Ancaman dan Tantangan

13 3 0
                                    

Daifa melambaikan tangan sambil melempar senyuman kearah murid yang menyapanya di sepanjang perjalanan menuju kelasnya.

Namun pada saat hendak berbelok kearah koridor kelasnya, Daifa di buat syok dengan kerumunan murid perempuan yang kini memadati kelas yang tepat berada di samping kelasnya.

Daifa yang penasaran segera menarik paksa seorang perempuan dari kerumunan itu dan membawanya ke depan kelasnya.

"Lo kira Gw sapi apa, sampai nyeret Gw kaya tadi" gerem Irla menatap Daifa yang tidak merasa bersala terhadapnya.

"Ada apa sih di kelas sebelah" tanya Daifa penasaran, enggang menaggapi perkataan sahabatnya itu.

"Cari tahu sendiri" kesal Irla hendak berbalik. Namun urung karena gereget hendak memberitahu Daifa akan kejadian yang membuat kaum perempuan di buat gempar akan kejadian pagi ini.

"Lo tahu Daifa... !" Kata Irla, membuat Daifa semakin penasaran menanti kelanjutan perkataan sahabatnya itu.

"Di sebelah kelas kita ada murid baru" kata Irla, membuat Daifa kecewa mendegar berita yang lumrah terjadi di sekolahnya akhir-akhir ini.

"Cuman itu..! Biasa mah itu kawa__" kata Daifa terhenti, ketika Irla kembali bersuara.

"Bagai mana jika GAVIAN yang dulu sempat dekat dengan Lo di Sekolah Dasar dan menjadi incara kaum hawa menjadi murid baru di sekolah kita ini" Pekik Irla membuat Daifa ikut terkejut mendegar nama Gavian kuluar dari mulut sahabatnya.

"Gavian...? Maksud Lo Gavian si jenius itu" kata Daifa mencoba memastika tebakannya.

"Iya..!! Anak yang dari awal memiliki aura luar biasa dalam segala hal" balas Irla girang, membuat Daifa terdiam.

Dengan langkah lunglai Daifa segera berbalik menujuh kearah pintu kelasnya, meninggalka Irla yang kebingungan menatap kepergian Daifa.

Tring.. Tring...

Suara bel tanda masuk membuat kerumunan yang tadinya masih memadata koridor kelas IPA kini terlihat legah, sebab proses belajar mengajar akan segera di mulai.

Sepanjang pelajaran dan istirahat berlangsung, Daifa tidak bisa fokus akan keberadaan Gavian di Sekolahnya. Entah mengapa dirinya merasa risau akan hal itu, padahal di awal pertemuan mereka kemarin Daifa malah bersemangat ingin mengalahkam Gavian dalam permainannya.

"Kehadirannya kali ini menjadi ancaman bagi Gw selama dia bersekolah disini " gumam Daifa sambil berjalan kearah parkiran

"Daifa..." panggil Irla, tapi tidak ada tanggapan. Membuat Irla geram.

"JACQUELINE bin SYEHAN.." Pekik Irla membuat Daifa tersadar, segera berbalik menatap Irla yang berlari menghampirinya.

"Kenapa Lo neriakin nama bokap Gw" geram Daifa hendak berlalu, membuat Irla makin kesal. Segera menahan pergelangan tangan Daifa.

"Kenapa Lo memilih memutari koridor yang jauh dari pintu keluar kelas kita barusan..?" Tanya Irla penasaran, membuat Daifa berpikir keras. Mencoba mencari alasan tepat agar sahabatnya itu tidak banyak tanya lagi.

"Gw tadi ada urusan di ruang guru, makannya lewat koridor yang agak jauh dari pintu keluar kelas" jawab Daifa mencoba meyakinkan Irla.

"Alasan basi kawan. Biasanya juga Lo nitip sesuatu ke orang lain, atau yang paling sering. Pura-pura ngak tahu kalau ada guru manggil Lo" balas Irla skatmat.

"Ngak gitu juga kali" jawab Daifa seadanya, kemudian segera berlalu menghampiri motor metiknya.

"HAY PENDEK...." suara teriakan sorang pria membuat jantung Daifa bekerja cepat. Sampai membuatnya tidak sengaja menjatuhkan motornya sendiri.

My Name Is JACQUELINEOù les histoires vivent. Découvrez maintenant