- Persetujuan Anggota Baru

924 59 0
                                    


"Kayanya kita kekurangan orang deh, Ren."

Dia mengerutkan kening bingung, lalu bertanya. "Maksud lo? Kekurangan di bagian mana? Bukan nya udah kebagian tugas masing-masing?"

Lawan bicara nya mengangguk. "Kita kekurangan orang buat jaga di gerbang depan sama belakang, terus buat nge-cek in area terlarang biar gak ada yang kabur sama langgar aturan."

"Itukan tugasnya keamanan. Mereka kekurangan orang gitu? Bukan nya udah pas?" Nadanya sedikit menaik. Memang dia anaknya sangat emosional.

"Mereka pada gak mau jaga gerbang. Kalau untuk pengecekan mungkin mau-mau aja. Mereka gak mau karena pengen nikmatin acaranya, pengen ikut seru-seruan gitu," jelas lelaki bernama Baskara yang kerap kali di panggil Bas agar lebih enteng.

Renaldi, laki-laki yang ikut andil menjadi panitia di acara kampusnya itu mendengus. Sudah beberapa kali ia bilang jika tidak serius jangan ikut berpartisipasi. Acara ini memang untuk seru-seruan. Tapi, jangan egois. Harus bisa terima kerjaan nya masing-masing. Karena nanti juga waktunya seru-seruan bareng, mereka akan di panggil untuk ikut party bersama.

"Butuh berapa orang?"

Bas berpikir dengan otak yang mencoba menghitung kurang berapa orang untuk jaga gerbang depan dan belakang saja. Mungkin untuk sekedar mengecek situasi, panitia keamanan akan ia tegaskan untuk bertugas.

"Kayanya enam cukup deh. Tiga orang, tiga orang jaga gerbang, gak masalah kan?"

Renaldi mengangguk. "Udah nemu orang nya?"

Kali ini, Bas menggeleng.

"Tinggal besok aja acaranya, kenapa baru bilang sekarang?!" Renaldi menaikan nada bicaranya.

"Ini kalau si Haidan tau, marah dia. Bisa-bisa kita kena semprot dia lagi."

"Emang yang jagain gerbang harus banget ya, Ren?" Tanya Bas sedikit ketakutan. Jujur, melihat Renaldi marah itu bukan hal yang baik. Lelaki mungil itu jika sudah marah, semua akan kena imbasnya dan melipir kemana-mana. Seperti perempuan sedang datang bulan hari pertama. Tetapi, lebih seram Haidan jika marah.

"Lo nanya?"

Bas memilih untuk diam. Ia yakin bahwa pertanyaan nya tadi itu salah. Sementara itu, Renaldi tengah berpikir untuk mencari orang sebagai tambahan keamanan. Dia harus mencari orang yang benar-benar mau dan tidak meninggalkan tugasnya sebelum acara selesai atau bahkan arahan dari kepala panitia nya masing-masing.

"Nyari orang di satu hari sebelum acara susah, Bas. Mending lo bilang sama Mahesa buat minta anak Mandala yang gak ikut panitia, suruh ikutan buat jaga gerbang doang. Tinggal duduk, jagain kalau ada yang kabur atau bahkan orang tua siswa yang nyerobot masuk buat ikut."

"Okelah, gue bilang Mahesa dulu."

Baru saja Bas akan melangkah pergi. Seruan seseorang membuat ia mengurungkan niatnya untuk pergi dan beralih menatap laki-laki yang baru saja datang.

"Emang anak Mandala pada mau ikutan beginian? Mereka kan sibuk nyari setan aja di hutan."

"Lo berdua juga pasti mau karena di suruh si Haidan. Karena tau kekurangan orang jadi terpaksa ngambil dari Mandala, biar acaranya keren." Papar lelaki itu dengan raut wajah yang tak mengenakan untuk di pandang. Laki-laki yang memiliki nama Satria selalu saja memandang anak-anak Mandala dengan sebelah mata. Ia selalu menjelek-jelekkan Mandala agar membuat nama Mandala jelek dan reputasinya jatuh.

Saat Renaldi hendak melangkahkan kaki ingin melawan Satria. Kemeja planel berwarna kream nya di tarik membuat lelaki bertubuh mungil itu mundur.

"Ngomong depan semua anak Mandala berani? Jangan main nya eceran. Gak banget!" Dengan tampang datar, Janesha melawan.

MANDALA (END)Where stories live. Discover now