malam tergelap

36 7 0
                                    

Malam itu juga Lasvos berhasil menuju pertemuan yang telah di siapkan oleh pengikutnya. Lasvos masuk dan dia di sambut oleh 25 pengikutnya. Walau begitu wujud mereka sama semua hal yabg membedakan mereka hanyalah suara. Jubah hitam dan topeng putih polos tidak ada yang spesial dari satu individu dan yang lainnya.

Lasvos berdiri di tengah ruangan dan mulai berbicara. "baiklah... Aku meminta kalian ke sini karena radi siang ada sebuah kejadian yang merenggut nyawa sebuah keluarga, apa ada yang punya berita terbaru selagi aku tidak di sana ?" ucap Lasvos menjelaskannya dengan tenang. Para pengikutnya mendengarkan dengan senyap. Akhirnya salah seorang dari mereka maju dan mengangkat tangan.

"biarkan saya berbagi informasi tuan, saya adalah bagian dari investigator istana, jadi saya mendapat banyak informasi untuk dibagikan" Lasvos kemudian mengangguk, memberikannya kesempatan untuk berbicara. Lasvos kemudian menyingkir dan membiarkan pria itu berdiri di tengah untuk berbicara. (investigator istana ? Pangkat setinggi itu namun kesetiaannya pada Märchen sangatlah rendah... Apa ada masalah kesetiaan di negeri ini ?) pikirnya sambil menunggu pria itu membagikan informasi.

"baiklah... Setelah investigasi seharian pihak istana menemukan buku pengikut Malum dan kegiatan mencurigakan lainnya, dan altar tempat pemanggilan telah aktif sebelum kami dapat ke sana, dengan kata lain makluk apapun yang mereka panggil masih berkeliaran di kota ini" mereka semua mendengarkan tanpa membuat suara. pria itu kemudian melanjutkan "selain keluarga tersebut di temukan 20 mayat di ruang bawah tanah, mereka semua mati dengan sayatan di area pembulu darah, dengan kata lain mereka mati kehabisan darah, juga korban dari ritual tersebut". Lasvos sedikit kaget mendengar hal ini dia tidak mengecek rumah itu secara keseluruhan.

Pria itu lalu menutup presentasenya. "itu saja untuk hari ini, kemungkinan investigasi lebih dalam akan di adakan, karena kejadian ini  ketakutan tersebar luas di kota ini, karena itu saya percaya besok pihak istana akan menggerakan inquisitor". Pria itu kemudian menunduk dan mebali ke tempatnya. Lasvos lalu maju kembali berdiri di tengah. "baiklah, kelihatanya kita harus mulai hati hati apalagi inquisitor akan di gerakan besok, dan ada sesuatu yang harus aku tunjukan kepada kalian" Lasvos membuka dimensi sakunya dan mengeluarkan buku berjudul chimera.

"ada yang tahu buku apa ini ?" semua orang diam. Lalu salah seorang pria maju, dari suaranya dua terdengar sudah tua. "tuan... Boleh saya lihat ?" Lasvos kemudian memberikan buku tersebut kepada pria tua itu. Pria tua itu kemudian membuka da  melihat lihat halamanya. "ini adalah... Ini adalah buku peninggalan dari zaman kuno, bahasa ini... Saya bisa saja menerjemahkannya, tentu juga anda berkenan" Lasvos mengangguk. "baiklah, jangan paksakan diri mu" pria itu mengangguk dan kembali ke barisan sambil memeluk buku yang di percayakan kepadanya itu.

"baiklah ini yang terakhir" Lasvos membuka dimesi sakunya lebih besar dan membentuk portal. Seorang gadis merangkak keluar dari dalamnya. Namun para pengikutnya terlihat tetap tenang dan menunggu penjelasan. Gadis itu kemudian menguap dan melihat ke sekitarnya dengan bingung. "baiklah... Aku tidak tahu dia ini apa, yang jelas inilah yang di panggil dari insiden siang tadi, aku akan mempercayakan dia kepada kalian sampai kita tahu dia ini apa dan apakah dia berbahaya atau tidak"

Lasvos kemudian melihat ke sekitar. ke setiap wajah yang ada di sana. Tidak berguna mereka semua menggunakan topeng sulit untuk melihat ekpresi mereka dan membacanya. Salah seorang wanita dengan suara halus maju melangkah "tuan Lasvos percayakan gadis itu pada saya, saya memiliki pengalaman mengasuh anak, di sisi lain saya juga seorang guru... Jadi saya bisa mengacarinya pengetahuan dasar"

Lasvos melihat ke arah wanita tersebut. (satu lagi yang bekerja di kawasan istana, guru adalah aset dan  pekerjaan paling berharga di dunia ini, aku ingat Tenebris pernah mengatakan dua negara berperang karena memperebutkan hak atas sekelompok sarjana yang hendak menjadi guru sihir). Lasvos kemudian mengangguk tanda setuju. "ini untuk kalian semua, jika makluk ini melukai apalagi mengancam hidup kalian, jangan takut untuk mengakhirinya". Semua orang mengangguk dengan senyap hanya suara Lasvos yang terdengar di telinga mereka.

"baiklah... satu lagi, ada berapa orang yang bekerja di lingkungan istana di sini ?" kemdian 15 orang langsung mengangkat tangan mengaku mereka bekerja di area istana. Lasvos kaget bukan main sebagian besar pengikutnya memiliki latar belakang yang bagus. Lasvos lalu menyuruh mereka menyebutkan provesi mereka masing masing.

Hasilnya adalah 5 di antara mereka adalah tentara elite, 4 di antara mereka adalah guru, 2 di antara mereka adalah investigator, 3 nya lagi adalah pelajar dan yang terakhir adalah seorang bangsawan istana. Lasvos paling kaget dengan yang terakhir. "kamu adalah seorang bangsawan ?" pria itu mengangguk. Suaranya begitu berat walau begitu gerakanya sangatlah sopan "itu benar tuan saya adalah seorang bangsawan di bidang militer... Saya memiliki pasukan saya sendiri, apa ada lagi yang ingin anda dengar"

Lasvos menggelengkan kepalanya "tidak... Itu sudah cukup, aku rasa pertemuannya aku akhiri di sini, ingat jaga makluk ini. Aku akan kembali minggu depan atau jika sesuatu terjadi. Lasvos kemudian pamit dan kembali ke panti asuhan. Namun di malam yang sama pertemuan lainnya masih berlangsung.

"bagaimana ini bisa terjadi ?! Di dalam ibukota kita ini ? Sebuah ritual Malum, ini tidak masuk akal" ucap seorang pria di satu sisi meja bundar. "kardinal 3 tolong tenang kita bisa menemukan solusinya sesegera mungkin" namun kardinal 3 tidak mendengarkan "tidak ! Mita tidak bisa tenang sama dengan warga kota ini yang sekarang sedang ketakutan, kau kardinal 2 seharusnya tahu masalah ini lebih besar dari pada yang aku pikirkan"

Kardinal 2 membalas argumen tersebut dengan tenang. "aku tahu betul dengan masalah yang kita hadapi, tetapi kita harus tetap tenang dan tidak mengambil tindakan yang ceroboh" satu orang lagi di meja itu mengetuk ketuk meja dengan jarinya. Kedua kardinal itu berhenti berargumen. "kardinal dua benar kita harus tenang, namun di saat yang sama kita harus secepat mungkin mengambil tindakan. Siapa yang tahu ritual lainnya sedang di siapkan di bagian kota ini". Kedua kardinal itu kemudian mengangguk setuju.

"kardinal 2, apakah pasukan inquisitor siap di gerakan ?" kardinal dua mengangguk. "mereka selalu siap" ucapnya dengan percaya diri. "kardinal 3 apakah gerbang masuk kota telah di perketat ?" kardinal 3 menjawab dengan percaya diri "tentu, saya sudah melakukanya semenjak berita mengerikan itu masuk ke telinga saya"

"bagus lah... Sang ratu akan melakukan rapat dengan para pahlawan, pastikan kalian mempresentasikan nama kardinal Märchen dengan baik"

 Pewaris Darah TerkutukWhere stories live. Discover now