- Masa Lalu Pemenangnya

462 45 3
                                    





"Kita batalin aja!" Seru Jendral tegas.

"Masa ketua utama gak ikut? Pasti mereka juga banyak yang nanya nanti. Dm Instagram rame cukup sama video blur itu aja, jangan sampe nanti gue di teror lagi suruh klarif soal elo gak ikut penelusuran," sambung Isell.

"Sorry. Tapi gue mohon, jangan batalin atau undurin jadwal. Lo semua harus tetap penelusuran. Tanpa ada gue sekalipun, pasti bisa. Gue percaya sama kalian," lanjut Mahesa tetap kekeuh untuk melarang penelusuran itu batal.

"Waktu libur gak sedikit. Kalian harus gunain waktu itu buat penelusuran sebelum akhirnya libur buat pulang ke kampung masing-masing. Gue yakin, dari kalian udah ada telponan dari rumah buat pulang kan?"

Yesa mengangguk. "Kalau gue iya. Tapi, mau kapanpun itu penelusuran nya, bisa di atur. Asal anggota lengkap."

Mahesa menggeleng. Dia terus menolak. "Bukan soal waktu doang, tapi izin. Gak semua bisa dapet izin yang gampang. Gue mohon banget sama kalian buat terus lanjut penelusuran, meskipun tanpa gue."

"Oke fine." Final Jendral berdiri dari duduknya. Mereka yang posisinya duduk di bangku masing-masing, reflek menonggak menatap Jendral semuanya.

"Tapi. Kasih alasan yang jelas."

Mahesa terdiam, perlahan kepalanya menunduk. Ia tidak mungkin mengungkapkan alasan yang jelas kepada mereka. Tetapi, mau bagaimana lagi? Salah satu dari merekapun sudah tau.

"Jujur aja, Sa. Jangan tutupin apapun itu. Kita keluarga, seperti yang selalu lo bilang," ucap Bas yang Mahesa tau kemana arah tujuannya.

Mahesa coba pertimbangkan. Dia terdiam sedang bergelut dengan pikirannya sendiri. Tapi rasanya, jika ia tidak jujur kepada mereka. Waktu demi waktupun mereka akan mengetahuinya.

"Gue mau tunangan." Final Mahesa memberitahu alasan mengapa ia tidak bisa ikut penelusuran kali ini. Matanya terpejam kala ia selesai berbicara. Kedua tangannya saling bergenggaman dengan perasaan campur aduk. Perlahan, pandangannya ia arahkan pada gadis yang mungkin sekarang hatinya sudah kembali terluka ulah nya.

Terlihat tatapan mata kekecewaan dari sang gadis. Kecewa sebab lelaki itu selalu saja berusaha untuk menjaganya. Berusaha untuk menyembuhkan lukanya. Ternyata, dia sama saja.

Laila pikir, Mahesa lelaki yang tepat untuk ia jadikan rumah. Tapi, memang benar tidak boleh menjadikan manusia sebagai rumah. Sebab manusia bisa berubah kapanpun dan kita tidak tau sikap peduli itu beneran nyata atau hanya sekedar rasa kasihan.

Laila mengalihkan pandangannya. Dia memutus kontak mata dengan Mahesa, membuat lelaki itu kembali menunduk. Mencoba untuk menahan semua rasa sakit serta air mata yang akan luruh. Laila harus kuat di hadapan semuanya.

"Sama siapa?" Tanya Yanu penasaran.

"Teteh gue," jawab Bas dengan enteng tapi tatapan matanya tidak mengarah kepada Yanu melainkan, Laila.

"Teh, Kai?" Tanya Yanu lagi dan di beri anggukan kepala oleh Bas.

Benar katanya, bahwa pemenang nya tetap cinta pertama.
Orang lama selalu saja menjadi pemenang dalam setiap seriesnya.
Masanya tidak pernah usai, masa lalu selalu menang dalam hal apapun.
Mahesa kembali lagi pada cinta pertamanya dan Laila—ia kalah telak sebelum berperang.

Luka yang hampir sembuh, di timpa lagi dengan luka baru. Mahesa yang ia pikir penyembuh lukanya, ternyata sama saja. Bahkan, luka yang Mahesa berikan terlalu sakit untuknya.

Princess kehilangan pangeran nya.







🍬🍬🍬



MANDALA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang