ia tidak sendiri

35 7 0
                                    

setelah beberapa jam berlalu akhirnya acara itu selesai. Lebih mirip acara pamer dari pada berbagi ilmu. Lasvos menghela nafas ini benar benar melelahkan untuknya. Pada akhirnya ia bisa bergabung kembali dengan grup pelajar Märchen. Namun kelihatanya ia menjadi populer tanpa menyadarinya. "aku tidak tahu kanu dapat merampal sihir tua, dari mana kamu mempelajarinya ?" sejujurnya Lasvos tidak pernah di ajari dasar sejarah sihir ia hanya di ajarkan bagaimana cara menggunakanya.

"sihir tua ? Apa itu ?" pertanyaan ini membuat stalloy bingung. "tunggu... Kamu tidak tahu apa itu sihir tua dan modern ?" Lasvos mengelengkan kepalanya. Melihat respon ini stalloy menghela nafasnya. "sudah ku bilang jadilah murid ku" dengan begitu stalloy menjelaskan jenis sihir kepada Lasvos. "sihir modern adalah sihir yang menggunakan hal duniawi sebagai patokan. Contoh elemen api, air, bumi, angin, cahaya dan kegelapan adalah hal yang dapat kita lihat dan rasakan. Tetapi sihir tua adalah sihir yang tidak menggunakan duniawi secara patokan. Dan menggu akan bentuk bentuk murni dari sihir, sebagai contohnya adalah sihir arcane, necromancy, dan masih banyak lain sihir tua lebih banyak di banding sihir modern tetapi lebih sulit di pelajari... Jadi aku bertanya sekali lagi, siapa yang mengajari mu ? Karena tidak mungin pemuda sepertimu belajar sendiri"

Mendengar ini Lasvos menjadi lebih paham alasan mengapa semua sihir yang di tampilakan adalah sihir elemen dasar. Dan mengapa skalanya sangat kecil. Mereka menggunakan patokan dunia dari pada imajinasi mereka. "aku tidak perlu memberi tahu nama guruku. Lagi pula dia sudah tiada, tidak ada gunanya kamu mengetahui namanya" ucap Lasvos dengan serius walau dengan sedikit goresan di hatinya setiap kali ia mengingat Tenebris. "begitu yah... Kalau begitu ayo, masih banyak acara lain di sana" ucap stalloy. Jane muncul dan memeluk tangan lasvos "Lasvos ! Tadi itu keren ! Nanti bisa tolong ajarkan" lasvos tersenyum sambil mengangguk "nanti kalau ada waktu"

Para pelajar dari Märchen berbaris menunggu sesuatu. Di depan mereka ada sebuah pintu dan pintu lainnya di kanan. Mereka semua antri yang paling depan adalah kelas tiga, lalu semakin ke belakang semakin tinggi tingkatan para pelajar. Lasvos berada di belakang Asellion. Dengan cepat Lasvos menyadari nya dengan buku yang masih ia baca. sepertinya ia benar benar menyukai buku itu, Asellion berbalik begitu menyadari Lasvos yang ada di belakangnya. "ah ! Lasvos, tadi itu pertunjukan yang hebat  saya benar benar takjub dengan kemampuan anda" ucapnya dengan senang.

Lasvos mengangguk "terimakasih, sekarang kita ngapain ? Kenapa antri sepanjang ini ?" Asellion menjelaskan "di depan sana adalah putri dari generasi ke lima dari Josh Bilton. Jika kamu dapat menjawab lima pertanyaan dari alat yang Josh Bilton  ciptakan maka kamu akan di beri akses ke seluruh negeri Calces. Yah setidaknya itu rumor yang di ceritakan... Tapi sungguh, saya telah mencobanya lima kali dan saya akui semua pertanyaan itu tidak memiliki jawaban. Semuanya hanyalah omong kosong dan tidak masuk akal" mendengar pengakuan Asellion yang telah melakukan hal ini berkali kali membuat Lasvos penasaran.

Sebuah cahaya kristal berubah menjadi hijau. Satu murid masuk dan keluar dari sisi lainnya. Beberapa dari mereka bahkan tidak mencoba karena tahu pertanyaan yang di berikan tidaklah masuk di akal. Atau memang tidak memiliki jawaban dan hanyalah di buat buat, karena hal ini barisan berjalan dengan cepat. Mereka yang mencoba di hadapi dengan kekecewaan karena itu adalah pukulan keras bagi ego mereka.

"apa apaan itu ?! Aku telah mempelajari sejarah Calces dan tidak ada satupun pertanyaan yang terkait dengannya !" teriak salah satu murid dengan frustasi yang jelas. Asellion tersenyum "dasar... Lihat lah mereka yabg terlalu berambisi terbakar oleh api yang membuat mereka maju, jika memang jawabnya ada di sejarah Calces, maka pemenang sudah di umumkan" ucapnya dengan nada mengejek. Walau begitu tidak sampai terdengar oleh mereka yang frustasi. Tidak lama pelajar kelas satu pertama masuk. Dia menggunakan waktunya di dalam sana sebelum kekuar menghela nafas, dia gagal dan kegagalan lain mengikutinya.

Sekarang giliran Asellion. "cih... Lasvos anda duluan, saya tidak mau ikut tahun ini, setiap saya melihat wajahnya itu membuat saya ter iritasi" di situ Lasvos pertama kali melihat ekpresi kesal di wajah Asellion. Yah egonya terpukul karena tidak dapat menjawab dan belum mempersiapkan jawaban yang ia anggap layak. Lasvos pun masuk. Di dalam ruangan gelap itu terdapat kursi dan meja. D

i sisi lain meja tersebut adalah seorang gadis cantik bermata oranye dengan rambut abu abu panjang.

Wajahnya tidak mengekpresikan apapun. Dan meminta Lasvos duduk di kursi dengan tanganya. Lasvos duduk di hadapanya adalah sebuah alat. Di hadapkan kepadanya. Terlihat seperti peti yang terbuat dari mekanikal mesin dan sihir. Gadis itu menekan sesuatu dari kotak tersebut dan sebuah suara muncul. Suara pria apakah itu Josh Bilton. "pertanyaan akan di ucap ketika anda bilang siap" Lasvos langsung saja "siap" kotak itu diam sebentar lalu melontarkan pertanyaan yang mengejutkan "apa kegunaan gir dalam mesin ?"

"menyalurkan energi gerak ke sesuatu ?" jawa Lasvos dengan sedikit ragu. Itulah kegunaan gir yang ia bayangkan. "cukup benar, selanjutnya bagaimana tenaga uap menggerakan mesin Lasvos menggelengkan kepalanya tanda tidak tahu. "pertanyaan selanjutnya jika anda gagal dua kali lagi anda di nyatakan gugur, apa mesin pertama yang di ciptakan oleh ku ?" Lasvos menggelengkan kepalanya tanda tidak tahu. "baiklah satu kesempatan lagi dua pertanyaan terakhir" Lasvos menghela nafasnya dia sudah jelas akan kalah. gadis yang di hadapan Lasvos menunduk mengetahui Lasvos akan kalah dia sudah biasa melihat orang orang gagal di hadapanya ini bukan hal baru. (dia sudah gagal dua pertanyaan, sebenarnya kunci untuk menang adalah menjawab pertanyaan dua terakhir, sisanya tidak penting... Namun memangnya ada jawaban untuk dua pertanyaan itu ? Bahkan aku yang keturunannya tidak dapat menjawab) pikir gadis itu

Namun alat itu melontarkan pertanyaan yang membuat Lasvos sangat kaget "apa nama ibukota dari inggris ?" Lasvos menjawab dengan suara yang bergetar "London" kotak itu diam sebelum menjawab "benar" deklarasi kotak tersebut membuat gadis tersebut kaget. Matanya terbuka lebar "apa ?!" kotak itu melanjutkan "negeri Calces, terinspirasi dari genre apa" Air mata Lasvos mulai tumpah dia mulai menangis merindukan dunia nya yang dulu. "sial... Steampunk" sementara itu gadis yang di hadapan Lasvos bingung dengan jawaban jawaban yang benar tersebut, terlebih lagi reaksi Lasvos yang mulai menangis.

"h-hey ! Apa yang salah ? Mengapa kamu menangis" kotak itu menjawab "benar... Selamat anda berhasil membuka kapsul waktu ini, dengan semua jawaban anda saya yakin kita ini sama" kotak itu terbuka dan kesunyian memenuhi ruangan. Lasvos masih kesulitan menahan emosinya dia masih mengusap air matanya. Gadis di hadapannya melihat sebuah recorder tape di dalam kotak tersebut dan mengambilnya. "s..siapa namamu ?" Lasvos menjawab "lasvos..." gadis itu mengangguk. Ia memindahkan tape recorder itu ke kotak lain dan menutup kapsul waktu tersebut. Dan kapsul itu terkunci "baiklah Lasvos, saya akan memanggil anda, urusan kita belum selesai, sekarang pergilah dan tolong jangan beri tahu siapa siapa tentang kemenangan anda" Lasvos mengangguk.

Ia berdiri dan berjalan keluar. Di situ Asellion menyambutnya "bagaimana ? Mustahil kan ?" Lasvos mengangguk "yah... Pertanyaannya hanya omong kosong" sambil tersenyum seakan tidak terjadi apapun. Dan barisannya berlanjut tidak mengetahui penenang telah di tentukan.

 Pewaris Darah TerkutukWhere stories live. Discover now