dibawah saya dapatkan dari google. Mohon kerja samanya untuk beri teguran jika ada kesalahan🙏🏻




•Happy Reading•




Sebelas anak Mandala serta tambahan satu anggota yaitu, Kamila. Kedua tangan terikat ke belakang. Kesadaran yang tak kunjung datang. Ada yang bersandar pada dinding yang dingin, bahu orang di sebelahnya, bahkan ada yang tergeletak di lantai. Mereka seperti anak terlantar yang di sekap para penjahat.

Ruang gelap dan sempit hanya ada mereka yang tak sadarkan diri. Satu dari mereka mulai terusik kala sorot terik dari matahari siang masuk ke sela-sela udara mengenai wajahnya, membuat matanya di kedipkan berkali-kali akibat silau.

Terusik, lalu ia terbangun merasa tangan nya terikat dia mencoba menggerakan nya namun tidak bisa. Melihat ke sekeliling, teman-teman nya belum sadarkan diri dan kondisinya sama seperti dirinya. Dia bangun, berjalan mendekat ke arah, Najen.

"Je, bangun, Je." Ujarnya dengan nada sedang, pundaknya menubruk pundak Najen untuk membangun kan lelaki tersebut. Beberapa kali ia melakukan hal yang sama, hingga akhirnya Najen terusik dan perlahan mulai membuka matanya.

Mengerjap untuk menyesuaikan pencahayaan. Dia terkejut melihat teman-teman nya terikat seperti dirinya. Tapi, ia lebih terkejut lagi dengan keberadaan empat orang yang di kenalinya serta kondisi yang sangat di khawatirkan.

Dia bergegas bangun menghampiri, meskipun sulit untuk menyentuhnya karena tangan nya terikat kuat oleh tali.

"JENDRAL BANGUN!" Tidak sopan, Najen mencoba membangunkan Jendral dengan cara menendang kakinya berkali-kali. Hal itu membuat Jendral langsung terusik kala terasa nyeri pada bagian kaki yang di tendang.

Jendral terkejut, sama hal nya seperti Najen tadi. Tapi yang membuat Jendral terkejut, kenapa dia bisa berada disini? Bukankah harusnya mereka ada di pantai?

"Ini dimana? Ko gue disini?" Jendral terasa linglung. Dia memejamkan matanya sejenak kala kepalanya terasa pusing dan sedikit berdenyut. Menoleh kebelakang, terdapat tiga teman setim nya yang tergeletak tak berdaya dan tangan juga terikat seperti dirinya.

"YESA, BANGUUN!!" Jendral berteriak kencang membuat semuanya tersadarkan. Mereka tidak peduli jika nanti akan ada yang mendengarnya. Untuk sekarang, kesadaran tim nya penting dan untuk sekarang keutuhan tim sudah cukup untuk mereka. Tapi, apakah Mandala utuh sekarang?

"Ko kita disini? Ini dimana, Mil?" Tanya Mada kepada Kamila.

Kamila menelaah setiap sudut ruang yang terasa asing untuknya. Hidup puluhan tahun di bangunan besar itu, tetapi ia tidak pernah merasa masuk ke ruangan ini barang mengintip sedikitpun.

Kamila menoleh, kemudian menggeleng. "Saya gak tau, saya gak pernah tau ada ruangan ini."

"Siapa dia?" Tanya Laila yang sangat asing dengan kehadiran perempuan itu.

"Kamila. Korban penyekapan tahun 2004 silam." Mendengar jawaban Maudy, keempat anggota Mandala tim satu terkejut, mereka saling berpandangan satu sama lain.

"Isell, Bas sama Yanu mana?" Tanya Winona saat ia merasa kurang pada tim satu.

Lagi dan lagi keempat nya bertatapan. Mereka jujur kebingungan. Hal itu juga membuat Yesa kembali merasakan sedih di hati, apalagi mereka tidak sempat mencari jasadnya Yanu.

"Ko pada diem? Kemana mereka bertiga?!" Tanya Haidan kemudian, terselip rasa panik dalam pertanyaan serta tatapan nya.

Jendral menunduk. "Isell sama Bas ilang pas kita lagi istirahat di pantai. Sementara, Yanu..." Entahlah, rasanya Jendral tidak kuat untuk mengatakan hal itu.

MANDALA (END)Where stories live. Discover now