- Berbeda Kasta

422 41 7
                                    

Tolong koreksi jika ada kesalahan🙌🏻💗










"Yes, gimana jawaban nya?" Yanu membantu Yesa mengeluarkan barang-barang dari dalam bagasi mobil. Niat membantu hanya untuk mencari cara supaya dia bisa berduaan atau bahkan mengobrol dengan Yesa. Dan untuk kali ini, obrolan yang Yanu tujukan untuk menanyakan perihal jawaban dari pertanyaan yang ia berikan dua hari sebelum berangkat.

Yesa mengangkat tas miliknya dari dalam bagasi untuk di keluarkan bergantian dengan tas-tas lain. "Gue, masih ragu, Yan."

Yanu berhenti membantu Yesa. Dia menatap gadis bermata kucing dan selalu berekspresi sangar tetapi jika tersenyum selalu memabukannya. Yesa juga ikut menatap Yanu, sehingga kontak mata keduanya terhubung.

"Kenapa? Lo ragu sama perasaan lo atau ragu sama guenya, Yes?"

"Kalau ragu sama gue, boleh kasih tau apa yang lo raguin dari gue biar gue perbaiki buat ngeyakinin, Elo." sambung nya.

Yesa terdiam. Dia tidak tahu harus berkata apa. Hatinya ingin menjawab iya, tetapi perbedaan yang membuat ia merasa minder dengan Yanu menyadarkannya.

Dua hari sebelum mereka penelusuran. Yanu menyatakan perasaannya kepada Yesa, namun belum di terima oleh gadis itu karena Yesa masih ragu dengan perasaannya. Kali ini, Yanu menanyakannya lagi jawaban dari pertanyaannya. Yanu tidak memaksa Yesa menerimanya, tetapi jika gadis itu menolak tolong berikan alasan mengapa ia menolak sebab ia bisa memperbaikinya.

"Kehidupan kita berbeda jauh, Yan. Gue gak mau kalau lo punya pasangan yang ekonominya lebih rendah dari keluarga lo."

"Itu sebabnya gue di hadirkan dalam hidup lo, Yes. Gue di takdirkan buat lo sebagai pelengkap. Gue gak masalah kalau pasangan gue berasal dari keluarga kurang mampu, karena sejatinya cinta tidak akan memandang apapun kekurangannya," ucap Yanu.

Yesa menggeleng. Menangkis semua perkataan Yanu barusan. "Percuma, Yan. Mau sekeras apapun lo berjuang, ujungnya bakalan gagal. Kita tetep gak bisa bersama karena keluarga lo menerapkan prinsip untuk menikahkan anaknya dengan keluarga yang sederajat atau bahkan lebih atas. Sedangkan gue, jauh di bawah lo."

"Orang tua gue juga gak akan ngerestuin kalau gue pacaran sama orang yang derajat keluarnya lebih tinggi. Ibu takut di jatuhkan dengan fakta yang menimpa kami," sambungnya menatap dalam mata Yanu. Yesa segera mengeluarkan satu tas kecil lagi miliknya dan segera berlalu meninggalkan Yanu sendirian.

Yanu terdiam sembari memandang kepergian Yesa. Memang susah untuk mencari cinta sejati jika dalam keluarga sudah di terapkan adat untuk menikah dengan lawan yang sederajat atau bahkan lebih tinggi. Dan Yanu merasa terbebani, ia tidak sebebas mereka.

Sementara itu. Winona melihat interaksi antara Yanu dan Yesa tadi. Ia juga tidak sengaja mengupingnya. Rasanya sakit menjadi keduanya. Mereka sama-sama terluka jika bersama bahkan tidak bersamapun mereka tetap terluka. Ibaratnya, bersama mu adalah luka, tetapi tidak bersama mu jauh terluka. Winona juga tau bagaimana sakitnya menerima kenyataan yang ada bahkan harus merelakan cintanya demi sesuatu.

Saat dirinya sedang melamun menatap kepergian Yesa serta melihat Yanu terdiam sedih. Dirinya di kagetkan oleh seseorang yang datang menepuk lengannya pelan. Meski pelan, tapi tetap mengagetkan.

"Astagfirullah. Kamu ngagetin aja." Dumelnya kesal.

Bas tertawa melihat ekspresi wajah gemas Winona. "Gak berubah ya dari dulu, gemesin terus."

Winona menatapnya tidak suka, "Apaan si gak jelas."

"Biar jelas. Gimana kalau kita balikan?"

Winona menolak. "Gak! Aku udah bilang, jangan pernah ada lagi interaksi di antara kita. Aku gak mau kalau mereka tau kita pernah ada hubungan."

MANDALA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang