tembakan emas

99 12 0
                                    

Sudah sebulan anak ituhidup di dunia barunya, di tubuh barunya dan kehidupanya mulai membaik walau masih hidup di pinggir jalan. makanan mulai menjadi lebih mudah di cari olehnya, uang juga walau itu hanya cukup untuk membuatnya bertahan hidup itu tidak terlalu buruk.

Ia sekarang berburu mrnggunakan umpan, ia memasukan kacang kacangan atau biji bijian yang bisa ia temukan dan menaruhnya di dahan pohon, lalu menjauh dan menunggu sampai buruan nya terpancing. Cara ini menghemat energi dan dia hanya perlu duduk di bawah atau atas pohon dengan santai.

Mangsa nya datang tupai yang sama seperti biasanya, gading pada tupai itu benar benar aneh, maksud ku mengapa mereka berevolusi menumbuhkan gading ? Anak itu membidik menunggu tupai itu duduk manis menikmati bini bijiannya. Anak itu melepas bidikannya batu itu melesat dan mengenai leher tupai tersebut langsing membuatnya lumpuh, anak itu kemudian berjalan ke arah tupai yang sudah lumpuh itu dan mengeluarkan pisau tua, itu sudah tidak tajam namun setidaknya itu bisa membuat sayatan pada leher tupai tersebut.

Setelah mengeksekusinya dia kembali ke spot menembaknya dan duduk santai, sambil menggantung tupainya di bagian ekor pada dahan pohon seperti tupai, dan tikus yang lain darah menetes keluar dari sayatan di leher mereka. anak itu membersihkan pisau tumpulnya itu dengan harapan itu bisa bertahan lama "si tukang daging baik juga mau ngasih pisau bekasnya" gumamnya  sambil membersihkan darah dari pisau kecilnya itu.

Beberapa jam berburu matahari sekarang berada pada puncaknya, dia pun pulang membawa buruannya kepada si tukang daging. Semakin pagi ia memberikan hasil buruannya makan harga buruannya semakin mahal, "ini 15 tupai abu hari ini" ucap sang anak memberikan hasil buruannya, lalu sang tukang daging menimbang dan melihat apa yang membunuh tupai tersebut lalu mengangguk, ia lalu memberikan anak itu 15 koin perak. Anak itu mengambil semuanya dan pergi, pekerjaanya sudah selesai saatnya bersantai seharian.

Namun saat ia berjalan pulang kembali ke tendanya, ia melihat orang orang yang awalnya berlalu lalang mulai menyingkir ke pinggir seakan ada sesuatu ya g penting akan lewat. Ia juga langsung pergi ke pinggir jalan, benar saja barisan tentara berbaris rapih, armor mereka bersinar bersih, mereka memiliki fariasi senjata mulai dari halberd hingga busur beberapa dari mereka juga mungkin adalah seorang penyihir.

(mengapa ada seluruh Batalyon lewat kota ini ? Apa ada perang di luar sana ? Aku harap konflik apapun itu tidak sampai kemari) pikir anak itu sambil melihat barisan yang panjang itu lewat. pada akhirnya mereka semua lewat, semua kembali normal orang orang seakan tidak menganggap hal itu adalah hal penting atau mengkhawatirkan.

Anak itu berjalan ke toko roti dan kembali keluar dengan sepotong roti yang di bungkus kertas, ia kembali ke tendanya dan memasukan roti dan hasil buruannya di sebuah kantong plastik yang ia beli dari sistem. Bukan yang terbaik tetapi tempat penyimpanan yang cukup efektif. ia lalu berbarik sambil menghela nafas, ia membuka sistem dan melihat skill sniper nya telah mencapai level 7, entah bagaimana ia mulai dapat memprediksi lokasi jatuhnya proyektil yang ia tembakan. Mungkin itu efek nyata dari skill sniper miliknya.

Keesokan paginya di saat matahari baru menunjukan setengah dari tubuhnya anak itu sudah terbangun dan berjalan menuju gerbang lalu hutan hendak berburu lagi. Namun pemandangan asing terlihat di depan gerbang kota, banyak tenda di luar gerbang (kelihatanya para ksatria yang kemarin belum benar benar pergi... Seharusnya semua akan baik baik saja selama aku tidak menganggu mereka.

Sesampainya di lokasi ia memasang umpan dan dan bersembunyi di dahan pohon, semua berjalan lancar dalam beberapa jam ia sudah mengumpulkan 4 tupai dan seekor tikus sudah tergantung di salah satu dahan di sebelahnya.

dan dapat lagi, seekor tupai yang ia lumpuhkan  dengan bidikan nya, seperti biasa ia mengeksekusinya dan hendak menggantungnya, namun ia langsung melihat ke arah sebuah semak semak, Eagle Eye nya merasakan pergerakan yang tidak lazim, ada sesuatu atau seseorang, ia menyiapkan katapelnya "siapa di sana ? Keluarlah kau sudah ketahuan".

seorang ksatria keluar dari semak semak sambil membuka tanganya berusaha terlihat tidak mengancam "tenang lah nak, aku hanya ingin melihat mu berburu" suaranya sedikit terbungkam oleh helm nya namun dia masih berbicara dengan jelas. "harus aku akui observasi mu sangatlah bagus untuk anak seumuran mu, siapa nama mu nak ?" anak itu diam sebentar ia sedang memikirkan nya sebuah nama, "nama ku...nama ku Lasvos" setelang menyebutkan namanya Lasvos kembali naik ke atas pohon dan duduk di dahan tempat biasa ia duduk.

ksatria itu kemudian lompat dan duduk di dahan sebelahnya, mengakibatkan pohon itu bergoyang hebat Lasvos hampir saja terjatuh, namun untung dia berhasil berpegangan "Lasvos perkenalkan nama ku Weis" (bajingan aku hampir jatuh) pikir Lasvos "i-iya salam kenal..." Weis melihat ke arah hasil buruan Lasvos dan melihat mereka di gantung terbalik dari ekor mereka dan lehernya sudah di sayat.

"kenapa mereka di gantung terbalik seperti ini ?" tanya Weis dengan nada penasaran di suaranya, "agar darahnya keluar semua, dan harga jualnya naik" jawab Lasvos dengan canggung "kenapa harganya naik ?" kelihatanya Weis hanya benar benar penasaran.

"dengar tuan ksatria jika kamu terus bicara buruan ku akan kabur semua" Weis mengangguk "maaf..." beberapa jam kemudian matahari telah ada pada puncaknya, dan Lasvos berhasil mendapatkan 16 tupai dan 3 tikus rekor baru, Weis di sana melihat Lasvos berburu dan turun dari pohon dan hendak pulang.

Weis sadar Lasvos mengabaikan keberadaanya tetapi dia tetap menganalisi Lasvos, dari prilaku dan cara bicaranya "Lasvos di mana orang tua mu ?" Lasvos mengelengkan kepalanya "entahlah" ucapnya sambil berjalan menuju gerbang kota. "berapa harga dari satu tupai itu ?" tanya Weis sambil menunjuk ke arah tupa yang ada di tangan Lasvos "entahlah mungkin total semua 16 perak"

"sedikit sekali" Weis lalu menghentikan jalan Lasvos "bagaimana jika aku membeli hasil buruan mu itu ?" Lasvos sekarang terlihat lebih fokus terhadap Weis "berapa ?" Weis hendak meraih ke kantong di pinggangnya namun ia di panggil oleh seseorang.

"sir Weis !, di sini rupanya anda" Weis berbalik dan melihat ke arah suara itu adalah seorang gadis muda umurnya sama seperti Lasvos, walau begitu mental Lasvos adalah orang dewasa berumur 25 tahun. "ah, Alice... Kamu di sini ? Bagaimana dengan latihan memanah mu ?" Alice mengangguk "semua sudah selesai, silakan tanya yang lain jika anda ragu.

(kelihatanya anak itu adalah seorang page sebentar lagi dia akan menjadi squire) pikir Alan, Weis berbalik lalu memberikan dua koin emas kepada Lasvos untuk semua hasil buruannya "eh ?! Tuan tapi ini" Weis mengangguk "kamu penembak yang hebat aku terhibur melihat mu berburu anggap saja itu sama dengan harga pertunjukan yang kamu tampilkan" Weis dan Alice pun pergi.

Lasvos merasa senang, sangat senang satu koin emas sama dengan seribu koin perak, dia bisa membeli rumah dengan ini, namun dia menekan rasa senangnya di depan Weis dan Alice, lalu pergi masuk ke dalam kota.

"sir Weis... Mengapa anda memberikan uang sebanyak itu kepada anak itu ?" Weis mengangguk seakan tahu Alice akan menanyakan hal itu, a tersenyum di balik helm ksatrianya "dia punya potensi akan di sayangkan jika dia menghabiskan seluruh hidupnya seperti itu terus... Siapa tahu dia akan menjadi petualang hebat".

Alice terlihat bingung "bagai mana anda tahu dia tidak akan jadi orang jahat ?" Weis tertawa kecil "hahaha.. Lalu ? Bagai mana dia tidak akan jadi orang baik ? Hm ?" Alice menunduk "entahlah", Weis kemudian baju ke depan Alice dan berlutut "sebagai seorang ksatria adalah tugas kita untuk melindungi yang lemah dan menolong yang susah, kamu tidak bisa menilai seseorang sampai ada bukti atau alasan yang logis, kamu paham ?"

Weis melanjutkan "karena jika kita secara buta menilai orang, lalu siapa yang orang orang itu bisa percaya ?" Alice mengangguk paham sambil tersenyum "memang dia bisa apa sampai anda bilang dia berpotensi ?"

"dia menggunakan senjata buatanya untuk berburu tupai, sungguh aku tidak pernah melihat sesuatu yang seperti itu, walau hanya menembakan batu dia sangat akurat dengan tembakannya" Alice terlihat penasaran "apa anda bertanya soal senjata buatanya itu ?" Weis mengelengkan kepalanya "tidak, aku terlalu fokus terhadap tembakan indah yang ia lakukan"

super system: jiwa jahat dari masalaluWhere stories live. Discover now