- Peduli

356 41 3
                                    

Halloooo🙌🏻
Sebelumnya, maaf ya udah jarang update😔
Aku usahain bakal rajin update lagiii🙌🏻tapi tidak janji, takutnya sama aja gak ada perubahan wkwk.

Happy Reading









Suara angin bersorak kencang. Berkali-kali wajah tampan dan cantik itu tertabrak angin lalu. Udaranya yang dingin terasa menusuk kulit hingga ke tulang-tulangnya. Mereka masih berada dalam hutan gelap gulita, meringkuk memeluk kakinya untuk merasakan hangat meski sedikit. Suara menggigilnya Isell terdengar. Mereka langsung memfokuskan pandangannya kepada gadis keturunan jawa-inggris itu dan mencoba meraihnya.

"Sel, lo kenapa?" Pertanyaan yang tidak pernah berubah keluar dari mulut Laila.

Isell terus menggigil hebat. Bibirnya membiru. Wajahnya pucat pasi, serta jemari-jemari tangannya pun terlihat pucat. Mereka semua mengkhawatirkan kondisi Isell sekarang.

Hujan sudah cukup reda. Rasanya, mereka harus segera balik ke villa takut-takut jika hujan datang kembali dengan lebat, mereka akan semalaman terjebak di hutan mengerikan itu. Sedari awal hujan hingga saat ini yang terbilang cukup reda. Jangka waktunya tidak sebentar, kemungkinan besar saat tadi tim satu menunggu hujan lebat menjadi rincikan gerimis, membutuhkn waktu sekitaran dua jam lebih hampir tiga jam.

Waktu hampir menginjak tengah malam. Dimana jam dua belas malam akan berpijak sebentar lagi yang membuat mereka harus cepat-cepat kembali sebelum keadaan semakin rumit.

"Ayo balik villa." Final Jendral setelah bergelut dengan pikirannya untuk mencari jalan keluar.

"Yang protes lanjutin sendiri!" Sambung Laila tegas. Hal itu membuat Renaldi yang semula ingin berprotes untuk tidak balik arah mengurungkan niatnya. Dia tidak seharusnya mengikuti kemauannya sendiri. Benar kata Laila sebelumnya. Jika tidak mau memperdulikan orang lain, setidaknya harus peduli dengan diri sendiri.

"Sel, lo bisa jalan?" Tanya Yesa lembut tepat di samping telinga Isell.

"Biar gue gendong." Jendral menjawab pertanyaan Yesa membuat mereka semua terkecuali Isell, menatapnya.

Jendral bersiap menggendong Isell. Dia segera berjongkok membelakangi Isell. "Tolong bantu dia naik. Dan tolong juga bawain tas gue."

Mereka mengikuti arahan Jendral. Dalam situasi saat ini yang mereka butuhkan adalah kekompakan. Sebab kekompakan merekalah yang akan mengantarkan mereka pulang secara bersama.

Setelah bersiap dan membereskan benda-benda yang sempat di pakai untuk berteduh. Mereka memulai kembali perjalanan nya yang dimana kali ini berbalik arah. Karena sang kapten memilih untuk kembali pulang demi keselamatan semua anggota tim.

Berjalan dengan hati-hati sebab tracking yang licin akibat ulah hujan lebat tadi, bahkan ada beberapa pepohonan yang jatuh serta tanah yang longsor membuat mereka kesulitan mecari jalan yang mudah untuk sekedar di pijak. Menjadikan Yanu sebagai orang pertama berjalan di depan. Bas meminta untuk Yanu sebagai pemandu langkah mereka menuju pulang. Karena jika Jendral yang tetap berada di posisi depan, lelaki itu akan kesulitan melihat jalan karena ia akan hilang fokus dengan seseorang dalam gendongannya.

Tatapan nya mungkin akan selalu tertuju pada apa yang ada di depannya. Tetapi, pikirannya mungkin akan melayang jauh banyak bertanya atau mungkin mengkhawatirkan Isell serta anggota tim yang lain. Sebagai kapten dan pengganti ketua utama untuk kedua tim. Jendral merasa memiliki tanggung jawab dua kali lipat dari sebelumnya. Pikiran tidak hanya mengkhawatirkan tim satu, tetapi ia juga mengkhawatirkan tim dua. Jika salah satu dari mereka harus ada yang berkorban jiwa demi menyelamatkan tiga belas nyawa yang lain, maka Jendral rela menjadi tumbalnya.

MANDALA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang