MENGHINDAR

10 3 0
                                    

Setelah kejadian yang terjadi di kediaman Syehan, Daifa berusa sebisa mungkin menghindar dari pandangan Gavian. Membuat Irla menjadi pusing, sebab dirinya ikut merasakan ketidak tenangan menjalani keseharian di lingkungan sekolahnya.

"Sudah cukup satu bulan Gw diam selama ini, pokoknya Gw ngak mau lagi main kucing-kucingan dengan si Gavian tanpa tau sebabnya" kesal Irla, membuat Daifa menghelanafas.

"Siapa juga yang main kucing-kucingan..!!" Kata Daifa, membuat Irla mendelikan mata ke arah Daifa yang kini menikmati semangkuk bakso di kanting sekolahnya.

"Terus ngapain Lo menghindar dari Gavian sambil nyeret Gw selama ini" tanya balik Irla membuat Daifa bungkam.

"Daifa..." panggil Elen yang muncul bersama Gavian dari arah pintu masuk kanting, membuat jantung Daifa berdetak kencang seiring langkah keduanya kian mendekat.

"Matilah kau sahabat, pencabut nyawamu kian mendekat kearah kita" kata Irla mengejek Daifa yang terlihat memucat.

"Gw harus ngapain sekarang, Gw belum siapa bertemu dengannya ya Tuhan.." mohon Daifa dalam hati sambil melempar senyum manis kearah keduanya.

"Akhirnya Lo muncul juga di hadapan Gw" gumam Gavian dengan serigai tipis yang mampu ditangkap oleh penglihatan Daifa.

"Sepertinya akan terjadi sebuah drama yang menarik" gumam Irla bersorak dalam hati.

"Sepertinya sudah lama kita tidak pernah bertemu, padahal kelas kita hanya bersebelahan saja" kata Elen, setelah duduk di hadapan Daifa di ikuti Gavian yang duduk di sampingnya.

"Mungkin karena kesibukan masing-masing"  jawab Daifa dengan cengiran khasnya, mencoba menyembunyikan kegelisahannya.

"Alasan.." kata Gavian menimpali, membuat tawa Irla pecah.

"Ngak salah lagi broo" balas Irla, membuat Daifa tanpa sadar mengepalkan kedua tanganya yang berada di atas meja. Membuat Elen dan gavian melihatnya.

"Sepertinya perut Gw mules, Gw pergi dulu" kata Daifa segera beranjak dari duduk nya meninggalkan mereka bertiga.

Irla menarik mangkuk bakso Daifa yang belum habis dan melihat isinya yang masih tersisa sedikit.

"Bagai mana bisa mules, yang di campur cuman kecap doang" gumam Irla sambil menghabiskan sisa makanan Daifa. Membuat Elen tertawa.

Sedangkan Gavian yang kini dengan wajah mengeras, mecoba menahan emosinya yang hendak meledak setelah mendegar gumaman Irla. Yang membuktikan bahwa tebakannya mengenai Daifa yang belakangan ini berusaha menghindarinya memang benar.

¤¤¤ GROUP HAĶI ¤¤¤

Hilir mudik para karyawan di gedung bertingka Group Haki membuat suasana menjadi ramai. Mulai dari jam masuk di pagi hari, sampai kini menjelang petang. Para karyawan mulai berkemas, meninggalkan setiap sudut yang ada di gedung berlantai tinggi itu.

Namun di lantai bagian atas, tepatnya di ruang direktur. Tengah berlangsung Pertemuan khusus antara Halqia dan Wisnu terkait pembahasan mengenai kerjasama antar perusahaan mereka kedepannya.

"Dengan adanya kesepakatan ini, saya harap  hubungan kerjasama antar kedua perusahaan dapat terjalin erat untuk kedepannya" kata Wisnu sambil berjabat tangan dengan Halqia.

"Saya juga berharap demikian tuan Wisnu" kata Halqia sambil melepas jabat tangan mereka.

"Mengenai dokumen kontrak kesepakatan kerja sama kita, saya akan kirim asisten saya untuk menanganinya secara langsung. Dan setelah kepulangan tuan Syehan dari perjalanan dinasnya. Kita tinggal melakukan pembahasan mengenai langkah-langkah apa yang akan kita gunakan untuk tujuan kedepannya"kata Wisnu, membuat Halqia merasa bersyukur atas kehadiran Wisnu yang tiba-mengajukan bantuan kepadanya.

My Name Is JACQUELINEOnde histórias criam vida. Descubra agora