- Mandala Butuh Mahesa

359 39 2
                                    

Haiiii, sorry baru bisa update lagiii🙏🏻
Happy reading guysss😋💗










Rintik hujan berjatuhan. Perlahan demi perlahan rintikan itu membesar. Hujan turun mengguyur bumi dan seisinya. Sangat lebat membuat mereka yang sedang melangsungkan acara penelusuran di luar terbebani. Jalan yang harus mereka pijak menjadi licin, penglihatan tidak jelas akibat air hujan yang terus berjatuhan menerpa wajahnya. Hujan begitu lebat serta angin bersorak-soray membuat hawa di sana mengerikan. Gelapnya malam di padu dengan cuaca hujan badai tim satu mencoba menghentikan trackingan nya, mereka mengistirahatkan sejenak menunggu hujan reda, itupun jikalau.

Membuat tenda dari barang yang mereka bawa. Mengikat tali pada ujung terpal berwarna biru, mengikatkan nya pada pepohonan agar mereka bisa terlindungi. Tujuh raga terjebak di bawah derasnya hujan malam ini.

Satu dari mereka meringkuk memeluk kakinya ketakutan serta kedinginan. Air terus mengalir, semua pakaian basah bahkan kamera yang mereka bawapun rusak, sebab kamera yang di pake bukan anti air.

Isel mencoba untuk tenang kala gemuruh hujan semakin terdengar keras. Dia memeluk lututnya sendiri serta sesekali menelusupkan wajah pada tumpuan tangan yang memeluk kaki. Badannya gemetar. Bukan karena dingin, melainkan rasa takut, cemas yang berlebihan. Jika ingin tahu, Isel memiliki trauma berat perihal masa lalu di kala hujan badai datang. Kejadian yang merenggut nyawa seseorang tersayangnya.

Jendral selaku ketua tim. Dia tetap berjaga tidak memejamkan barang sedetikpun matanya dibanding mereka yang sering kali memejam karena takut atau mungkin kantuk yang datang. Jendral menatap Isell di sebelahnya, ia menyadari bahwa tubuh gadis itu gemetar.

Tangan Jendral bergerak menyentuh lengan Isell. Perlahan sang gadis mengangkat kepalanya, air matanya sudah mengalir kala netra indah keduanya saling bertemu. Terlihat jelas tatapan khawatir dalam manik mata indahnya Jendral. "You okay, Sel?"

Isell menggeleng, air matanya semakin deras. Isakannya terdengar bersamaan dengan gemuruh hujan. Mereka menyadari akan adanya interaksi antara Jendral dan Isell. Semua mata tertuju padanya. Mereka juga mengkhawatirkan kondisi Isell yang kini kian melemah, bibir pucat dan mata terlihat melemah.

"Sel, lo gakpapa?"

"Lo kenapa, Sel?"

Beberapa pertanyaan khawatir terlontar untuk Isell. Di tempelnya punggung tangan Jendral pada kening Isell untuk mengecek suhu tubuhnya, ternyata hangat. Di pegangnya juga lengan gadis itu, sama halnya dengan kening yang terasa hangat namun dingin. Jendral mengambil jaket dari dalam tasnya, tas yang terlindungi oleh jas hujan membuat barang-barang di dalamnya itu aman, tidak basah akibat kehujanan.

Dia memakaikan nya kepada Isell, Jendral sungguh mengkhawatirkan gadis itu.

"Gimana, Jen? Kita kejebak gini di hutan." kata Yanu merasa cemas dengan situasinya. Ia takut jika hujan badai itu berkepanjangan sampai pagi.

Jendral bingung harus berbuat apa. Sebab jika mereka mesti balik arah lagi untuk kembali ke Villa, jalan yang harus mereka lewati tidak aman untuk kondisi cuacanya saat ini. Tetapi, jika mereka tetap menunggu hujan reda, rasa-rasanya akan memakan waktu cukup lama.

"Kalau tau mau hujan gini mending tuker tempat sama tim dua tadi, setujui pertukaran yang di mau sama Ajen." celoteh Bas merasa menyesal karena tidak menyetujuinya.

"Kalian tenang. Jangan panik, berdoa sesuai kepercayaan nya masing-masing. Gue yakin kalau kita semua bisa balik lagi dan hujan gak akan lama." Jendral mencoba menenangi.

MANDALA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang